Melihat Wajah Jakarta Tempo Dulu dan Sekarang
JAKARTA, NETRALNEWS.COM - Sebanyak lebih dari 30 orang seniman lukis dari Jabodetabek, menggelar karya mereka dalam pameran lukisan bertema, "JakArt Dulu dan Kini Dalam Perspektif Kemerdekaan Berkarya." Pameran lukisan diselenggarakan di lobi Hotel Grand Cempaka Bussines, Cempaka Putih, Jakarta Timur.
Acara yang dibuka oleh Wagub DKI Jakarta, Ariza Patria pada 27 Agustus 2022 tersebut, diselenggarakan sejak 26 Agustus s.d 5 September 2022. Ariza Patria sangat mengapresiasi, mendukung, dan menghargai kegiatan kesenian yang ditampilkan di tengah masyarakat, seperti dalam pameran ini.
Diharapkan hotel yang memfasilitasi kiranya selalu memberikan dukungan bagi para seniman pelukis ini. Termasuk membantu bagaimana karya-karya yang dipamerkan dapat dikoleksi oleh para tamu hotel yang kebetulan menginap di Hotel Grand Cempaka Bussines, Cempaka Putih.
Para seniman lukis yang berpartisipasi dalam pameran kali ini, antara lain : AR. Tanjung, Adlianto Zaman, Adjar Utomo, Andryadi, Aang B, Baem Ibrahim, Dick Iskandar, Carsilah Dede, Zulkifli, Chryshanda DL, Budi Karmanto DR, Eddy Kamal, Edi Markas, Edi S. Saman, Edo Abdullah, Erwin Setiawirawan, Mahardi, Mulyawan S., Nanang Lagonto, Dicksy Iskandar, Nuryana Yana, N. Lam. S. Teddy, Tonny Lais, Firta PW, Wahyu Oesman, Yusuf Dwiyono, Nunuk Darmono, Diediet Kadito, Maulana, Eddyst, Naomi, Ambarsari S. Usdek.
Pameran bertema Jakarta ini merupakan lanjutan dari pameran sebelumnya yang bertema, "Freedom And Harmony", 14 Agustus-26 Agustus 2022.
Pameran tersebut telah dibuka oleh Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto. Tampak hadir dalam pameran tersebut Pelaksana tugas (Plt) Wali Kota Bekasi Tri Adhianto, Bupati Majalengka, Karna Sobahi, dan Wakil Wali Kota Tegal, M. Jumadi.
Hasto Kristiyanto turut membeli lukisan berjudul Bu Fat karya Harun Al Rasyid dan Sukarno, karya Baem Ibrahim. Lukisan berjudul Bu Fat menggambarkan bagaimana Ibu Fatmawati menjahit bendera Sang Saka Merah Putih, juga suasana kemerdekaan di tahun 1945.
Sedangkan lukisan berjudul Sukarno menggambarkan figur Sukarno sebagai Presiden RI pertama.
Ekspresi tentang Jakarta
Bagaimana wajah Jakarta di masa kepemimpinan Sutiyoso dilukiskan oleh Dicksy Iskandar. Dicksy menuturkan latar belakang tentang lukisannya, bahwa setiap gubernur yang memimpin Jakarta selalu menghadapi tantangan.
"Ada yang baru dan ada yang harus diteruskan dari kepemimpinan yang lalu, \' tuturnya.
Dalam lukisannya tampak gambaran penggusuran, banjir, demo, keadaan sosial yang tidak menentu, preman. Termasuk bagaimana Jakarta tempo dulu dengan tantangannya sebagai pusat pemerintahan. Gambaran pernak-pernik Jakarta terlukis dalam karyanya.
Sisi lain tentang kehidupan keluarga urban dilukiskan oleh Baem Ibrahim dalam lukisan berjudul Urban. Sedangkan pelukis Betawi Maulana sangat indah mengadvokasi tentang kerusakan lingkungan Kali Ciliwung dalam lukisannya.
Dalam lukisan itu digambarkan bagaimana indahnya anak-anak pinggiran yang kampungnya berada dekat kali Ciliwung, sedang mandi di kaki Ciliwung yang sudah bersih.
Pelukis AR. Tanjung menggambarkan Jakarta melalui lukisannya tentang pengantin Betawi. Lukisan sebelumnya tentang kehidupan Jakarta sempat ditampilkan, yang menggambarkan kehidupan seorang penjual kerak telor.
Adlianto Zaman dan Edo Abdullah menggambarkan wajah Jakarta dalam lukisan abstrak. Selain itu, Edo Abdullah juga menampilkan karya instalasi berjudul Complexity.
Pelukis Aang melukiskan profil Anies Baswedan dalam kanvasnya. Mewakili Jakarta dan Indonesia masa kini, lukisan Jokowi yang memegang pistol dilukis oleh Edi Markas.
Beragam lukisan dengan aliran abstrak, ekspresionis, figuratif ditampilkan dalam pameran tersebut. Tema pameran bertajuk kehidupan Jakarta dipilih untuk menggambarkan Jakarta yang menjadi ibukota Indonesia sebagai ikon semangat bangsa. Dan para seniman masuk dalam bagian itu.
"Berkarya dalam bentuk melukis. Melukis untuk menunjukkan eksistensi anak bangsa yang berbudaya melalui karya karyanya, " tutur Eddy Kamal penanggung jawab pameran ini. (Yohana Sri W.)