Berawal darı Jeratan Utang, Pengusaha Bakso di Malang Sukses Ekspor Kuliner hingga Luar Negeri
MALANG, iNewsmalang.id - Berawal dar himpitan utang, pelaku usaha kuliner berhasil mengembangkan bisnisnya hingga ekspor ke luar negeri. Kuliner bakso Malang dalam bentuk frozen, yang dirintis sejak 2018 ini kini berkembang di beberapa daerah di Indonesia dan luar negeri.
Kuliner bakso Malang bernama Bakso Sritikah, ini awalnya memang hanya menjual adonan bakso, dan bakso frozen atau bakso beku. Tapi karena kualitasnya bisnis kuliner yang awalnya hanya sedikit berkembang pesat.
Pemilik Bakso Sritikah Eko Susanto menuturkan, ia dan istrinya merintis kuliner sejak 2017. Tapi di awal ia tak menjual kuliner bakso, melainkan hanya adonan bakso saja. Ia nekat menjual adonan bakso usai banting setir karena bangkrut di properti.
"Kita merintis 2017, itu nggak langsung jualan bakso, awalnya jualan adonan bakso dahulu," kata Eko Susanto, ditemui di rumah produksi di kawasan Kelurahan Bandungrejosari, Sukun, Kota Malang.
Menariknya, ada cerita dibalik jualan adonan bakso itu sebenarnya karena ia dan istri tidak bisa lagi makan lainnya, karena kesulitan ekonomi. Sebab pasca bangkrut dan mulai banyak utang itu, ia dan istri hanya bisa makan nasi goreng setiap harinya, karena yang tersedia di rumah hanya beras saja.
"Cuma bisa makan nasi goreng setiap harinya, supaya ngirit dan memang uangnya nggak ada. Kita makan nasi goreng, tapi lama-lama bosen juga, terus kita kan pecinta bakso, tapi untuk beli bakso tidak ada uang," ungkap dia.
Akhirnya ia berinisiatif bekerja sama dengan orang untuk mengolah adonan bakso, minimal adonan bakso itu bisa dijual dan sisanya bisa dikonsumsi. Hal ini menyiasati supaya tidak bosan memakan nasi goreng setiap hari.
"Karena tidak punya dasarnya (cara membuat bakso), kita ngambil di orang. Jadi harapannya meskipun enggak sukses, minimal kita nggak makan nasi goreng terus," ujarnya.
Tapi jualan adonan baksonya yang bekerjasama dengan orang itu perlahan-lahan mulai menghasilkan. Di saat mulai membuahkan hasil, Eko dan istrinya bertemu dengan pamannya yang berprofesi sebagai penjual bakso, mengetahui keponakannya berkeinginan berjualan bakso, akhirnya diajarkanlah cara membuat bakso khas Malang itu.
"Suatu saat kita pengen masak sendiri, kita coba-coba, kita ketemu sama pakde, Ya sudah diajari akhirnya dikasih resepnya diajari membuat, kita sesuaikan tidak sama kita takar sendiri," terangnya.
Ia lantas nekat memulai usaha jualan bakso sendiri, awalnya ia hanya bermodal uang Rp 120 ribu saja untuk membuat adonan bakso awal. Dar modal awal itu, bakso buatannya ternyata memiliki ciri khas dan daya tarik sendiri bagi konsumen.
"Jadi awalnya kita buat adonan itu di situ 120.000. akhirnya berkembang pesat, namanya bisnis ada naik turunnya, nggak sembuh seperti yang dilihat di hasil seperti sekarang. Dulu awalnya ramai sepi ramai sepi, harus membuat produk baru lagi inovasi lagi," paparnya.
Kini usaha baksonya sudah merambah pasar internasional dengan bakso frozen alias bakso beku. Sementara bakso siap sajinya di Kota Batu, juga kian ramai dan diminati konsumen. Berbagai varian menu bakso baru juga sudah diciptakan agar konsumen tidak bosan.
"Kita juga punya bakso tetelan, tetelan sapi, kemarin baru meluncurkan kaki sapi, namanya krokot sapi, banyak penggemarnya juga makanya itu kita viral juga, yang krokot sapi. Jadi sampai warungnya itu bisa ramai kayak gitu," tutupnya.