5 Ilmuwan Perempuan Indonesia yang Berpengaruh di Dunia, Penelitiannya Buat Perubahan
JAKARTA - Indonesia memiliki ilmuwan-ilmuwan perempuan terbaik dan diakui oleh dunia. Berkat kecerdasan dan buah pemikirannya, para ilmuwan perempuan Indonesia ini menghadirkan manfaat bagi kemajuan teknologi dan kehidupan masyarakat saat ini.
Dihimpun berbagai sumber, berikut adalah 5 ilmuwan perempuan Indonesia.
1. Adi Utarini
Adi Utarini merupakan seorang pengajar dan peneliti dari Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FK-KMK) Universitas Gadjah Mada. Ia juga adalah alumni dari perguruan tinggi tersebut pada 1989. Ia melanjutkan pendidikan S2 di University of College London bidang kesehatan ibu dan anak pada 1994. Setelahnya, ia memperoleh gelar Master of Public Health dari Universitas Umea Swedia pada 1998 serta meraih doktor di bidang filsafat dari universitas yang sama di tahun 2002.
Perempuan yang akrab disapa Prof Uut ini menempati peringkat 311 peneliti Indonesia terbaik versi Webometrics 2017. Ia juga tercatat sebagai ilmuwan asal Indonesia yang berpengaruh di dunia. Prof Uut mendapat pengakuan dunia dengan masuk dalam daftar 100 Orang Berpengaruh di Dunia Versi Majalah Time pada 2021. Bahkan sebelumnya, dirinya masuk ke daftar Nature\'s 10: Ten People Who Helped Shape Science in 2020 dari jurnal ilmu pengetahuan Nature dan mendapatkan apresiasi dari Presiden Jokowi. Berkat upaya dalam pemberantasan demam berdarah di Tanah Air dengan bakteri wolbachia, nama Adi Utarini semakin mulai dikenal.
2. Tri Mumpuni
Tri Mumpuni Wiyatno adalah ilmuwan perempuan yang mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional. Pada 2012, Tri Mumpuni mendapat Ashden Award yang diberikan Ashden, LSM asal Inggris yang berkiprah dalam energi ramah lingkungan.
Lulusan Institut Pertanian Bogor ini berhasil membangun Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) di Dusun Palanggaran dan Cicemet, Sukabumi, Jawa Barat. Bersama Institut Bisnis dan Ekonomi Kerakyatan (IBEKA), ia mengembangkan PLTMH di berbagai kawasan terpencil Indonesia. Hingga sekarang, Tri Mumpuni telah menerangi 65 lokasi dengan tenaga mikrohidronya. Tri Mumpuni masuk dalam daftar tokoh muslim berpengaruh The 500 Most Influential Muslims untuk kriteria Sains dan Teknologi pada 2020 versi Royal Islamic Strategic Studies Center.
3. Eniya Listiani
Lahir di Magelang, 14 Juni 1974, Eniya Listiani merupakan lulusan S1 hingga S3 dari Waseda University di Jepang. Selain sebagai peneliti, saat ini ia menjabat sebagai Deputi Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Eniya juga merupakan salah satu ilmuwan perempuan Indonesia yang diakui dunia. Eniya menemukan sel bahan bakar baru yang menggunakan unsur Vanadium.
Penemuannya itu membuat dirinya mendapat penghargaan Mizuno Award dan Koukenkai Award dari tempat ia menempuh pendidikan, Waseda University, Jepang, di tahun 2003. Temuan Eniya itu telah membuat terobosan zinc-air fuel cell (ZAFC), yaitu suatu generator penghasil listrik berbahan bakar logam dan oksigen.
4. Yessie Widya Sari
Yessie Widya Sari merupakan dosen Departemen Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) IPB. Ia terpilih menjadi salah satu dari 99 Inspiring Women versi GlobeAsia berkat dedikasi dan prestasinya di bidang sains. Penghargaan tersebut merupakan apresiasi untuk perempuan-perempuan Indonesia yang mempunyai prestasi luar biasa.
Nama Yessie semakin dikenal setelah menemukan bioplastik sebagai pengemas barang pertanian dan makanan yang tahan lama sehingga memperkecil jumlah tingkat limbah plastik. Dirinya berhasil menjaga kelestarian bumi sekaligus menolong masyarakat luas. Perempuan kelahiran Jakarta, 14 April 1980 ini adalah sosok dosen yang memiliki segudang penghargaan. Sebelumnya, ia terpilih sebagai penerima penghargaan LOreal Women in Science tahun 2018 atas penelitian unik di bidang life science.
5. Korri Elvanita El Khobar
Korri Elvanita El Khobar adalah sosok ilmuwan perempuan Indonesia yang aktif di dunia penelitian ilmiah terutama tentang penyakit hepatitis. Penemuan fenomenalnya adalah ketika ia berhasil menemukan cara untuk mendeteksi awal kanker hati pada penderita infeksi virus hepatitis kronis. Peneliti Pusat Riset Biologi Molekuler (PRBM) Eijkman ini menggunakan Polo Like Kinase 1 (PLK1) sebagai biomarker untuk deteksi awal karsinoma hati seluler atau hepatocellular carcinoma (HCC) pada penderita infeksi virus hepatitis B dan C kronis di Indonesia.
Lulusan University of Sydney itu beberapa kali mendapat penghargaan berkat penemuannya. Korri adalah salah satu pemenang LOral UNESCO For Women in Science National Fellowship Awards 2018, Westmead Research Foundation Top-Up Grant pada 2015, dan University of Sydney Postgraduate Research Support Scheme pada 2016.