Yayasan Puri Kauhan Ubud Luncurkan Buku dan Film Pendek tentang Budaya Asli Bali
JAKARTA, iNews.id - Yayasan Puri Kauhan Ubud meluncurkan tiga buku dan lima film pendek sebagai bagian dari Program Saraswati Sewana 2022. Di dalamnya bercerita mengenai pemuliaan air serta pelestarian alam dan lingkungan Bali yang berkaitan pula dengan pariwisata di Pulau Dewata.
Ini bagian dari rangkaian kegiatan Saraswati Sewana 2022 yaitu acara tahunan yang diadakan oleh Yayasan Puri Kauhan Ubud, kata Ketua Yayasan Puri Kauhan Ubud AAGN Ari Dwipayana dalam launching Buku dan Film Pendek Sastra Saraswati Sewana di The Club Djakarta Theater, Jakarta Pusat, Jumat (17/02/2023).
Dia menyebut, buku yang diluncurkannya itu berjudul Toya Uriping Bhuwana Usadhaning Sangaskara yang artinya Air Sumber Kehidupan Penyembuh Peradaban, Nyapuh Tirah Campuhan atau Jejak Peradaban Kuno DAS Oos dan Jaladhi Smreti atau Menelusuri Pelahuhan Kuno di Ketewel dalam Ingatan Masyarakat dan Catatan Kolonial.
Sementara itu, untuk lima film pendek yang akan dirilis di bioskop Bali pada awal Maret 2023 mendatang merupakan hasil kompetisi bertajuk Purwa Carita Campuhan itu berjudul Tonya Bindu, Boni Tari Rejang Pala (Buah), I Swarnangkara, Kacang Dari serta I Tundung.
Tonya Bindu merupakan cerita rakyat Bali yang diangkat dari tukad atau sungai di Denpasar yaitu Tukad Bindu yang menyimpan begitu banyak fungsi penting bagi kehidupan di Bali.
Sementara, Boni Tari Rejang Pala (Buah) adalah salah satu tarian sakral yang diwariskan di Desa Nongan Karangasem yaitu setiap anak remaja di desa ini diwajibkan untuk menari dengan gelungan atau hiasan kepala dan menggunakan buah-buahan.
I Swarnangkara terinspirasi dari Buku I Swarnangkara atau Si Penjaga Hutan yaitu berkisah tentang I Swarnangkara yang merasa ada yang mengikutinya dari balik pepohonan yaitu makhluk berbadan besar dengan rambut panjang dan mata merah.
Kacang Dari merupakan cerita rakyat dari Pujungan, Tabanan berkisah tentang wanita sebatang kara yang setiap hari hanya mencari kayu bakar untuk memenuhi kebutuhan hidupnya hingga menemukan sebuah kacang bersinar.
I Tundung berkisah tentang seorang yang bertekad menjaga tanah, air dan hutannya yang tinggal di Desa Sangkan Gunung, Tenganan.
Ari yang sekaligus merupakan Koordinator Staf Khusus Presiden itu menambahkan, seluruh cerita baik di buku dan film berkisah mengenai sumber daya alam (SDA) yaitu air yang di Bali menjadi sumber kehidupan dan peradaban.
Maka dalam hal ini, pendekatan yang dilakukannya dan warga Bali adalah dari hulu sampai ke hilir jadi menceritakan air dari gunung sampai ke laut sebagai gambaran penghormatan masyarakat dalam menjaga air sebagai sumber kehidupan.
Karena air sangat penting bagi kehidupan masyarakat Bali baik secara Sekala maupun Niskala, ujar Ari.
Secara Sekala artinya sesuai dengan realita kehidupan karena Bali mengalami krisis air namun saat bersamaan juga berlebihan air yang menyebabkan banjir sehingga harus dikelola dengan baik.
Secara Niskala artinya air sangat penting dalam ritual masyarakat Bali sehingga harus terus didorong seperti melalui pemuliaan air yang dilakukan dengan pendekatan kebudayaan dan ekonomi konservasi.
Pada saat bersamaan itu bisa jadi potensi desa-desa wisata. Dengan desa-desa wisata yang hidup berbasis heritage dan alam akan menambah destinasi wisata di Bali sehingga tidak hanya di laut atau gunung tapi juga di sepanjang sungai, katanya.