Stalingrad, Jebakan Uni Soviet untuk Jerman

Stalingrad, Jebakan Uni Soviet untuk Jerman

Gaya Hidup | netralnews.com | Minggu, 29 Mei 2022 - 08:51
share

MALANG, NETRALNEWS.COM - Stalingrad merupakan salah satu kota di Uni Soviet yang sekarang dirubah namanya menjadi Volgogard. Stalingrad. Kota ini merupakan kota yang ingin dikuasai oleh Hitler setelah mereka Kiev.

Beberapa titik penting di bagian utara. Stalingrad di pisahkan dengan sungai besar yang bernama Volga. Sungai ini membentang dari Laut Mati hingga Moskow yang menjadikan sungai sebagai sungai terpanjang di Eropa.

Jerman mengalami embargo ekonomi besar-besaran dari musuhnya yaitu Inggris, sehingga pasokan bahan bakar bagi Jerman sangat minim. Terlebih lagi, Jerman pada saat it terus digempur oleh angkatan udara Inggris dan sangat sulit untuk menyerang Inggris karena Royal NAVI yaitu angkatan laut Inggris yang sangat kuat.

Selain berhadapan dengan Inggris, Jerman juga harus berurusan dengan negara-negara baltik seperti Yugoslavia dan Yunani karena Italia gagal menaklukan kedua negara tersebut.

Keberadaan bahan bakar juga dinilai sangat penting dikarenakan fokus Jerman yang terbagi pada beberapa pertempuan dan membuat maneuver angkatan bersenjata dalam jarak yang jauh diperlukan.

The Fuhrer atau Hitler melihat Kota Stalingrad merupakan titik kelemahan Uni Soviet. Selain itu, menguasai Stalingrad merupakan jalan keluar bagi permasalahan kurangnya bahan bakar.

Perlu diketahui jika di sebelah selatan Stalingrad terdapat sumber bahan yang melimpah ruah. Hal inilah yang membuat Hitler sangat tertarik meguasai Stalingrad.

Tidak hanya mengenai bahan bakar dalam jumlah yang besar. Dengan menguasai Stalingrad, Jerman bisa menguasai seluruh laut mati dan mendapatkan akses total ke Timur Tengah.

Dengan mengakses Timur Tengah, Jerman bisa mendapatkan sumber daya lainnya dan dapat melawan Inggris untuk mendapatkan akses ke Asia. Oleh karena itu, Stalingrad bagaikan "Atlantis" yang diidamkan oleh Jerman.

Karena dinilai sangat penting, Hitler menugaskan jenderal Erich von Manstein seorang jenderal yang memimpin dalam pertempuran menaklukan Perancis di barat ditarik ke timur untuk membantu penyerangan di Stalingrad.

Penyerangan berlangsung pada 23 Agustus 1942 dengan armada yang cukup besar. Hitler menilai penyerangan terhadap Stalingrad akan berjalan mudah jika berkaca pada apa yang terjadi pada penaklukan kota-kota sebelumnya seperti, Kiev, Minks, dan lainnya.

Akan tetapi keberadan sungai Volga yang menjadi tameng alam Stalingrad, membuat Jerman kesulitan. Apalagi Jerman yang terbiasa dengan strategi Blitzkrieg, di mana tank dan tentara maju secara bersamaan dengan bantuan udara.

Hal itu tidak bisa dilangsungkan di Stalingrad karena keberadaan sungai Volga. Ukuran sungai Volga yang terlalu besar dan dalam, membuat angkatan bersenjata tidak bisa menyebranginya.

Sedangkan untuk menyerang dari sisi lain, mereka harus beranjak ke utara Moskow dan hal tersebut sangat tidak memungkinkan mengingat jarak Stalingrad dengan Moskow mencapai 980 km di mana jarak itu sama dengan jarak antara Probolinggo di Jawa Timur ke Cilegon di Banten (976 km).

Selain karena keberadaan sungai Volga, jumlah angkatan bersenjata Uni Soviet juga berpengaruh. Bahkan Stalin mengultimatum tentaranya yang berani gantung senjata dan meninggalkan Stalingrad akan dihukum mati.

Tentu saja, kebesaran Jerman pada waktu itu, menghancurkan moral tentara Uni Soviet. Bagaimana tidak? Jerman sebelumnya mengalahkan Russia pada Perang Dunia I terlepas dari pengaruh internal kenegaraam.

Jerman hanya butuh waktu setidaknya 10 tahun bangkit (terhitung mulai 1929 ketika Amerika Serikat memberhentikan bantuannya kepada Jerman dan Perancis yang mengambil alih tambang di sekitar daerah Luksemburg karena terjadinya depresi ekonomi besar). Untuk kembali menyerang Belanda, Belgia, dan Perancis hanya membutuhkan waktu 46 hari untuk menginjak Paris.

Kenyataannya tidak seperti yang diharapkan. Pertempuaran berjalan panjang atau 163 hari terhitung sejak 23 Agustus 1942 hingga 2 Februari 1943. Pertempuran ini berlangsung dalam waktu yang tidak diperhitungkan oleh Hitler.

Pasukan harus bertempur dalam musim salju tanpa membawa perlengkapan musim salju. Musim salju memperparah keadaan Jerman di Stalingrad, di mana tentara Jerman tidak bisa maju untuk menyerang dan terlambat untuk mundur.

Perubahan musim panas ke musim salju membuat posisi Jerman semakin memburuk. Setidaknya terdapat 91.000 tentara Jerman mengalami kelaparan dan kedinginan dan hanya 5000-6000 tentara Jerman yang berhasil pulang.

Tentara itu berasal dari komando 6 yang sudah terkepung oleh Uni Soviet. Terdapat 250.000 mayat tentara blok poros yang diamankan oleh Uni Soviet. Pertempuran ini mengakibatkan korban total 800.000 di mana di dalamnya termasuk meninggal, mengalami luka luka, menghilang, dan tertangkap.

Angka tersebut merupakan jumlah kerugian yang dialami oleh blok poros (Jerman, Italia, Hungaria, dan Romania). Sedangkan dari Red Army (pasukan merah) setidaknya terdapat 1.100.000 tentara dalam jumlah keseluruhan yang meliputi meninggal, luka luka, dan menghilang. Setidaknya terdapat 40.000 warga sipil meninggal akibat pertempuran ini. .

Harta karun yang diidamkan oleh Jerman, malah menjadi bumerang bagi Jerman. Pertempuran Stalingrad merupakan titik balik pertama yang dicapai oleh pihak Sekutu.

Dengan kekalahan ini, Uni Soviet kemudian menyerang Jerman dari segala arah. Terlebih lagi pada waktu itu, perang yang melibatkan Uni Soviet dengan Finlandia sudah berakhir dan membuat Uni Soviet fokus menyerang Jerman. Selain menjadi titik balik bagi Uni Soviet, pertempuran tersebut juga menjadi titik balik bagi Sekutu.

Hal ini membuat pertahanan blok poros pada sisi lain melemah dikarenakan beberapa pasukan dikirim ke timur untuk menghentikan invasi yang dilakukan oleh Uni Soviet.

Sehinggga pada bulan Juli 1943, pihak Sekutu memanfaatkan untuk menyerang melalui Sisilia, Italia. Pihak Sekutu juga menyerang Jerman melalui Caen, Perancis. Hal itu berlangsung hingga pengepungan Berlin (Siege of Berlin) dan membuat Jerman kalah pada Perang Dunia II.

Penulis: Alfath Chordhasyabana

Mahasiswa Sejarah Universitas Negeri Malang

Topik Menarik