Studi IESR: Potensi Pengembangan EBT Layak Finansial Capai 333 GW

Studi IESR: Potensi Pengembangan EBT Layak Finansial Capai 333 GW

Ekonomi | sindonews | Rabu, 26 Maret 2025 - 05:45
share

Institute for Essential Services Reform (IESR)melalui kajiannya terbarunya, "Unlocking Indonesia’s Renewable Future" mengidentifikasi potensi pengembangan energi baru terbarukan (EBT) di dalam negeri yang layak secara finansial mencapai 333 gigawatt (GW). Potensi energi terbarukan tersebut berupa proyek pembangkit listrik tenaga surya (PLTS), pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB) dan pembangkit listrik tenaga mikrohidro (PLTM).

Potensi proyek energi terbarukan tersebut dihitung berdasar regulasi tarif yang berlaku saat ini, antara lain Perpres No. 112/2022 serta ketersediaan infrastruktur jaringan listrik seperti gardu induk dan transmisi.Manajer Program Transformasi Sistem Energi IESR Deon Arinaldo menuturkan, pihaknyamendorong ketersediaan data potensi proyek energi terbarukan tersebut dengan harapan dapat memicu pengembangan proyek EBT yang akan berujung pada penurunan emisi secara signifikan.

Deon mengatakan, meskipun potensi teknis energi terbarukan Indonesia mencapai lebih dari 3.700 GW, pemanfaatannya, terutama untuk PLTS dan PLTB masih jauh dari optimal.Melihat potensi yang ada, tegas dia, hal ini tentunya menjadi kontradiksi dengan realitas pemanfaatan energi terbarukan di Indonesia.

"Adanyatemuan ini menunjukkan bahwa kita sebenarnya bisa bergerak lebih cepat dalam memanfaatkan energi terbarukan ini, khususnya PLTS dan PLTB,"tandasnya dalam Editorial Forum bertajuk "Meningkatkan Optimisme PLTS dan PLTB Sebagai Tulang Punggung Transisi Energi di Indonesia" di Jakarta, Selasa (25/3/2025).

Koordinator Riset Kelompok Data dan Pemodelan IESR Pintoko Aji menambahkan, dalam kajian tersebut potensi pengembangan energi terbarukan sebesar 333 GW tersebut terdiri dari PLTB daratan (onshore) dengan kapasitas167 GW, PLTS di daratan (ground-mounted) dengan total kapasitas 165,9 GW, dan PLTM dengan pakasitas 0,7 GW."Sumber daya minihidro banyak di wilayah Sumatera, sementara potensi tenaga angin terbesar di Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua. Di sisi lain, energi surya memiliki potensi menjanjikan di wilayah seperti Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi,"papar Pintoko.

Pintoko mengatakan, angka-angka tersebut didapatkan dari hasil simulasi finansial dan skema private-public partnership pada 1.500-an lokasi yang berpotensi secara teknis. Dia menambahkan, dari jumlah tersebut, 205,9 GW atau sekitar 61 persen dari total potensi yang layak secara finansial diindikasikan memiliki tingkat pengembalian Equity Internal Rate of Return/EIRR di atas 10 persen. "Hal itu menunjukkan potensi investasi yang menjanjikan," imbuhnya.

Guna mendorong terwujudnya investasi pengembangan EBT tersebut,IESR mendorong pemerintah untuk mengakomodasi alokasi penggunaan lahan untuk energi terbarukan dalam perencanaan tata ruang daerah, menyederhanakan proses pengadaan lahan untuk mengurangi risiko investasi, serta menetapkan target spesifik per daerah dalam pemanfaatan energi terbarukan.

Sementara, untuk mengakomodasi integrasi lokasi energi terbarukan dengan potensi keuntungan tinggi, PLN dapat menyusun perencanaan serta perluasan jaringan ke lokasi-lokasi yang teridentifikasi tersebut dan reformasi mekanisme pengadaan. Untuk menentukan skala prioritas pengembangan energi terbarukan, lanjutnya, IESR mendorong pengembang untuk memprioritaskan proyek dengan potensi keuntungan tinggi dan mengoptimalkan desain serta perencanaan keuangan.

Dalam diskusi yang sama, Ketua Pakar Asosiasi Energi Surya Indonesia (AESI) Herman Darnel Ibrahim menegaskan bahwa energi surya menjadi sumber daya yang dominan dalam transisi energi dan berperan penting untuk masa depan energi Indonesia.Dia menambahkan, pengembangan teknologi energi surya saat ini pun sudah matang dan semakin kompetitif, terutama dibandingkan dengan pembangkit tenaga nuklir maupun gas.

Karena itu, dia meyakini investasipengembangan PLTS maupun PLTB memiliki prospek yang baik di masa mendatang. Nilai investasi PLTS secara global pada tahun 2024 menurutnya mencapai USD503 miliar. "Transisi energi secara global pun saat ini didominasi oleh tenaga surya dan bayu," tutupnya.

Topik Menarik