Mengenal 3 Pasukan Elite TNI yang Pakai Baret Merah, Ternyata Bukan Hanya Kopassus
JAKARTA, iNews.id - Baret merah identik dengan pasukan elite TNI AD yakni Komando Pasukan Khusus (Kopassus). Ternyata di tubuh TNI ada tiga satuan elite yang memakai baret berwarna merah.
Dua pasukan elite TNI lain yang memakai baret merah yakni Komando Pasukan Katak (Kopaska) dan Komando Operasi Khusus (Koopssus) TNI. Kopaska merupakan pasukan khusus TNI Angkatan Laut (AL).
Lalu Koopssus TNI merupakan satuan Super Elite yang diresmikan 30 Juli 2019. Koopssus TNI merupakan gabungan pasukan elite tiga matra yakni Satgultor-81 Kopassus TNI AD, Denjaka dari TNI AL, dan Satbravo-90 dari TNI AU.
Meski sama-sama menyandang Baret Merah, namun ketiga pasukan khusus ini memiliki struktur komando dan tugas yang berbeda. Apa saja perbedaannya? Berikut ini penjelasannya.
1. Kopassus
Kopassus merupakan pasukan elite TNI AD yang memiliki kemampuan khusus seperti bergerak senyap dan cepat di setiap medan, menembak tepat, pengintaian serta antiteror. Pasukan yang digagas Letkol Slamet Riyadi dan diwujudkan Kolonel Inf Alexander Evert Kawilarang ini bahkan mendapat julukan khusus Korps Baret Merah.
Dikutip dari buku Kopassus untuk Indonesia Jilid II, penggunaan Baret Merah oleh Kopassus memiliki filosofi yang mendalam. Warna merah baret Kopassus ini mengandung arti keberanian yang luar biasa, motivasi tinggi untuk meraih kesuksesan, kematangan dalam pola pikir dan olah rasa, mempunyai keseimbangan dalam Intelligent Quotient (IQ) serta Emotional Quotient (EQ).
Selain itu, dalam setiap penugasan harus tercapai suatu kemenangan dalam merebut sasaran yang diperintahkan. Hal itu sesuai dengan harapan pendiri Kopassus Mayor Inf Moch Idjon Djanbi yang menginginkan pasukan yang dibinanya bisa dikenal seperti The Red Devils atau pasukan Para Inggris pada Perang Dunia (PD) II.
Konsep Baret Merah baru digunakan ketika Kesatuan Komando Tentara Teritorium (Kesko TT)-III/Siliwangi diganti sebutannya menjadi Korps Komando Angkatan Darat (KKAD) yang merupakan cikal bakal Kopassus. Konsep Baret Merah diambil lantaran saat itu belum ada baret berwarna merah membara seperti sekarang.
Saat itu, KKAD menerima baret berwarna cokelat sama seperti pasukan artileri. Untuk memberi rona warna merah sekaligus membedakannya dengan baret cokelat biasa, baret pembagian direbus air teh dicampur dengan sabun. Sejak saat itu, baret merah menjadi ciri khas Kopassus dan kesatuan ini kerap disebut dengan Korps Baret Merah.
Pada Baret Merah Kopassus terdapat emblem yang mengombinasikan pisau belati, jangkar, dan sayap yang dibingkai dalam bingkai segi delapan. Bentuk pisau belati melambangkan operasi darat, sedangkan jangkar lambang kemampuan maritim, dan sayap yang melambangkan kecepatan mobilitas.
Desain pisau Komando yang terhunus ke atas juga mengalami sedikit perubahan yaitu menjadi pisau komando dengan tiga alur atau ulir pada gagangnya yang menggambarkan tiga kemampuan prajurit komando dan tiga janji prajurit komando.
Sejak tanggal 25 Juni 1996 Kopasuss melakukan reorganisasi dan pengembangan grup dari tiga grup menjadi lima grup. Grup 1/Parakomando di Serang, Banten; Grup 2/Parakomando di Kartasura Jawa Tengah; Grup 3/Pusdikpassus di Batujajar Jawa Barat; Grup 4/Sandhi Yudha di Cijantung Jakarta Timur; dan Grup 5/Antiteror di Cijantung, Jakarta Timur. Danjen Kopassus saat ini yakni Mayjen TNI Iwan Setiawan.
Kehebatan dan ketangguhan pasukan Korps Baret Merah tidak perlu diragukan lagi, hampir setiap palagan Kopassus selalu menorehkan tinta emas, tidak hanya di dalam tapi juga di luar negeri. Terbukti, Kopassus sukses menjalankan misinya dalam Operasi Woyla. Operasi pembebasan penumpang pesawat Garuda DC-9 yang sandera Komando Jihad di Bandara Don Mueang, Bangkok, Thailand.
Kemudian, Operasi Seroja di Timor-Timur, Operasi Dwi Komando Rakyat (Dwikora) saat konfrontasi dengan Malaysia di pedalaman hutan Kalimantan, Operasi Trikora pembebasan Papua, penumpasan pemberontakan G30/S/PKI, Permesta, DI/TII, Operasi Mapenduma pembebasan peneliti Ekspedisi Lorentz 95 yang disandera OPM di Papua, Operasi pembebasan Kapal MV Sinar Kudus dari perompak Somalia, dan operasi khusus lainnya. Kehebatan dan ketangguhan Kopassus dalam perang hutan membuat pasukan ini kerap dijuluki sebagai Hantu Rimba.
2. Kopaska
Kopaska merupakan pasukan khusus TNI AL yang berkedudukan langsung di bawah Koarmada, dan bertanggung jawab langsung kepada KSAL. Pasukan khusus ini juga menggunakan Baret Merah sebagai ciri khasnya. Meski demikian, warna merah pada baret Kopaska sedikit lebih gelap atau merah marun.
