Mengenal Olahraga Kyudo asal Jepang, Miliki Unsur Spiritualisme Budha Zen
JAKARTA, celebrities.id - Banyak daya tarik yang dimiliki Jepang. Mulai dari anime, sejarah, pendidikan, hingga olahraga tradisional masyarakatnya.
Nah, jika membicarakan soal olahraga tradisional, karate dan judo cukup populer. Namun, ada satu lagi olahraga tradisional Jepang yang menarik untuk diketahui yaitu kyudo.
Bagaimana sejarah dan karakter olahraga kyudo? Berikut informasinya yang telah celebrities.id himpun dari berbagai sumber, Senin (5/6/2023) untuk Celeb Hitz.
Mengenal Sejarah Olahraga Kyudo
Kyudo adalah seni bela diri yang sangat khusus di Jepang, serupa dengan panahan tetapi memiliki unsur spiritualisme Buddhisme Zen. Jadi, tak sekadar olahraga bela diri, kyudo juga dianggap sebagai jalan menuju ketenangan spiritual, kebenaran, dan keindahan.
Pada awalnya, seni bela diri ini dikembangkan untuk berburu. Sejarah busur dan anak panah di Jepang sendiri sudah ada pada abad 1-3 Periode Yayoi. Seiring waktu, terciptalah busur panjang dengan pegangan di sisi bawah.
Sejak kehadiran samurai pada abad ke-10 yaitu Periode Heian, kyudo menjadi kekuatan utama dalam pertempuran dan dipraktikkan secara aktif sebagai seni bela diri. Pada saat itu, seorang samurai harus menguasai seni memanah di atas kuda guna mencapai ketinggian spiritual.
Era peperangan dengan busur dan anak panah berakhir setelah senjata diperkenalkan ke Jepang. Memanah pun kemudian menjadi bentuk pelatihan tubuh dan pikiran. Adanya transisi ini menyebabkan seni memanah menjadi lebih halus.
Di masa Periode Edo yang tanpa peperangan, memanah kemudian ditekuni sebagai seni dan berkembang menjadi kyudo yang berarti "jalan busur".
Kini banyak sekolah menengah di Jepang yang menyediakan klub kyudo. Sehingga, sudah hal biasa melihat siswa sekolah menengah membawa busur raksasa. Ukuran busur untuk kyudo memang sangat besar dan asimetris. Bahkan, busur terpendeknya memiliki panjang sekitar 2 meter.
Tidak hanya diajarkan pada siswa sekolah menengah, kyudo juga termasuk dalam seni bela diri yang dikompetisikan. Untuk pemberian skor kyudo bukan berdasarkan pada ketepatan panah mengenai pusat target. Namun, didasarkan pada berapa banyak anak panah yang mengenai target.
Panah selalu ditembakkan berpasangan. Pertama, panah jantan yang berputar searah jarum jam, kemudian panah betina yang berputar berlawanan arah. Biasanya sasaran akan diletakkan 28 meter dari tempat menembak. Hal ini tentu menjadi tantangan besar untuk menembaknya.
Uniknya, pemain kyudo hampir selalu mengenakan hakama, yaitu pakaian luar tradisional Jepang yang dipakai untuk menutupi pinggang sampai mata kaki.
Sementara pemain kyudo wanita akan mengenakan pelindung dada untuk melindungi diri dari cedera. Selain itu, pemain wanita dan pria mengenakan sarung tangan yang terbuat dari kulit rusa untuk melindungi tangan mereka.
Seperti olahraga atau seni bela diri lainnya, praktisi kyudo dapat memperoleh peringkat sesuai kemahiran mereka, yaitu jenjang Dan serta jenjang Kyu. Jenjang dan dimulai dari Dan 1 (shodan) hingga Dan 10 (Judan). Sedangkan jenjang Kyu hanya terdiri dari lima tingkatan, dimulai dari Kyu 1 (Ikkyu) hingga Kyu 5 (Gokyu). Namun, mereka tidak memakai sabuk berwarna atau pangkat yang umumnya dikenakan oleh pemain seni bela diri lainnya.
Mengutip dari nhk.or.jp, terdapat siswi asal Indonesia yang menjadi orang Indonesia pertama di Iwate yang meraih gelar Shodan (Dan I). Adeyakana Kazuko Zalia Hikarina Saga adalah pelajar di Kota Kitakami, Provinsi Iwate, Jepang. Pelajar dari Indonesia tersebut berhasil memperoleh Shodan (Dan I) setelah lulus ujian dari Federasi Kyudo Seluruh Jepang saat duduk di bangku SMA. (Meuthia Hamidah)










