Sritex Diputus Pailit, 7.000 Karyawan Gelar Doa Bersama

Sritex Diputus Pailit, 7.000 Karyawan Gelar Doa Bersama

Ekonomi | inews | Sabtu, 2 November 2024 - 13:30
share

JAKARTA, iNews.id - Sebanyak 7.000 karyawan PT Sri Rejeki Isman Tbk atau Sritex menggelar doa bersama untuk meminta keselamatan agar perusahaan kembali berjaya. Kegiatan ini digelar di halaman Pabrik Sritex, Sukoharjo Jawa Tengah, Jumat (1/11/2024) pagi.

Doa bersama juga dihadiri oleh sejumlah tokoh agama serta Direktur Utama Sritex, Iwan Kurniawan Lukminto. Acara ini merupakan bentuk solidaritas seluruh karyawan, serta ikhtiar bersama untuk mendoakan keselamatan dan keberlanjutan perusahaan.

"Kita berkumpul dan berdoa bersama, agar upaya hukum penyelamatan Sritex dikabulkan," tutur Iwan.

Sebagai informasi, sebelumnya Sritex dinyatakan pailit oleh Pengadilan Niaga Kota Semarang. Perusahaan tekstil terbesar di kawasan Asia Tenggara itu diketahui memiliki utang dengan total mencapai hampir 1,6 miliar dolar AS atau setara Rp25 triliun.

Melansir laporan keuangan perusahaan, hingga 30 Juni 2024 Sritex memiliki utang sebesar 1,6 miliar dolar AS, yang terdiri atas utang jangka panjang sebesar 1,47 miliar dolar AS( Rp23 triliun) dan utang jangka pendek sebesar 131,42 juta dolar AS (Rp2 triliun).

Dari total utang tersebut, sekitar 51,8 persennya merupakan utang bank, yakni mencapai 810 juta dolar AS atau setara Rp12,7 triliun, dengan dominasi utang diberikan oleh PT Bank Central Asia Tbk atau bank BCA sebesar 82 juta dolar AS atau sekitar Rp1,28 triliun.

Sritex menjelaskan penyebab utama kepailitan adalah karena turunnya penjualan di industri tekstil. Diungkapkan, kondisi geopolitik perang Rusia-Ukraina serta Israel-Palestina menyebabkan terjadinya gangguan supply chain dan penurunan ekspor karena terjadi pergeseran prioritas oleh masyarakat di Eropa maupun AS.

Kemudian alasan kedua adalah lesunya industri tekstil terjadi karena banjir produk tekstil di China. Hal ini menyebabkan terjadinya dumping harga, di mana produk-produk berharga lebih murah dan menyebar ke negara-negara yang longgar aturan impornya, salah satunya Indonesia.

Topik Menarik