Ambisi Uni Eropa Mengurangi Ketergantungan Mineral Penting asal China

Ambisi Uni Eropa Mengurangi Ketergantungan Mineral Penting asal China

Ekonomi | sindonews | Kamis, 27 Maret 2025 - 13:39
share

Uni Eropa (UE) meluncurkan lusinan proyek untuk meningkatkan ekstraksi bahan baku mineral penting, ketika blok itu sedang berusaha mengurangi ketergantungan yang berlebihan pada China. Pandemi Covid ditambah invasi Rusia ke Ukraina mengekspos ketergantungan Uni Eropa pada rantai pasokan asing untuk mineral kritis.

Sementara itu Brussels bakal dihadapkan pada peningkatan kebutuhan dengan produksi lebih besar untuk menghindari guncangan di masa depan. "Lithium China tidak bisa menjadi gas Rusia besok," ungkap kepala industri Uni Eropa, Stephane Sejourne memperingatkan seperti dilansir AFP.

Ketika Moskow menyerang Ukraina pada tahun 2022, Uni Eropa memangkas impor energi dari Rusia, yang menyebabkan lonjakan harga energi serta tingginya inflasi.

Belajar dari situasi sebelumnya, Brussel saat ini gencar untuk mengamankan mineral kritis dan elemen tanah jarang, yang memaikan peran penting dalam produksi barang-barang elektronik seperti baterai. Serta diperlukan dalam transisi hijau yang belakangan menjadi target global.

Uni Eropa menyakini bahwa mereka harus bertindak cepat karena ketegangan geopolitik melonjak setelah terpilihnya kembali Presiden AS Donald Trump. "Ada rasa urgensi yang tidak ada tiga atau empat bulan yang lalu," kata Sejourne kepada wartawan di Brussels.

Sebegai informasi Komisi Eropa menerbitkan daftar 47 "proyek strategis" yang mencakup pembukaan tambang untuk lithium – yang dibutuhkan untuk mobil listrik – dan tungsten.

Tersebar di 13 negara anggota UE, mereka akan mendapat manfaat dari akses yang lebih mudah ke pembiayaan Uni Eropa serta proses perizinan yang lebih sederhana dan lebih cepat.

"Mari kita perjelas: kami berkewajiban untuk membuka tambang baru di Eropa," kata Sejourne.

Ia juga menambahkan, bahwa Uni Eropa dapat "sepenuhnya mandiri untuk lithium" dalam waktu lima tahun.

Diversifikasi

Proyek-proyek tersebut ditetapkan di bawah Undang-Undang Bahan Baku Kritis (CRMA), undang-undang utama yang diharapkan UE akan melindungi industri teknologi hijau dan mempertahankan produksi di Eropa.

Dalam aturan tersebut ditetapkan bahwa pada tahun 2030, UE harus memenuhi 10 kebutuhan ekstraksinya, 40 dari pemrosesan dan 25 dari kebutuhan daur ulang untuk setiap mineral.

Undang-undang ini juga menyatakan bahwa blok tersebut tidak boleh bergantung pada satu negara non-UE untuk lebih dari 65 kebutuhan bahan baku strategisnya. Menurut data Uni Eropa, China menyediakan 100 pasokan unsur tanah jarang blok tersebut, dan Turki menyediakan 98 pasokan mineral boron UE.

"Tidak ada dekarbonisasi yang mungkin tanpa galium untuk membangun panel surya, tanpa tembaga untuk mengangkut listrik. Tidak ada industri pertahanan tanpa elemen tanah jarang yang digunakan dalam komposisi radar kami, sonar kami, sistem penargetan kami," kata Sejourne.

Bahan-bahan tersebut juga penting untuk amunisi karena Uni Eropa berusaha meningkatkan pengeluaran pertahanan.

Rencana UE terdiri dari berbagai elemen: mengekstraksi, memproses, dan mendaur ulang lebih banyak bahan baku di Eropa; mendiversifikasi pemasok luar negeri; pembelian bersama untuk mengurangi biaya; dan membangun stok strategis.

Pembiayaan hingga dua miliar euro (USD2,1 miliar) akan tersedia dalam bentuk pinjaman, jaminan dan hibah, seperti diungkapkan oleh Sejourne.

Izin harus diberikan dalam waktu 27 bulan untuk proyek ekstraksi dan 15 bulan untuk proyek pemrosesan atau daur ulang, kata komisi.

UE menerima 170 aplikasi proyek, 49 di antaranya berada di luar UE, termasuk di Greenland dan Ukraina. Proyek lebih lanjut di luar Uni Eropa akan diumumkan dalam beberapa minggu mendatang.

Topik Menarik