Kisah Perjalanan Hijrah Nabi Muhammad SAW dari Mekah ke Madinah Lengkap

Kisah Perjalanan Hijrah Nabi Muhammad SAW dari Mekah ke Madinah Lengkap

Gaya Hidup | inews | Senin, 8 Juli 2024 - 16:05
share

JAKARTA, iNews.id - Bulan Muharram merupakan salah satu bulan mulia bagi umat Islam. Di Bulan Muharram ini juga banyak terjadi peristiwa penting, salah satunya yakni kisah perjalanan hijrah Nabi Muhammad SAW ke Madinah yang terjadi pada 622 Masehi.

Dilansir dari Buku Muharram Bukan Bulan Hijrahnya Nabi karya Imam Zarkasih, Bulan Muharram dijadikan awal bulan hijriah berdasarkan konsensus Khalifah Umar bin Khattab yang direkomendasikan Utsman bin Affan.

Bulan Muharram dipilih sebagai awal kalender Islam karena awal hijrahnya Nabi SAW terjadi sejak Bulan Muharram ketika para sahabat membaiat Nabi SAW.

Peristiwa hijrah tersebut kemudian dijadikan awal kalender Islam pada masa khalifah Umar bin Khatthab, yang kemudian dikenal dengan kalender Hijriyyah (tarikh hijriy).

Dikutip dari buku Hijrah Dalam Perspektif Fiqih Islam karya Isnan Ansari, peristiwa hijrahnya Rasulullah SAW secara faktual tidaklah terjadi pada bulan Muharram (bulan pertama dalam kalender hijriah), namun terjadi di akhir bulan Shofar (bulan kedua) dan berakhir di awal bulan Robiul Awal (bulan ketiga).

Namun tradisi bangsa Arab yang menjadikan bulan Muharram sebagian bulan di awal tahun, membuat peristiwa hijrah Nabi diperingati menjelang memasuki bulan Muharram.

Hijrah secara bahasa berasal dari bahasa Arab, hajaro-yahjuru-harjron yang artinya meninggalkan dan menahan. Sedangkan secara istilah hijrah artinya meninggalkan suatu tempaat menuju tempat yang lain.

Sedangkan jika istilah hijrah dimaknai secara terminologis, khususnya dalam terminologi Islam (makna syari), maka ia bermakna meninggalkan sesuatu atas dasar untuk melakukan taqorrub (mendekatkan diri) kepada Allah.

Kisah Perjalanan Hijrah Nabi Muhammad ke Madinah

Hijrah dilakukan karena dakwah yang dilakukan Nabi Muhammad SAW kepada kaum Quraisy terus mendapat tentangan hingga ancaman pembunuhan. Mereka semakin membenci ajakan Rasulullah untuk beriman kepada Allah SWT.

Setelah itu, Allah SWT menyuruhnya untuk hijrah, maka Nabi Muhammad SAW pun melaksanakan Hijrah ke Madinah. Awalnya, pada tahun 620 M Nabi Muhammad SAW bertemu enam orang Yastrib (Madinah) dari Kabilah Khazraj yang berziarah ke Mekah.

Dalam pertemuan tersebut, Nabi Muhammad SAW mengajak mereka untuk masuk Islam. Mereka menyambut dengan baik ajakan itu dan menyatakan masuk Islam. Mereka pula yang memberitahukan tentang Islam kepada masyarakat Yatsrib lainnya.

Pada tahun 621 M, seorang muslim Yatsrib beserta 6 orang teman yang lain sebagai utusan Kabilah Khazraj dan Aus mendatangi Nabi Muhammad SAW.

Keenam orang tersebut masuk Islam dan melakukan perjanjian di tempat yang bernama Aqabah. Isi perjanjiannya: Kami tidak akan mempersekutukan Allah SWT dengan sesuatu yang lain. Kami tidak akan mencuri, berzina, dan membunuh anak-anak. Kami tidak akan saling memfitnah dan kami tidak akan mendurhakai Nabi Muhammad SAW.

