HIKMAH JUMAT : Hujan dalam Pandangan Islam

HIKMAH JUMAT : Hujan dalam Pandangan Islam

Gaya Hidup | serpong.inews.id | Jum'at, 15 November 2024 - 06:00
share

Penulis : Dr. Abidin, S.T., M.Si. -- Dosen Universitas Buddhi Dharma; Ketua Umum Yayasan Bina Insan Madinah Catalina; Ketua PCM Pagedangan, Tangerang.

DALAM BEBERAPA hari belakangan ini, hujan turun membasahi bumi khususnya untuk wilayah Tangerang dan sekitarnya. Hujan dengan intensitas sedang hingga lebat hampir setiap hari terjadi, terutama di siang hingga sore hari.

Berbicara mengenai hujan, saya teringat sebuah hadits yang menceritakan bahwa Baginda Rasulullah SAW kedatangan seorang laki-laki yang mengadukan tentang dampak yang dirasakannya dari musim kemarau yang sangat panjang.

Hadits tersebut diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim sebagai berikut: Seorang lelaki memasuki masjid pada hari Jumat melalui pintu yang searah dengan Daarul Qadha. Ketika itu Baginda Rasulullah SAW sedang berkhutbah dengan posisi berdiri.

Lelaki tadi berkata: Wahai Rasulullah, harta-harta telah binasa dan jalan-jalan terputus (banyak orang kelaparan dan kehausan). Mintalah kepada Allah agar menurunkan hujan!. Baginda Rasulullah SAW lalu mengangkat kedua tangannya dan mengucapkan:

Allahumma aghitsna (3 kali). Anas berkata: Demi Allah, sebelum itu kami tidak melihat sedikitpun awan tebal maupun yang tipis. Awan-awan juga tidak ada di antara tempat kami, di bukit, rumah-rumah atau satu bangunan pun.

Anas berkata: Tapi tiba-tiba dari bukit tampaklah awan bagaikan perisai. Ketika sudah membumbung sampai ke tengah langit, awan pun menyebar dan hujan pun turun. Anas melanjutkan: Demi Allah, sungguh kami tidak melihat matahari selama enam hari.

Hadits di atas menggambarkan turunnya hujan yang telah lama dinanti-nantikan. Hujan yang penuh dengan manfaat dan keberkahan. Entah berapa banyak karya seni, arsitektur, fashion, transportasi, hingga farmasi yang terlahir dilatarbelakangi oleh adanya hujan.

Keberkahan hujan telah mendorong para pujangga, seniman, designer, saintis, hingga para engineer menghasilkan karya yang fenomenal. Namun, terkadang sebagian orang ada yang merasa kesal dengan turunnya hujan. Lantas, bagaimana pandangan Islam tentang hujan?

Artikel Hikmah Jumat pekan ini membahas tentang hujan dalam pandangan Islam. Semoga dengan membaca artikel ini, membuat kita semakin paham dan tidak salah lagi dalam menyikapi turunnya hujan.


Dr. Abidin, S.T., M.Si. (Foto : Dok Pribadi)

Hujan sebagai Tanda Kebesaran dan Kasih Sayang Allah

Islam memandang hujan sebagai salah satu tanda kekuasaan Allah yang tak terbatas. Banyak ayat yang menjelaskan proses turunnya hujan sebagai bukti keagungan Allah dalam mengatur alam semesta.

Salah satunya terdapat pada Al-Quran surat Qaf [50] ayat ke-9 yang artinya: "Dan Kami turunkan dari langit air yang diberkahi, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu pohon-pohon dan biji tanaman yang dapat dipanen."

Ayat ini menjelaskan bahwa hujan bukan sekadar fenomena alam, melainkan salah satu bukti nyata kebesaran dan kasih sayang Allah. Dari hujan, tanaman tumbuh dan dapat memenuhi kebutuhan akan air sehingga kehidupan pun dapat berlanjut.

Hujan sebagai Rahmat dan Berkah dari Allah

Dalam Islam, hujan dipandang sebagai rahmat dari Allah yang diturunkan untuk memudahkan kehidupan makhluk-Nya. Baik manusia, hewan, maupun tumbuhan sangat membutuhkan air agar dapat bertahan hidup.

