Wall Street Menurun di Tengah Isu Pemecatan Jerome Powell

Wall Street Menurun di Tengah Isu Pemecatan Jerome Powell

Ekonomi | okezone | Selasa, 22 April 2025 - 08:38
share

JAKARTA - Bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street, mengalami penurunan tajam pada perdagangan Senin waktu setempat. Salah satu sentimen yang menjadi sorotan adalah pemerintahan Trump sedang mengkaji kemungkinan memecat Ketua The Fed, Jerome Powell. 

Hal ini pun membuat kekhawatiran pasar setelah kebijakan tarif Presiden Donald Trump dan ketidakpastian arah kebijakan suku bunga The Fed ke depan. 

Melansir Investing, S&P 500 turun 2,36 ke 5.158, diikuti Nasdaq Composite yang terkoreksi 2,55 ke 15.870, dan Dow Jones merosot hingga 971 poin atau 2,48 ke 38.170. Volume perdagangan relatif tipis karena sebagian pasar, termasuk di Eropa, libur dalam rangka Senin Paskah.

Indeks volatilitas VIX, yang menjadi tolok ukur ketakutan investor, melonjak hampir 14 persen ke kisaran 34—masih di bawah level tertinggi yang tercatat awal bulan ini saat pasar mengalami gejolak besar. Rata-rata jangka panjang indeks VIX tercatat di angka 17,6, menurut data LSEG Datastream yang dikutip Reuters.

Penurunan tajam di pasar saham ini terjadi saat investor mencerna lebih lanjut arah kebijakan perdagangan AS, menyusul pernyataan pejabat Trump yang menyebutkan bahwa mereka berupaya menandatangani puluhan kesepakatan selama jeda 90 hari atas pemberlakuan tarif tinggi terhadap sejumlah negara.

"(Kemungkinan) Besar 2 April adalah puncak dari kebijakan tarif, dan kami yakin negosiasi yang sedang berlangsung akan menghasilkan 'kesepakatan' yang menurunkan beban tarif," kata Analis Vital Knowledge, mengacu pada tanggal pengumuman tarif balasan Trump yang berlaku terhadap sekutu maupun rival AS.

Sementara itu, penasihat ekonomi Gedung Putih, Kevin Hassett, menambah volatilitas dengan menyatakan bahwa pemerintahan Trump sedang mengkaji kemungkinan memecat Ketua The Fed, Jerome Powell. Trump kembali mengancam untuk mencopot Powell karena dianggap terlambat menurunkan suku bunga.

Dalam unggahan di Truth Social, Trump mengatakan, "Dengan tren biaya yang menurun seperti yang saya prediksi, inflasi hampir tidak ada. Tapi bisa terjadi pelambatan ekonomi jika 'Mr. Too Late, seorang pecundang besar' (kutipan langsung dari Trump), tidak segera menurunkan suku bunga SEKARANG."

Analis dari Vital Knowledge menambahkan, tarif Trump kemungkinan memicu inflasi dan meski ini hanya bersifat 'sementara', pasar akan tetap gelisah selama 6–12 bulan selama penyesuaian harga berlangsung, apalagi dengan kemarahan Gedung Putih terhadap Powell yang terus meningkat.

 

Investor juga akan mencermati laporan keuangan dari raksasa teknologi minggu ini. Alphabet (induk Google) dan Tesla akan menjadi yang pertama dari kelompok tujuh perusahaan teknologi raksasa, yang dikenal sebagai Magnificent Seven, yang merilis laporan kinerja terbaru.

Menjelang laporan keuangan Tesla pada Selasa, Barclays memangkas target harga saham perusahaan dari USD 325 menjadi USD 275, dengan alasan "visibilitas yang membingungkan."

Pelaku pasar berharap laporan keuangan dan proyeksi perusahaan-perusahaan ini bisa membawa sedikit ketenangan di tengah kekacauan yang dipicu kebijakan tarif Trump. Selama beberapa tahun terakhir, saham-saham Magnificent Seven menjadi pendorong utama penguatan pasar saham AS, meski tahun ini performa mereka menurun.

Selain Tesla dan Alphabet, perusahaan seperti Intel, Merck, IBM, Procter & Gamble, serta American Airlines juga akan merilis laporan keuangan. United Airlines pekan lalu bahkan memberikan dua skenario panduan bisnis untuk tahun ini, termasuk kemungkinan resesi yang bisa menghantam pendapatan dan laba.

Di sisi lain, saham Netflix naik setelah manajemen menyatakan optimisme bahwa mereka mampu bertahan dari dampak ekonomi kebijakan tarif Trump. Saham Amazon.com turun lebih dari 4 setelah Wells Fargo menyebutkan melambatnya permintaan pusat data di segmen Amazon Web Services (AWS).

Topik Menarik