Selanjutnya, pada 622 M, orang-orang Yatsrib datang lagi dengan maksud mengadakan perjanjian Aqabah 2 sekaligus mengundang Nabi Muhammad SAW untuk berhijrah ke Yatsrib. Perjanjian Aqabah 2, diikuti 75 orang Yarib dan Nabi Muhammad SAW yang didampingi pamannya, Hamzah.

Goa Tsur di Makkah, Arab Saudi menjadi saksi bisu saat Nabi Muhammad SAW dan sahabat Abu bakar Ash Shiddiq bersembunyi dari kejaran kaum kafir Quraisy. (Foto: Okezone)
Goa Tsur di Makkah, Arab Saudi menjadi saksi bisu saat Nabi Muhammad SAW dan sahabat Abu bakar Ash Shiddiq bersembunyi dari kejaran kaum kafir Quraisy. (Foto: Okezone)

Isi perjanjian sama dengan yang sebelumnya, tetapi jumlah peserta yang memeluk agama Islam semakin banyak.Dalam dua kali perjanjian yang terjadi, Nabi Muhammad SAW mendapatkan kesan bahwa Islam telah siap berkembang pesat di Yatsrib.

Kenyataan ini membuat Nabi Muhammad SAW memerintahkan kepada para sahabatnya untuk sembunyi-sembunyi hijrah dari Mekah ke Madinah.

Sedangkan Nabi SAW dan beberapa sahabatnya masih tinggal di Mekah bersama Abu Bakar dan Ali bin Abi Thalib. Nabi SAW menunggu turunnya ayat dari Allah untuk pergi hijrah.

Rencana Pembunuhan Nabi

Rencana hijrah Nabi Muhammad SAW didengar oleh kafir Quraisy. Kaum Quraisy pun akhirnya merencanakan pembunuhan terhadap Nabi Muhammad SAW. Kafir Quraisy khawatir Islam akan berkembang di Yatsrib. Mereka menyuruh para pemuda untuk mengepung rumah Nabi Muhammad SAW karena khawatir akan lari.

Pada malam itu pula, Nabi SAW meminta sepupunya Ali bin Abi Thalib supaya memakai selimut Nabi SAW dan berbaring di tempat tidurnya.

Atas izin Allah Nabi Muhammad SAW berhasil keluar dari rumahnya dengan selamat meski sudah dikepung. Para pemuda kafir Quraisy tak melihat Nabi SAW keluar dari pintu depan yang sudah mereka jaga.

Tidak lama setelah Nabi Muhammad SAW meninggalkan rumahnya, para pemuda terbangun dan masuk ke rumah Nabi SAW dengan penuh nafsu untuk membunuh. Akan tetapi, mereka hanya mendapatkan Ali bin Abi Thalib yang sedang tidur. Mereka kecewa dan tidak percaya dengan segala hal yang terjadi. Hal ini terjadi hanya karena pertolongan Allah SWT.

Menjelang larut malam, Nabi Muhammad saw. menuju ke rumah Abu Bakar dan mengajaknya hijrah. Nabi SAW dan Abu Bakar kemudian keluar dari jendela pintu belakang dan terus bertolak ke arah selatan menuju Gaa Tsur.

Jalan yang ditempuh oleh mereka adalah jalan yang tidak mungkin dilewati manusia. Hal ini dilakukan supaya para pemuda Quraisy yang mengejar tidak menyangka mereka melalui jalan itu.
Dalam perjalanannya, mereka berdua sempat bersembunyi di Goa Tsur selama tiga hari tiga malam.

Tepat tanggal 26 Shafar 622 Masehi atau tepat 17 Juni, Nabi Muhammad SAW didampingi Sayyidina Abu Bakar Ash Shiddiq pergi ke Goa Tsur.

