Usaha Gorengan Terdampak Pandemi, Pria Ini Campur Minyak Goreng Bekas dan Sampah Plastik Jadi Energi Terbarukan

Usaha Gorengan Terdampak Pandemi, Pria Ini Campur Minyak Goreng Bekas dan Sampah Plastik Jadi Energi Terbarukan

Gaya Hidup | netralnews.com | Kamis, 26 Mei 2022 - 10:51
share

MANADO, NETRALNEWS.COM - Gorengan merupakan salah satu makanan favorit masyarakat Indonesia. Tak heran, pria asal Manado yang bernama Chrisye France Longdong atau akrab disapa Chris, sempat mencoba peruntungan di bidang kuliner tersebut.

Chris sempat sukses mengolah bahan kaya protein, yakni tahu. Dia mengolahnya menjadi tahu isi goreng dan menjualnya melalui food delivery alias layanan pesan antar.

Di sisi lain minyak goreng bekas yang dihasilkan begitu banyak dan untuk mempertahankan kualitas tahu isi gorengnya, Chris tidak mau menggunakan minyak goreng yang sudah pernah digunakan. Dia pernah mencoba menggunakan minyak goreng berulang, tapi hasil tahu isi jadi hitam, terpengaruh warnanya.

"Sisa minyak goreng bekas kadang satu liter, dua liter, lima liter kalau sebulan ditotal bisa 50-60 liter. Kalau awal pertama, minyak goreng bekas dibuang di got atau buang disaluran. Saya berpikir, gimana caranya membuang minyak goreng ini, karena bulan depan ada lagi," ujar Chris saat dihubungi Netralnews , Selasa (24/5/2022).

Chris menyadari, tidak mungkin dia akan terus-terusan membuang minyak goreng bekas ke got atau saluran pembuangan karena bisa tersumbat. Dia juga merasa tidak mungkin membuang minyak goreng ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA), apalagi membuangnya ke laut.

Terinspirasi Lampu Botol di Kebun

Chris sering bermain ke kebun bersama sang opa. Dia memperhatikan bahwa di kebun tidak ada penerangan listrik, yang digunakan adalah lampu botol yang berisi minyak goreng, diberi sumbu dan dibakar untuk menciptakan api sebagai penerangan.

Melihat api yang dihasilkan cukup besar, Chris berpikir, bagaimana caranya ubah api di lampu botol bisa hasilkan lampu sebesar kompor. Berdasarkan dari pemikiran itu, Chris mulai bereksperimen, menggunakan minyak goreng bekas yang dia miliki dijadikan sebagai bahan bakar di kompor minyak tanah.

Hasilnya, eksperimen pertama tidak berhasil. Dia mencoba lagi dengan memperbesar saluran bahan bakar pada kompor. Hasilnya, kompor bisa menyala, namun api yang dihasilkan tidak stabil. Selain itu minyak goreng bekas yang kental, bila dipanaskan menjadi agak encer.

Gorengan Plastik Viral

Sempat viral, kasus tukang gorengan yang memasukkan plastik pada minyak goreng. Tindakan oknum tak bertanggungjawab itu dilakukan untuk mendapatkan hasil gorengan tepung yang garing dan tahan lama.

Chris tegaskan, tentu dirinya tidak mencampur minyak goreng dan plastik pada usaha gorengan tahu isinya. Tetapi dari kasus viral itu membuktikan bahwa minyak goreng bisa menyatu dengan plastik. Mulai dari situ, eksperimen Chris mulai berkembang, mencampur minyak goreng bekas yang dipanaskan dengan plastik, yang kemudian meleleh dan bercampur.

Campuran minyak goreng bekas dan plastik dia coba untuk menyalakan kompor, hasilnya menyala dan dia sempurnakan sehingga api yang dihasilkan bisa stabil. Melalui pencampuran minyak goreng dan plastik, volume minyak goreng rupanya meningkat karena ada plastik yang mencair dan minyak yang dihasilkan jadi mudah terbakar.

"Di situ belum mikir dampak lingkungan, asap yang dihasilkan, segala macam. Jadi bahan bakar minyak goreng bekas dan plastik dipakai untuk diri sendiri, cost produksi jadi rendah. Ini rahasia dagang saya," ungkap Chris.

Sumber plastik sendiri Chris dapatkan dari sampah plastik usahanya yang lain, yakni di bidang bordir dan sablon kaos. Setiap per enam buah kaos, biasanya dibungkus dengan sebuah plastik. Setiap sebuah bundel kaos juga dibungkus dengan plastik lagi.

Apabila sekali projek ada sekitar 100-200 kaos, tentu ada banyak plastik yang terbuang. "Banyak banget," kata Chris.

Tapi sayang, bisnis gorengan tahu isi milik Chris harus gulung tikar. Salah satu alasannya karena terdampak Pandemi Covid-19 yang sempat melanda Indonesia. Beruntung bisnis kaosnya masih bisa bertahan sampai saat ini.

Ikut Kompetisi Startup Energi Terbarukan


Usaha gorengan tutup dan lebih banyak waktu luang di rumah, Chris mencoba untuk ikut sebuah kompetisi startup energi terbarukan dengan inovasi yang dia lakukan dari minyak goreng bekas dan sampah plastik. Dia akui, saat itu inovasinya tidak menang tetapi Chis jadi banyak belajar dan mulai melahirkan "Waus" serta memperkenalkan diri.

Chris menyadari bahwa penemuannya saat itu bukan clean energy. Alasannya dampak kotor, menimbulkan abu dan karbon dioksida yang banyak. Chris terus melakukan riset dan ikut kompetisi dan bertemu "jodohnya" yakni sebuah yayasan energi bernama Medco Foundation melalui acara yang diadakan KUMPUL.

KUMPUL klaim sebagai enterpreneur ecosystem enabler terbesar di Indonesia, berkolaborasi dengan berbagai ecosystem builder nasional dan global. KUMPUL menghubungkan para expert, mentor, investor, pelaku industri, pemerintah dan startup untuk menciptakan ekosistem kewirausahaan Indonesia semakin naik kelas.

"Saat acara KUMPUL di 2021, diperkenalkan dan saya presentasi. Rupanya Medco Foundation tertarik dengan inovasi saya dan saya mendapatkan pendanaan. Tujuannya untuk membuktikan bahwa biosintetik ada dan dibuat dalam skala industri," ujar Chris.

Melalui dukungan pendanaan, Chris terus memurnikan penemuannya, terus melakukan riset, belajar dari jurnal-jurnal dan merakit mesin. Dari yang awalnya hanya minyak goreng bekas di campur sampah plastik untuk bahan bakar kompor, menjadi Waus Biosynthetic yang bisa dipisah menjadi beberapa produk dalam sekali proses menggunakan teknologi yang Chris ciptakan.


Topik Menarik