Harga Bitcoin Ngegas Lagi, Tembus Rekor Terbaru di 88.000 Dolar AS
JAKARTA, iNews.id - Harga bitcoin kembali menanjak dan menyentuh rekor terbaru di level 88.000 dolar AS. Ini merupakan lanjutan reli mata uang kripto setelah kemenangan Donald Trump pada pemilihan presiden Amerika Serikat (AS).
Melansir CNBC International , harga mata uang kripto terbesar ini terakhir kali naik lebih dari 11 persen ke level 88.409,68 dolar AS, menurut Coin Metrics . Baru-baru ini, mata uang tersebut mencapai titik tertinggi baru di 88.451 dolar AS atau setara Rp1,39 miliar.
Sementara, Ether naik lebih dari 6 persen menjadi 3.358,68 dolar AS setelah kenaikan 30 persen dalam seminggu terakhir yang mendorongnya kembali melewati angka 3.000 dolar AS selama akhir pekan.
Token keuangan terdesentralisasi yang terkait dengan Cardano naik 4,7 persen. Dogecoin juga turut terkerek dengan lonjakan hampir 24 persen.
Dalam sesi perdagangan saham reguler pada hari Senin, Coinbase ditutup naik 19,8 persen, sementara MicroStrategy naik lebih dari 25,7 persen. Kedua saham tersebut juga naik dalam perdagangan lanjutan.
Kepala Bagian Keuangan dan Pasar di Hargreaves Lansdown, Susannah Streeter mencatat bahwa kenaikan kripto terjadi di tengah 'euforia' pasar yang dipicu oleh kemenangan Trump minggu lalu.
"Janjinya untuk berinvestasi penuh pada kripto telah membawa Bitcoin ke puncak baru yang memabukkan," ucap Streeter dalam catatan penelitian dikutip, Selasa (12/11/2024).
Pada saat kampanye pemilihan presiden lalu, Trump menyampaikan sejumlah janji kepada industri kripto, termasuk menjadikan Amerika sebagai 'ibu kota kripto' di bumi. Dia juga bersikeras bahwa semua bitcoin harus ditambang di negara tersebut.
Tak hanya itu, Trump juga berjanji akan mengganti Ketua Komisi Sekuritas dan Bursa AS, Gary Gensler, yang telah mengambil pendekatan agresif terhadap kripto, meskipun faktanya presiden tidak memiliki kewenangan untuk melakukannya.
Dalam catatan penelitian minggu lalu, ahli strategi Citi menyoroti bahwa kripto telah menjadi salah satu dari sedikit perdagangan Trump yang belum mengalami kemunduran.
"Sebagian alasannya adalah karena sifat pemerintahan Trump yang ramah terhadap kripto, yang diharapkan investor akan menghasilkan kejelasan regulasi di AS," ucap Ahli Strategi Citi, David Glass.