Nabi SAW memberi tahu Abu Bakar bahwa harus pergi hijrah malam itu dan menunjuk Abu Bakar untuk menyertainya. Peristiwa itu terekam dalam Kitab Fatkhul Bari. Peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad SAW itu kemudian ditetapkan sebagai awal penanggalan Hijriah.

Menurut riwayat para ulama pakar tarikh yang masyhur, tarikh Islam mula-mula ditetapkan oleh Umar bin Khattab Ra ketika ia menjadi khalifah pada tahun 17 Hijriah.

Abu Bakr berkata, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku memiliki dua ekor unta yang telah aku persiapkan untuk berhijrah." Kemudian Abu Bakr memberi salah satu hewan tunggannya, yaitu al Jada`, keduanya pun berangkat hingga sampai di Goa Tsur lalu keduanya bersembunyi di dalamnya.

Sementara Amir bin Fuhairah, budak milik Abdullah bin Thufail bin Sahbarah setiap pagi dan sore membawa susu untuk Nabi SAW dan Abu Bakar.

Kemudian ia pergi di malam hari untuk menemui keduanya, selepas itu Amir bin Fuhairah pergi merumput sehingga tak satupun dari para penggembala yang tahu, tatkala Amir bin Fuhairah berangkat, maka Abu Bakr dan Nabi keluar mengikuti dari belakang hingga keduanya tiba di Madinah. ( HR. Bukhari) [ No. 4093 Fathul Bari] Shahih.

Persembunyian Nabi SAW dan Abu Bakar di Goa Tsur tersebut nyaris diketahui para musuhnya yang terus mengejar Rasulullah SAW. Namun, dengan pertolongan Allah SWT, Rasulullah dan Abu Bakar selamat.

Peristiwa itu diabadikan dalam Alquran, Surat At Taubah:40

Artinya: Jikalau tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seseorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, diwaktu dia berkata kepada temannya: "Janganlah berduka cita, sesungguhya Allah bersama kita". Maka Allah menurunkan ketenangan kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Allah menjadikan seruan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. At Taubah: 40).

Abu Bakar merasa takut bila seseorang dari kaum musyrik yang mengejarnya itu dapat melihatnya yang akhirnya nanti Rasulullah Saw akan disakiti oleh mereka. Maka Nabi Saw menenangkan dan meneguhkan hati ABu Bakar.

Dalam ayat lain, Allah SWT berfirman:

Artinya: "Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Qurais) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu, atau membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik Pembalas tipu daya. (QS. Al Anfal: 30)

Maka mereka berkata, "Seandainya dia memasuki gua ini, niscaya sarang laba-laba itu tidak akan ada lagi di mulutnya. Nabi Saw. tinggal di dalam Goa Tsur itu selama tiga malam.

Ketika kondisi sudah aman, Nabi SAW dan Abu Bakar lalu berangkat dan melanjutkan perjalanan dengan perbekalan yang diberikan oleh putrinya. Supaya aman dalam perjalanan, Nabi Muhammad SAW dan Abu Bakar mengambil jalan yang tidak pernah dilalui manusia.

Abdullah bin Uraiqit dari Banu Duil diminta sebagai penunjuk jalan. Keduanya membawa Nabi Muhammad SAW dan Abu Bakar dengan hati-hati sekali ke arah selatan kemudianmenuju Tihama di dekat pantai Laut Merah.

Nabi Muhammad SAW dan Abu Bakar beserta penunjuk jalannya itu sepanjang malam dan siang berada di atas kendaraan. Tidak lagi mereka pedulikan kesulitan dan rasa lelah. Mereka hanya percaya bahwa Allah SWT akan menolong mereka.

Orang Quraisy mengadakan sayembara, siapa saja yang dapat membawa Nabi Muhammad SAW, hidup atau mati, hadiah besar dan jabatan tinggi menantinya.

Hal ini menarik hati masyarakat pada waktu itu, termasuk Suraqa bin Malik yang sudah mengetahui perjalanan Nabi Muhammad SAW dan Abu Bakar.

