AstraZeneca Indonesia Tandatangani Kesepakatan Bersama dengan Ikatan Ahli Urologi Indonesia (IAUI)
BANDUNG , iNews Depok . id Dalam memeringati hari kesehatan pria di bulan November, AstraZeneca Indonesia kembali menegaskan komitmennya dalam meningkatkan ekosistem kesehatan di Indonesia dengan melakukan Penandatanganan Kesepakatan Bersama dengan Ikatan Ahli Urologi Indonesia (IAUI) tentang Penguatan Ekosistem dan Kesadaran dalam Deteksi Dini Kanker Prostat.
Kesepakatan ini mencakup kolaborasi untuk mendukung upaya pemerintah Indonesia dalam penanganan kanker prostat, termasuk pelaksanaan skrining dan deteksi dini serta edukasi masyarakat mengenai kanker prostat. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan tentang pentingnya deteksi dini.
Saat ini, kanker prostat masih menjadi salah satu masalah kesehatan yang signifikan di Indonesia, dengan total 13.130 kasus baru yang dilaporkan pada tahun 2022. Kanker prostat menempati urutan kelima sebagai jenis kanker yang paling umum di kalangan pria, menyumbang 7 dari total kasus kanker pria di negara ini.
Data dari GLOBOCAN 2022 menunjukkan bahwa kanker prostat memiliki risiko kumulatif sebesar 1,2 untuk pria mengembangkan penyakit ini sebelum usia 75 tahun. Prevalensi kanker prostat terus meningkat seiring bertambahnya usia populasi pria.
Presiden Direktur AstraZeneca Indonesia, Esra Erkomay menyampaikan, Kanker prostat masih menjadi salah satu tantangan kesehatan yang paling mendesak bagi pria, baik secara global maupun di Indonesia. Oleh karena itu, kami merasa terhormat atas kepercayaan yang diberikan oleh IAUI untuk dapat bekerja sama dalam memperkuat ekosistem dan kesadaran masyarakat terhadap skrining dan deteksi dini kanker prostat. Kemitraan ini juga menjadi momen untuk memajukan layanan kesehatan di Indonesia, khususnya di bidang urologi, yang akan kami laksanakan dengan sebaik-baiknya selama dua tahun ke depan.
Sekitar 70 pria yang terdiagnosa kanker prostat mencari pengobatan pada saat penyakit sudah berada di stadium lanjut atau akhir. Hal ini disebabkan oleh kurangnya pengetahuan masyarakat tentang kanker prostat dan pentingnya pemeriksaan dini, yang dapat menjadi masalah serius, terutama bagi mereka yang memiliki risiko tinggi, seperti riwayat kanker prostat dalam keluarga.
Kondisi ini sangat disayangkan karena jika kanker prostat dapat dideteksi pada tahap awal, peluang kesembuhannya akan lebih tinggi. Deteksi dini dapat meningkatkan tingkat kelangsungan hidup dan kualitas hidup pasien. Oleh karena itu, peningkatan kesadaran serta edukasi tentang gejala awal dan pentingnya pemeriksaan rutin sangat diperlukan.
DR. dr. Ferry Safriadi, SpU(K), FICS selaku Ketua Pengurus Pusat Ikatan Ahli Urologi Indonesia mengatakan, Kami menyambut baik dan sangat mendukung terselenggaranya sinergi dan kolaborasi antara AstraZeneca dengan IAUI. Kesepakatan ini menyoroti pentingnya kolaborasi lintas sektor untuk membantu meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya deteksi dini dan skrining sebagai upaya dalam mengurangi pasien kanker prostat metastatik.
Upaya promotif dan preventif khususnya terhadap kanker prostat sebagai salah satu jenis kanker yang tinggi kejadiannya di Indonesia sangatlah penting, sehingga kerjasama ini diharapkan akan membantu mewujudkan pelayanan kesehatan di Indonesia yang lebih baik dan lebih terdepan pada dua tahun kedepan, tambah dr. Ferry.
AstraZeneca Indonesia mengambil langkah proaktif untuk mengedukasi masyarakat, meningkatkan kesadaran, dan mempromosikan deteksi dini serta skrining, yang pada akhirnya memberdayakan pasien untuk bertanggung jawab atas kesehatan mereka. Upaya bersama diperlukan agar masyarakat secara sukarela melakukan deteksi dini kanker prostat melalui pemeriksaan Antigen Spesifik Prostat (PSA) sehingga kanker jenis tersebut dapat ditanggulangi sedini mungkin.
Melalui kemitraan ini, kami berharap dapat meningkatkan kesadaran dan mempromosikan mengenai deteksi dini serta skrining yang pada akhirnya memberdayakan pasien untuk bertanggung jawab atas kesehatan mereka. Kami juga berharap dapat melakukan skrining terhadap 2.000 pria berisiko tinggi pada tahun 2025 bersama dengan IAUI, tutup Esra.