Ramai Soal Penipuan Berkedok Sedekah, Begini Cara Sedekah yang Benar ala Rasulullah

Ramai Soal Penipuan Berkedok Sedekah, Begini Cara Sedekah yang Benar ala Rasulullah

Gaya Hidup | indozone.id | Minggu, 10 April 2022 - 14:35
share

Belakangan ramai pembicaraan terkait penipuan berkedok sedekah yang diduga dilakukan oleh salah seorang penceramah kondang Tanah Air.

Sang ustadz yang biasa berdakwah soal keutamaan sedekah, disebut-sebut telah menipu dengan menjual dalil agama. Beliau terbiasa menyuruh jemaahnya untuk tak ragu dan habis-habisan dalam bersedekah.

Lantas bagaimana sedekah yang benar? Haruskah sedekah dilakukan dalam jumlah yang besar?

Sebelumnya, sebagai umat Nabi Muhammad SAW, hendaklah kita selalu menjadikannya sebagai panutan dalam setiap hal, termasuk soal bersedekah.

Rasulullah SAW sendiri telah mencontohkan kepada kita bagaimana sedekah yang baik, yang mendatangkan gundukan pahala, tidak menjadi sia-sia atau menuai murka dari Allah Taala.

Di mana sedekah yang baik utamanya tidak boleh ngasal. Pasalnya sedekah adalah amalan yang sangat mulia, bahkan menjadi salah satu pilar utama menyebarnya ajaran Islam di muka bumi.

Karena tanpa sedekah tidak akan ada masjid sebagai tempat menuntut ilmu pada zaman rasul, tidak akan ada perlengkapan untuk menyebarkan agama islam, ataupun biaya untuk berjihad dan mempertahankan diri dari orang-orang kafir.

Maka dari itu, jangan sampai melakukan sedekahkan yang salah. Adapun mengutip dari Hasmipeduli , berikut cara-cara bersedekah yang dianjurkan Rasulullah SAW.

1. Dahulukan sedekah kepada kerabat yang membutuhkan

Ilustrasu berbagi ke sesama (Unsplash/bernie_photo)
Ilustrasi berbagi ke sesama (Unsplash/bernie_photo)

Allah SWT telah berfirman bahwa sedekah yang paling baik dan utama adalah sedekah kepada keluarga yang membutuhkan.

Mereka bertanya kepada engkau tentang apa yang mereka infakkan, Jawablah! Apa saja harta yang kamu infakkan hendaklah diberikan kepada ibu bapa, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan. Dan apa sahaja kebajikan yang kamu buat, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui, (Al Baqarah: 215).

2. Tidak bersedekah dengan barang yang buruk atau tidak layak

Ilustrasi berbagi ke sesama (Unsplash/Damian Lugowski)
Ilustrasi berbagi ke sesama (Unsplash/Damian Lugowski)

Dalam bersedekah hendaklah kita mengutamakan nilai manfaat. Jangan sampai apa yang kita sedekahkan tidak berguna atau tidak bisa memberikan manfaat kepada orang lain.

"Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji," (Al Baqarah: 267).

3. Tidak mengungkit-ungkit sedekah dan menyakiti si penerima

Ilustrasi berbagi ke sesama (Unsplash/Heru Anggara)
Ilustrasi berbagi ke sesama (Unsplash/Heru Anggara)

Pantang bagi orang yang bersedekah mengungkit-ungkit barang atau uang pemberiannya karena dapat menyakiti si penerima.

"Orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, kemudian mereka tidak mengiringi apa yang dinafkahkannya itu dengan menyebut-nyebut pemberiannya dan dengan tidak menyakiti (perasaan si penerima), mereka memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati, (Al-Baqarah: 262).

4. Sedekah terang-terangan dan sembunyi-sembunyi

Ilustrasi sedekah (Unsplash/LordHenriVoton)
Ilustrasi sedekah (Unsplash/LordHenriVoton)

Sedekah sah-sah saja dilakukan secara terbuka ataupun diam-diam. Asal seluruh niat bersedekah hanya dikembalikan untuk mencari ridha Allah SWT.

Sedekah yang langsung di depan umum akan memotivasi orang lain untuk berbuat kebaikan yang sama. Begitupun sedekah yang sembunyi-sembunyi akan membuat ibadahmu lebih ikhlas dan jauh dari riya.

Jika kamu menampakkan sedekah(mu), maka itu adalah baik sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu. Dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu; dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan, (Al-Baqarah: 271).

5. Anjuran untuk tidak berlebihan dalam sedekah dan tidak pula kikir

Ilustrasi berbagi ke sesama (Unsplash/Damian Lugowski)
Ilustrasi berbagi ke sesama (Unsplash/Damian Lugowski)

Ibnu Katsir menjelaskan bahwa sifat ibadurrahman adalah mereka tidak mubazir (boros) kala membelanjakan harta mereka, yaitu membelanjakannya di luar hajat (kebutuhan).

Mereka tidak bersifat lalai sampai mengurangi dari kewajiban sehingga tidak mencukupi. Intinya mereka membelanjakan harta mereka dengan sifat adil dan penuh kebaikan.

"Dan orang-orang yang apabila menginfakkan (hartanya) mereka tidak berlebih- lebihan dan tidak pula terlalu kikir, dan infak itu di pertengahan di antara yang demikian, (AL-Furqan: 76).

Selain itu, sikap yang paling baik adalah sifat pertengahan, tidak terlalu boros dan tidak bersifat kikir. Hal ini senada dengan firman Allah Taala:

Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal, (QS. Al Isra: 29).

Artikel Menarik Lainnya:

Topik Menarik