Tidak lama kemudian Suraqa bin Malik mendatangi tempat yang dimaksud dan dia menemukan Nabi Muhammad SAW beserta kedua temannya yang sedang beristirahat di sebuah batu besar sambil menyantap bekal yang diberikan oleh Asma, putri Abu Bakar.

Setiap kali Suraqa bin Malik mendekati rombongan Nabi Muhammad SAW, kudanya selalu tersungkur. Hal itu berulang sampai empat kali. Suraqa yang percaya kepada Dewa berpikir bahwa itu adalah pertanda buruk, sehingga dia mengurungkan niatnya dan kembali ke Mekah.

Selama tujuh hari terus menerus mereka berjalan. Nabi SAW dan Abu Bakar hanya beristirahat di bawah panas membara musim kemarau dan berjalan lagi sepanjang malam mengarungi lautan padang pasir.

Hanya karena adanya ketenangan hati kepada Allah SWT membuat hati dan perasaan mereka terasa lebih aman. Mereka selalu yakin bahwa Allah Swt. akan selalu bersama mereka.

Nabi Disambut Warga Madinah

Di tengah perjalanan menuju Madinah, Rasulullah saw. singgah di Quba, sebuah desa yang terletak dua mil di selatan Madinah. Di sana beliau membangun sebuah masjid.

Masjid ini menjadi masjid pertama dalam sejarah Islam. Beliau singgah di sana selama empat hari untuk selanjutnya meneruskan perjalanan ke Madinah.

Pada hari Jumat pagi, beliau berangkat dari Quba dan tiba di perkampungan Bani Salim bin Auf tepat pada waktu shalat Jumat. Shalatlah Nabi SAW di sana. Inilah Shalat Jumat pertama dalam Islam. Khotbahnya pun merupakan khotbah yang petama.

Nabi Muhammad SAW dan Abu Bakar tiba di Madinah pada tangga Rabiul Awal. Kedatangan beliau telah dinanti-nanti masyarakat Madinah. Pada hari kedatangan Nabi Muhammad SAW dan Abu Bakar, masyarakat Madinah sudah menunggu di jalan yang akan dilalui Nabi Muhammad SAW dan genderang pun gemuruh diselingi nyanyian yang sengaja digubah untuk keperluan penyambutan itu.

Bulan purnama telah muncul di tengah-tengah kita, dari celah-celah bebukitan. Wajiblah kita bersyukur atas ajakannya kepada Allah Swt. Wahai orang yang dibangkitkan untuk kami, kau datang membawa sesuatu yang wajib ditaati. Itulah
syair penyambutan Nabi Muhammad saw. di Madinah.

Setelah sampai di Madinah, Nabi Muhammad saw. mulai membuat program kerja dan melaksanakanny yaitu membangun masjid, mempersaudarakan antara Muhajiriin dan Anshar, dan membuat perjanjian dengan penduduk Madinah.

Langkah pertama, membangun masjid. Pembangunan masjid segera dimulai dan seluruh umat Islam ikut ambil bagian sehingga berdiri sebuah masjid berdinding bata, berkayu batang kurma, dan beratap daun kurma.

Masjid yang dibangun Rasulullah SAW bersama-sama kaum Muhajirin dan Anshar tidak hanya berfungsi untuk shalat semata, akan tetapi untuk seluruh kegiatan Nabi di Madinah. Di antara fungsi masjid pada zaman Nabi adalah sebagai tempat mempersatukan umat, bermusyawarah tentang perkembangan Islam, mengkaji ilmu agama, bahkan sebagai pusat pemerintahan setelah Rasulullah dipilih sebagai pemimpin di Madinah.

Seluruh aktivitas masyarakat Madinah dipusatkan di masjid. Itulah fungsi masjid yang sebenarnya sudah dibangun oleh Rasulullah SAW.

Wallahu A'lam.

Sumber: Tafsir Ibnu Katsir, Buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

Topik Menarik