6 Tokoh Anak Muda yang Punya Peran Penting dalam Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
JAKARTA- Ada 6 tokoh anak muda yang punya peran penting dalam proklamasi Kemerdekaan Indonesia menarik diulas. Pasalnya kemerdekaan Indonesia yang jatuh pada 17 Agustus 1945 ini juga ada peran para tokoh muda.
Mereka juga ikut membantu Indonesia untuk merdeka dari penjajahan Jepang saat ini. Para anak muda ini memiliki keberanian serta ada yang terlibat dalam membuat naskah proklamasi.
Berikut 6 tokoh anak muda yang punya peran penting dalam proklamasi Kemerdekaan Indonesia:
1. Chaerul Saleh
Chaerul Saleh lahir di Sawahlunto, 13 September 1916. Pada usia 8 tahun, ia ikut dengan sang ayah dan bersekolah di ELS. Lalu melanjutkan pendidikannya di Sekolah Tinggi Hukum, Jakarta. Kemudian pada 1952-1955, Chaerul kuliah jurusan hukum di Universitas Bonn, Jerman.
Ketika masa kependudukan Jepang, ia menjadi anggota Seinendan serta anggota Angkatan Muda Indonesia. Selain itu, juga menjadi anggota Putera (Pusat Tenaga Rakyat).
Keberaniannya muncul jelang runtuhnya kekuasaan Jepang pada 1945. Saat itu, Chaerul Saleh mengajak teman-temannya untuk menentang kelompok tua. Ia juga menolak ikut menjadi anggota BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia). Dirinya juga tokoh kelompok muda yang berada di balik aksi penculikan Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok.
2. Wikana
Sehari menjelang proklamasi kemerdekaan Indonesia, Wikana terlibat dalam peristiwa penculikan Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok. Pria kelahiran Sumedang, 18 Oktober 1914 ini adalah salah satu kelompok muda yang mendesak Soekarno dan Hatta untuk memproklamirkan kemerdekaan Indonesia. Pada 16 Agustus 1945, Soekarno dan Hatta diculik oleh Wikana dan kelompok muda lainnya.
Peran Wikana yang penting, berkat koneksinya di Angkatan Laut Jepang atau Kaigun, adala penyusunan proklamasi yang dapat dirumuskan di rumah dinas Laksamana Maeda di Menteng, yang terjamin pula keamanannya. Wikana juga mengatur semua keperluan pembacaan proklamasi di rumah Bung Karno di Pegangsaan Timur Nomor 56. Selain itu, Wikana juga membujuk para tentara Jepang agar tidak menganggu proses upacara proklamasi kemerdekaan Indonesia.
3.Sultan Hamengkubuwono IX
Sultan Hamengku Buwono IX, yang lahir pada 12 April 1912, adalah Raja Kesultanan Yogyakarta. Ia dinobatkan sebagai raja pada 1940, setelah ayahnya mangkat. Ketika itu, Sultan Hamengku Buwono IX baru kembali ke Indonesia, tepatnya pada tahun 1939, usai menyelesaikan pendidikan di Belanda. Setelah Proklamasi Kemerdekaan, Sultan Hamengkubuwono IX segera menyatakan bahwa Kesultanan Yogyakarta berada di dalam naungan NKRI.
Peran Sultan Hamengkubuwono IX dalam perjuangan Indonesia, terutama dalam mempertahankan kemerdekaan, tak perlu diragukan. Ia menyediakan Yogyakarta sebagai Ibu Kota Republik Indonesia pada tahun 1946, ketika kondisi Jakarta tidak memungkinkan sebagai tempat menjalankan roda pemerintahan. Bahkan, sang Sultan menyumbangkan bantuan, baik moril maupun materil, demi terselenggaranya pemerintahan. Sultan Hamengkubuwono IX juga merupakan tokoh inisiator Serangan Umum 1 Maret 1949. Kapabilitasnya dalam diplomasi antara Pemerintah RI dan Kerajaan Belanda juga diakui di tengah upaya mendapatkan pengakuan kedaulatan dari Belanda.
4.Slamet Riyadi
Slamet Riyadi menjadi tokoh pemuda yang ikut andil dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Riyadi lahir di Surakarta, Jawa Tengah 26 Juli 1927.
Ia menempuh pendidikannya di Akademi Pelaut di Jakarta pada tahun 1942, kemudian setelah lulus dirinya bekerja sebagai navigator di sebuah kapal. Perannya dalam kemerdekaan Indonesia dimulai saat Slamet nekat menerobos desingan peluru musuh di markas Kempetai, Solo Jawa Tengah.
Aksinya tersebut membuat Slamet Riyadi diangkat menjadi mayor oleh Menteri Pertahanan, yang saat itu dijabat oleh Mohammad Hatta. Slamet menduduki pangkat mayor saat usianya masih 19 tahun.
Setelah menerima pangkat mayor, ia mulai menghentikan aksi tentara Belanda pada Agresi Militer I di Salatiga sampai perang gerilya saat Agresi Militer II. Kemampuannya dalam memimpin pun dikagumi oleh pihak Belanda.
Lalu, ia dikirim untuk meredakan pemberontakan yang dilakukan Westerling dengan Angkatan Perang Ratu Adil. Dengan kemampuannya, Slamet Riyadi berhasil meredakan pasukan DI/TII.
5.Soekarni
Soekarni adalah tokoh yang mengusulkan agar naskah proklamasi kemerdekaan hanya ditandatangani oleh Soekarno dan Hatta, sebagai perwakilan bangsa Indonesia.
6. Sayuti Melik
Sayuti Melik menjadi salah satu tokoh proklamasi dan berperan sebagai pengetik naskah. Sebelumnya, naskah proklamasi ditulis tangan dengan beberapa perubahan, setelah disetujui diserahkan kepada Sayuti.
(RIN)







