Apakah Penyakit Lupus Menular, Ini Penjelasan Lengkapnya
Seringkali jika seseorang mendengar penyakit lupus , yang terbesit kepala adalah jenis penyakit yang mematikan. Hal ini juga didasari dari banyaknya korban dari penyakit yang satu ini. Namun yang masih belum banyak diketahui, apakah penyakit lupus menular? Untuk lebih jelasnya simak artikel berikut ini.
Lupus adalah penyakit autoimun yang ditandai dengan serangan sistem imun terhadap jaringan dan organ di dalam tubuh. Organ yang paling sering terpengaruh oleh penyakit ini adalah kulit, persendian, ginjal, paru-paru, sistem saraf pusat, dan pembentukan darah. Kembali ke pertanyaan awal, apakah penyakit lupus menular. Jawabannya tidak. Meskipun lupus dapat diturunkan secara genetik, penyakit ini tidak termasuk dalam kategori penyakit menular.
Lupus bukanlah penyakit yang dapat menular melalui kontak langsung, udara, atau cairan tubuh pengidapnya. Namun, ada faktor genetik yang berperan dalam meningkatkan resiko seseorang terkena lupus. Resiko tersebut dapat meningkat sekitar 8-20 kali lipat jika seseorang memiliki saudara atau anggota keluarga yang juga menderita penyakit lupus. Variasi genetik yang menyebabkan mutasi gen tertentu juga berperan dalam timbulnya penyakit ini.
Namun demikian, lupus tidak hanya disebabkan oleh faktor genetik. Penyakit ini merupakan hasil dari kombinasi antara faktor genetik dan faktor lingkungan. Seseorang yang memiliki kerentanan genetik terhadap lupus dapat mengalami aktivasi berlebihan dari sel-sel imun dalam tubuhnya akibat rangsangan dari lingkungan. Hal ini mengganggu mekanisme toleransi tubuh dan menyebabkan tubuh memproduksi autoantibodi yang mengenali sel tubuhnya sendiri sebagai benda asing. Autoantibodi ini membentuk kompleks imun dan menghancurkan sel-sel yang terkait dengan antibodi tersebut.
Beberapa faktor lingkungan dapat memicu terjadinya lupus, antara lain paparan sinar ultraviolet (terutama ultraviolet B), infeksi, dan toksin. Paparan sinar UV yang berlebihan dapat meningkatkan paparan antigen pada sistem imun dan memicu kematian sel-sel yang tidak normal. Virus Epstein Barr, yang merupakan penyebab mononukleosis, diduga berperan dalam merangsang terjadinya lupus. Selain itu, perubahan hormon saat pubertas juga dapat memicu terjadinya lupus. Hormon estrogen dan hormon seks lainnya diduga memiliki peran dalam manifestasi lupus, terutama karena penyakit ini lebih umum terjadi pada wanita daripada pria.
Penting untuk mengenali gejala lupus sejak dini agar dapat segera melakukan diagnosis dan pengobatan. Tiga gejala yang patut dicurigai sebagai lupus adalah demam, nyeri otot, dan bercak merah pada kulit. Riwayat penyakit autoimun dalam keluarga juga dapat meningkatkan kecurigaan adanya lupus. Gejala lupus biasanya muncul tiba-tiba, terutama pada usia remaja hingga 30 tahun.
Lupus memiliki resiko tinggi menyebabkan kerusakan organ vital maupun non-vital. Oleh karena itu, pengidentifikasian lupus sejak dini sangat penting untuk mencegah kesakitan dan kematian akibat penyakit ini. Beberapa komplikasi utama yang perlu diwaspadai pada lupus adalah gangguan ginjal, serangan jantung, penyakit jantung koroner, dan peningkatan resiko terkena kanker.
Pengobatan untuk lupus umumnya dilakukan dengan menekan sistem kekebalan tubuh menggunakan obat-obatan steroid. Obat ini dapat membantu meredakan gejala dan mencegah kerusakan organ. Namun, penggunaan obat-obatan tersebut harus diawasi dengan ketat oleh dokter karena adanya resiko efek samping, seperti infeksi.
Jadi apakah penyakit lupus menular, seperti penjelasan lengkap diatas. Jawabannya adalah tidak, jika yang dimaksudkan adalah menular melalui kontak langsung. Namun penyakit ini bisa diturunkan secara genetik. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang lupus, diharapkan masyarakat dapat mengenali gejala dan resiko yang terkait dengan penyakit ini. Melalui deteksi dini, pengobatan yang tepat, dan perawatan yang teratur, penderita lupus dapat mengelola kondisinya dengan lebih baik dan menjalani kehidupan yang sehat.