Pada baret merah Kopaska terdapat emblem yang mengombinasikan antara tongkat trisula yang digenggam seekor katak, dengan jangkar kapal. Di atasnya terdapat kata Kopaska sedangkan di bawahnya tertulis semboyan Tan Hana Wighna Tan Sirna yang berarti Tak Ada Rintangan yang Tak Dapat Diatasi.
Korps yang secara resmi didirikan pada 31 Maret 1962 oleh Presiden Soekarno ini sebenarnya sudah ada sejak 1954. Bapak dari Kopaska yaitu Kapten Pelaut Iskak dari sekolah pasukan katak angkatan laut di pangkalan angkatan laut Surabaya.
Sama dengan pasukan khusus lainnya, Kopaska juga mengemban tugas operasi rahasia. Hanya saja, Kopaska lebih kepada aspek laut seperti Operasi Amfibi, operasi khusus, dan dukungan-dukungan lain guna memperlancar operasi-operasi TNI AL.
Tugas utama dari pasukan ini yaitu peledakan/demolisi bawah air termasuk sabotase/penyerangan rahasia ke kapal lawan dan sabotase pangkalan musuh, torpedo berjiwa (kamikaze), penghancuran instalasi bawah air, pengintaian, mempersiapkan pantai pendaratan untuk operasi amfibi yang lebih besar serta antiteror di laut/maritime counter terrorism.
Satkopaska di setiap Koarmada memiliki enam detasemen yang siap digerakan kapan pun. Di antaranya Detasemen 1 Sabotase/antisabotase (Teror); Detasemen 2 Operasi Khusus; Detasemen 3 Combat SAR; Detasemen 4 EOD dan Ranjau Laut/Mineclearance; Detasemen 5 Underwater Demolition; dan Detasemen 6 Special Boat Units. Saat ini, Kopaska dipimpin oleh Laksamana Pertama TNI Yudhi Bramantyo Nur Sasongko yang dilantik pada 27 Juli 2020.
Aksi heroik Kopaska di medan operasi antara lain saat mengamankan kedaulatan Indonesia di perairan Ambalat dari ancaman musuh. Pembebasan Kapal MV Sinar Kudus dari perompak di perairan Somalia pada 2011 lalu. Menemukan black box Flight Data Record (FDR) milik Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 yang jatuh di perairan Kepulauan Seribu pada 2021.
3. Koopssus TNI
Koopssus TNI merupakan pasukan elite yang diresmikan pada 30 Juli 2019 oleh Panglima TNI saat itu yakni Marsekal TNI Hadi Tjahjanto. Satuan super elite ini bertugas menanggulangi aksi-aksi terorisme. Peresmian tersebut berdasarkan Perpres Nomor 42 Tahun 2019 yang menegaskan bahwa tugas TNI dalam mengatasi aksi terorisme, merupakan bagian dari Operasi Militer Selain Perang (OMSP).
Koopssus bisa disebut pasukan super elite dari para elite. Pasalnya, prajurit dalam satuan tersebut merupakan gabungan dari tiga pasukan elite tiga matra TNI (darat, laut, dan udara) yaitu Satbravo-90 dari TNI AU, Satgultor-81 dari TNI AD, dan Denjaka dari TNI AL.
Operasi khusus yang dilakukan Koopssus TNI mencakup operasi di dalam maupun luar negeri yang berkaitan dengan penanggulangan terorisme, kasus teror yang mengancam ideologi, kedaulatan, keutuhan, dan keselamatan Indonesia. Koopssus bertugas menanggulangi aksi-aksi terorisme sebagai penangkal, penindak, dan pemulih terorisme di dalam dan luar negeri.
Sebanyak 80 persen kegiatan Koopssus adalah intelijen (surveillance) alias observasi jarak dekat, sementara 20 persen lainnya penindakan. Orang-orang yang terpilih ke dalam Koopssus merupakan prajurit yang memiliki kualifikasi untuk melakukan berbagai jenis operasi khusus, baik di dalam maupun luar negeri yang menuntut kecepatan dan keberhasilan yang tinggi.
Hanya saja Koopsus berada dalam wadah Badan Pelaksana Pusat yang secara struktural komando langsung di bawah Panglima TNI. Tujuannya untuk memudahkan dalam penerjunan pasukan.
Koopssus TNI juga menggunakan baret merah sebagai ciri khasnya. Meski demikian, lambang yang disematkan pada Baret Merah Koopssus TNI berbeda dengan dua pasukan khusus di atas. Lambang Koopssus terdiri dari tiga anak panah dan garis busur yang berada dalam bentuk segi lima.
Lambang itu memiliki dasar berwarna hitam. Pasukan ini memiliki 400 anggota surveillance serta satu kompi penindak. Secara materi kemampuan tempur mereka sama dengan pasukan elite yang ada di matra asal mereka.
Hanya saja mereka kini berada di tingkat Mabes TNI. Selama dibentuk, Koopssus telah berhasil menumpas kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) pimpinan Santoso dan Ali Kalora.
Koopssus TNI dipimpin Komandan Koopssus TNI (Dankoopssus TNI) setingkat Mayor Jenderal (Mayjen) TNI alias jenderal bintang dua yang bertanggung jawab kepada Panglima TNI. Dankoopssus dibantu oleh Wakil Komandan Koopssus (Wadankoopssus) dengan pangkat Brigadir Jenderal (Brigjen) TNI.
Saat ini, Dankoopssus TNI dijabat oleh Mayjen TNI Joko Purwo Putranto yang baru dilantik pada Januari 2022 lalu. Sementara, posisi Wadankoopssus dijabat oleh Brigjen TNI (Mar) Supriyono.