Jadi Penyebab Kebutaan Tertinggi Kedua, Apakah Glaukoma Bisa Disembuhkan?

Jadi Penyebab Kebutaan Tertinggi Kedua, Apakah Glaukoma Bisa Disembuhkan?

Gaya Hidup | inews | Selasa, 29 Oktober 2024 - 18:44
share

JAKARTA, iNews.id - Glaukoma merupakan penyebab kebutaan tertinggi kedua setelah katarak. Penderita seringkali mencari pengobatan setelah stadium lanjut.

Lebih dari 80 persen kasus glaukoma muncul tanpa gejala. Ini yang membuat glaukoma dijuluki sebagai si pencuri penglihatan. Apa penyebab Glaukoma?

Glaukoma terjadi lantaran peningkatan tekanan dalam bola mata yang dapat merusak saraf optik. Kondisi neuropati optik progresif ini berdampak pada penurunan fungsi penglihatan, lapang pandang semakin menyempit hingga buta permanen yang tak bisa disembuhkan," ujar Profesor Dr dr Widya Artini Wiyogo, guru besar tetap Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI), Dokter Subspesialis Glaukoma, dan Ketua JEC Glaucoma Service JEC Eye Hospitals and Clinics, dalam keterangan persnya, Selasa (29/10/2024).

Profesor Widya menjelaskan hal mencemaskan glaukoma tidak bisa disembuhkan, tetapi kebutaan glaukoma dapat dicegah dengan deteksi dan terapi sejak dini. "Sebab itu, penting bagi masyarakat lebih sadar mengenai kelainan mata ini, sekaligus mengetahui tanda-tanda awal, sehingga glaukoma segera terdeteksi dan ditangani. Pemeriksaan mata secara rutin sangat krusial, katanya.

Dia menerangkan glaukoma bersifat kronis sangat memengaruhi kualitas hidup penyandangnya. Lapang pandang yang terbatas dapat mengganggu aktivitas sehari-hari.

"Secara psikologis, penderita glaukoma berisiko merasakan kecemasan, bahkan sampai depresi, karena terus menerus mengkhawatirkan kebutaan. Belum lagi imbas finansial atas kebutuhan pengobatan glaukoma," kata Profesor Widya.

Profesor Widya memaparkan implan glaukoma merupakan prosedur bedah untuk menurunkan tekanan dalam bola mata. Operasi ini menjadi pilihan utama bagi pasien glaukoma dengan tekanan bola mata yang tidak terkontrol, atau mengalami kerusakan saraf mata berat, dan sudah tidak lagi merespons terapi lainnya.

Dr Zeiras Eka Djamal, dokter subspesialis glaukoma JEC Eye Hospitals and Clinics dan ketua pelaksana operasi implan glaukoma JEC 2024 menjelaskan, prosedur implan glaukoma melibatkan pemasangan implan kecil di dalam mata (berupa tabung silikon kecil yang menempel pada semacam plat).

Ini membantu mengalirkan cairan agar keluar dari bola mata dan menurunkan tekanan intraokular. Berdasarkan studi, pemasangan implan glaukoma mempunyai tingkat keberhasilan 80-85 persen.

Dengan teknik operasi terbaru dan variasi pilihan implan glaukoma kami berharap bisa membantu pasien-pasien glaukoma untuk mendapatkan kembali kontrol tekanan bola mata lebih baik. Harapannya, pasien glaukoma, merasakan kenyamanan lebih, baik saat tindakan maupun setelahnya, ujar Zeiras Eka.

Tindakan intervensi medis berupa operasi implan glaukoma menjadi salah satu solusi yang tepat agar penderita mendapatkan kembali hidup berkualitas terhindar dari kebutaan akibat glaukoma. Inilah yang mendorong JEC untuk melakukan aksi sosial memberikan operasi implan glaukoma bagi penderita glaukoma.Kegiatan ini dilaksanakan bertepatan dengan World Sight Day 2024.

Diketahui, prevalensi glaukoma secara global pada kelompok usia 40-80 tahun mencapai 3,54 persen. Pada 2013, penderitanya mencapai 64,3 juta. Angka ini diproyeksi terus meningkat menjadi 76 juta pada 2020, dan diperkirakan berjumlah 111,8 juta pada 2040 mendatang.

Sementara di Indonesia, data yang sempat dirilis secara resmi prevalensi glaukoma sebesar 0,46 persen (setiap 4 sampai 5 orang per 1.000 penduduk). Di JEC Eye Hospitals and Clinics, jumlah pasien yang terdiagnosa glaukoma mencapai hampir 250.000 orang, hanya selama periode 5 tahun terakhir pada 2020 sampai 2024.

Topik Menarik