Fenomena Hilangnya Keanekaragaman Hayati yang Didorong Manusia, Termasuk Kepunahan Spesies
Biodiversity loss merupakan makna dari hilangnya keanekaragaman hayati termasuk kepunahan spesies yang berbeda di seluruh dunia. Kepunahan ini juga berdampak karena dorongan manusia.
Biodiversity loss juga mengakibatkan pengurangan spesies lokal atau hilangnya spesies di habitat tertentu, yang mengakibatkan hilangnya keanekaragaman hayati.
Fenomena yang ini dapat bersifat sementara atau permanen, tergantung pada apakah degradasi lingkungan yang menyebabkan hilangnya tersebut dapat dialihkan melalui restorasi ekologis/ketahanan ekologis atau secara efektif permanen, misalnya melalui hilangnya lahan.
Kepunahan global ini sering disebut kepunahan massal keenam (Kepunahan Antroposen), telah mengakibatkan krisis keanekaragaman hayati didorong oleh aktivitas manusia yang melampaui batas dan sejauh ini terbukti tidak dapat diubah.
Meskipun hilangnya spesies global permanen adalah fenomena yang lebih dramatis dan tragis daripada perubahan regional dalam komposisi spesies, namun hal itu memiliki pengaruh pada jaring makanan dan rantai makanan yang dapat berdampak buruk.
Seluruh rantai (kepunahan), yang mengarah pada pengurangan keanekaragaman hayati secara keseluruhan mengkhawatirkan, meskipun ada kemungkinan keadaan stabil alternatif dari suatu ekosistem.
Disisi lain, efek ekologis keanekaragaman hayati biasanya dilawan dengan hilangnya keanekaragaman hayati. Berkurangnya keanekaragaman hayati khususnya menyebabkan berkurangnya jasa ekosistem.
Dan kemudian pada akhirnya menimbulkan bahaya langsung bagi ketahanan pangan, tetapi juga dapat memiliki konsekuensi kesehatan masyarakat yang lebih bertahan lama bagi manusia.
Maka dari itu, organisasi lingkungan internasional telah berkampanye untuk mencegah hilangnya keanekaragaman hayati selama beberapa dekade, termasuk pejabat kesehatan telah mengintegrasikannya ke dalam pendekatan One Health untuk praktik kesehatan masyarakat.
Tidak hanya itu, mereka juga melakukan pelestarian keanekaragaman hayati yang semakin meningkat merupakan bagian dari kebijakan internasional. Kegiatan itu seperti Konvensi PBB tentang Keanekaragaman Hayati berfokus pada pencegahan hilangnya keanekaragaman hayati dan konservasi kawasan liar secara proaktif.
Tingkat hilangnya keanekaragaman global saat ini diperkirakan 100 hingga 1000 kali lebih tinggi dari tingkat kepunahan latar belakang (yang terjadi secara alami), lebih cepat daripada waktu lain dalam sejarah manusia.
Tren kepunahan yang meningkat pesat ini berdampak pada banyak kelompok hewan termasuk mamalia, burung, reptil, amfibi, dan ikan bersirip pari telah mendorong para ilmuwan untuk menyatakan krisis keanekaragaman hayati kontemporer.
Pada tahun 2006, lebih banyak spesies yang secara resmi diklasifikasikan sebagai langka atau terancam punah atau terancam. Selain itu, para ilmuwan telah memperkirakan bahwa jutaan spesies lainnya berada dalam risiko yang belum diakui secara resmi.
Pada tahun 2021, sekitar 28% dari 134.400 spesies yang dinilai menggunakan kriteria Daftar Merah IUCN sekarang terdaftar sebagai terancam punah. Ada total 37.400 spesies yang terdaftar dibandingkan di tahun 2016 yang hanya 16.119 spesies.