Baginda Rasulullah SAW menganjurkan untuk berdoa ketika hujan turun, sebagai bentuk syukur atas rahmat yang diberikan Allah. Baginda Rasulullah SAW bersabda: "Dua doa yang tidak akan tertolak, yaitu doa ketika adzan dan doa ketika hujan turun." (HR. Abu Dawud).

Hadits ini menunjukkan bahwa saat hujan turun, langit terbuka dan doa-doa memiliki kesempatan lebih besar untuk dikabulkan. Hujan adalah waktu yang penuh berkah, sehingga umat Islam dianjurkan untuk memanfaatkan momen ini dengan berdoa, memohon ampun, dan bersyukur.


Hujan bisa menjadi ujian dari Allah. Ketika hujan turun berlebihan hingga menyebabkan bencana seperti banjir. (Foto: Ist)

Hujan sebagai Pengingat Akan Kuasa Allah dalam Membangkitkan Kembali yang Mati

Salah satu ajaran penting dalam Islam adalah keyakinan pada kebangkitan setelah mati. Hujan yang membuat tanah yang kering kembali hidup dan tumbuhan yang layu menjadi segar adalah pengingat akan kuasa Allah dalam menghidupkan kembali sesuatu yang sudah mati.

Allah menggambarkan hal ini dalam firman-Nya: "Dan Allah menurunkan air (hujan) dari langit, lalu dengan air itu dihidupkan-Nya bumi sesudah matinya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mendengarkan." (QS. An-Nahl [16]: 65).

Dalam ayat ini, Allah mengajak manusia untuk merenungkan bahwa sebagaimana Allah mampu menghidupkan bumi yang mati dengan hujan, maka Allah juga berkuasa untuk membangkitkan manusia setelah kematian. Betapa kuasa Allah itu melampaui pemahaman manusia.

Hujan sebagai Penguji Kesabaran dan Ketakwaan

Di sisi lain, hujan juga bisa menjadi ujian dari Allah. Ketika hujan turun berlebihan hingga menyebabkan bencana seperti banjir, masyarakat dihadapkan pada ujian kesabaran dan ketakwaan. Ujian ini mengingatkan bahwa hujan bukan hanya berkah, tetapi juga dapat menjadi cara Allah menguji hamba-hamba-Nya.

Allah menjelaskan hal ini dalam Al-Quran melalui firman-Nya: "Dan Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan." (QS. Al-Anbiya [21]: 35).

Ujian berupa hujan lebat atau bencana alam adalah pengingat agar manusia tetap bersabar dan memperbanyak doa. Ketika ditimpa kesulitan, termasuk saat terjadi bencana akibat hujan, umat Islam dianjurkan untuk kembali kepada Allah dengan penuh tawakal.

Sebagai penutup, agar hujan yang diturunkan Allah senantiasa menjadi berkah, maka ketika hujan mulai turun, sebaiknya kita mengamalkan ajaran Nabi Muhammad SAW yakni berdoa: Allahumma shoyyiban nafia (Ya Allah, turunkanlah kepada kami hujan yang bermanfaat). (HR. Bukhari).

Doa ini mengandung permohonan kepada Allah agar hujan yang turun membawa manfaat, bukan mudarat. Rasulullah juga mencontohkan untuk tidak mencela hujan, karena hujan adalah rahmat dari Allah yang diturunkan sesuai ketentuan-Nya.

Semoga kita semua mampu memandang hujan dengan penuh rasa syukur dan memanfaatkan waktu hujan sebagai momen mendekatkan diri kepada Allah Taala. Mari kita syukuri setiap tetesan hujan yang turun, karena di balik setiap tetesan air hujan terdapat berkah dan karunia yang tak terhingga. (*)


Hujan harus disyukuri dan memanfaatkan waktu hujan sebagai momen mendekatkan diri kepada Allah. (Foto: Ist)

Wallahu alam bish-shawab.

Topik Menarik