Kenapa Anak Muda Makin Sedikit yang Tertarik Jadi Perajin Batik?

Kenapa Anak Muda Makin Sedikit yang Tertarik Jadi Perajin Batik?

Gaya Hidup | inews | Senin, 18 November 2024 - 22:26
share

JAKARTA, iNews.id - Regenerasi perajin batik muda semakin memprihatinkan. Berbagai upaya sejatinya telah dilakukan pemerintah guna menggairahkan kembali industri wastra Indonesia yang terus mengalami fluktuasi. 

Permasalahan regenerasi perajin batik muda ini pun diakui Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Cirebon, Hilmi Rivai. Menurunnya minat generasi muda terhadap batik dan wastra secara umum, tidak terlepas dari perkembangan zaman dan teknologi yang begitu pesat. 

Kehadiran media sosial juga sedikit banyak mengikis rasa cinta generasi muda terhadap kebudayaan lokal. Tak hanya itu, tantangan lain yang kini dihadapi para perajin batik di Cirebon adalah semakin maraknya batik printing di pasaran. 

"Disrupsi-disrupsi ini memang tidak bisa dihindari. Tapi saya percaya kita masih punya militansi. Batik itu punya militansi yang tumbuh dari dalam hati," kata Hilmi Rivai dalam acara Oreo Berbagi, di Cirebon, belum lama ini. 

"Batik tidak akan luntur dengan maraknya industrialisasi karena memiliki nilai seni budaya yang tidak dimiliki produk printing," tambahnya. 

Perajin batik di Cirebon. (Foto: Dimas Andhika Fikri)

Nilai seni budaya yang terkandung dalam batik tulis inilah yang kemudian membuat Hilmi percaya perajin batik di Cirebon mampu bersaing dengan industri printing yang kian menjamur. 

Upaya Menggairahkan Anak Muda Jadi Perajin Batik 

Terkait regenerasi perajin muda, Hilmi mengatakan pihaknya terus melakukan berbagai kolaborasi guna meningkatkan minat para anak muda, salah satunya adalah menggandeng brand multinasional serta melibatkan sekolah-sekolah di Cirebon. 

"Kami berkolaborasi dengan SMK 1 Gunungjati dalam rangka menumbuhkembangkan rasa cinta batik bagi anak-anak muda. Tidak menutup kemungkinan kalau mereka tidak diberikan edukasi, rasa cinta mereka terhadap budaya akan hilang," ungkap Hilmi.

Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Cirebon, Hilmi Rivai. (Foto: Dimas Andhika Fikri)

Dia menambahkan, "Kami juga berkolaborasi dengan asosiasi perajin batik untuk mengadakan workshop dan mendengarkan kebutuhan dan keluhan mereka". 

Memahami hal tersebut, dalam momentum peringatan Hari Batik Nasional dan sebagai bagian dari rangkaian peluncuran campaign OREO BATIK, yang merupakan edisi spesial kemasan bercorak wastra pada September lalu, kali ini Mondelez langsung menyentuh dan memberikan dampak nyata kepada lebih dari 1.400 perajin dan pengusaha batik di wilayah Cirebon.

Khrisma Fitriasari selaku Head of Corporate Communications and Government Affairs Mondelez Indonesia menjelaskan, hadirnya kegiatan berbagi ini merupakan salah satu wujud komitmen berkelanjutan pihaknya untuk turut berkontribusi terhadap masyarakat. 

"Sebagai salah satu produk unggulan persembahan dari Indonesia, yang dibuat oleh orang Indonesia dan untuk dinikmati orang Indonesia dan dunia, kami pun merasa terpanggil untuk turut berpartisipasi aktif dalam mendukung kemajuan perajin dan pengusaha batik yang merupakan salah satu ujung tombak dalam upaya pelestarian batik," ungkap Khrisma. 

Dengan turut aktif, pihaknya menilai batik Nusantara dapat tetap lestari dan secara industri pun dapat terus berkembang. Aksi ini juga bagian dari upaya kami merayakan keindahan dan keberagaman budaya Indonesia yang sebelumnya kami hadirkan melalui kemasan bercorak wastra," jelas Khrisma. 

Batik Lestari, Perekonomian Bangsa Terjaga

Alexandra Arri Cahyani selaku Direktur Industri Aneka dan Kimia, Sandang, dan Kerajinan, Kementerian Perindustrian Republik Indonesia, mengatakan kelestarian batik memiliki hubungan erat dengan perkembangan industri batik yang turut menopang perekonomian bangsa.

"Industri batik merupakan salah satu sektor prioritas pengembangan karena kontribusinya yang signifikan dari penyerapan tenaga kerja yang didominasi industri kecil dan menengah (IKM) hingga semakin kuatnya pertumbuhan industri yang kian maju dan berdaya," kata Alexandra. 

"Oleh karena itu, kami sangat mengapresiasi hadirnya aksi seperti yang dilakukan Oreo dan berharap inisiatif ini mampu mendorong geliat industri batik yang tak hanya meningkatkan kesejahteraan hidup perajin, namun juga membawa batik tetap lestari," sambungnya. 

Dalam pelaksanaannya, kegiatan kali ini turut menggandeng Asosiasi Pengusaha dan Perajin Batik Indonesia (APPBI). Tercatat, kegiatan ini berhasil menjangkau seluruh populasi usaha Batik Cirebon skala kecil dan menengah di bawah naungan APPBI, hingga lebih dari 1.400 pengusaha dan perajin batik yang tersebar di delapan desa. 

Adapun bentuk donasi yang diserahkan meliputi set alat-alat membatik untuk para perajin dan paket instrumen membatik untuk peningkatan produktivitas dan pengelolaan limbah dengan total donasi hingga lebih dari Rp1 miliar. 

Komarudin Kudiya selaku Ketua Asosiasi Pengusaha dan Perajin Batik Indonesia menjelaskan, Cirebon merupakan salah satu kota budaya pelestari batik yang dikenal dengan keindahan corak batik Mega Mendung.

"Di Cirebon, tercatat total pengusaha dan perajin Batik Cirebon berkurang yakni sekitar 30-35. Hal ini tentunya sebanding dengan terjadinya penurunan omset yang signifikan dari tahun 2019-2024 sebesar kurang lebih 40 dari kondisi sebelumnya," ujar Komar.

"Karena itu, kami berharap inisiatif ini bisa menjadi angin segar bagi perajin Batik Cirebon dan turut menjangkau perajin kain tradisional lainnya sehingga bisa kembali bangkit menjadi industri yang berdaya," tambahnya. 

Topik Menarik