3 Kritik Keras Faisal Basri soal Hilirisasi hingga Kereta Cepat, Sempat Tantang Luhut

3 Kritik Keras Faisal Basri soal Hilirisasi hingga Kereta Cepat, Sempat Tantang Luhut

Ekonomi | inews | Kamis, 5 September 2024 - 09:02
share

JAKARTA, iNews.id - Ekonom senior Faisal Basri selama hidupnya aktif menyuarakan kritikan kepada pemerintah. Bahkan, beberapa di antaranya dinilai sangat keras.

Bahkan, ada momen Faisal Basti menantang debat Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan.

3 Kritik Keras Faisal Basri

  • 1. Soal Hilirisasi

Faisal Basri menilai program hilirisasi memiliki konsep yang sesat. Hal itu ia sampaikan untuk merespons debat kelima Pemilihan Presiden (Pilpres 2024) pada Minggu (4/2) lalu.

Faisal bahkan menantang Luhut untuk berdebat dengannya demi bisa membuktikan program hilirisasi itu memiliki konsep yang sesat. Tak sendiri, ia mengaku akan mengajak eks Kepala BKPM Thomas Lembong juga.

Saya bisa debat deh dengan Luhut secara terbuka gitu. Anda organisir saja. Saya sama Tom Lembong deh berdua, lawan Luhut Pandjaitan dengan Seto (Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kemenko Marves)," kata dia.

  • 2. Proyek Kereta Cepat Whoosh

Sebelum beroperasi, proyek kereta cepat Whoosh telah mendapat banyak kritikan, salah satunya dari Faisal Basri. Ia menilai proyek tersebut akan balik modal dalam waktu yang lama.

Tak main-main, berdasarkan perhitungannya proyek Whoosh baru bisa balik modal paling cepat 33 tahun dan paling lama 139 tahun lagi.

klik halaman selanjutnya untuk membaca>>>

Dengan investasi Rp114 triliun, saya simulasikan kalau seat cuma 50 persen, trip cuma 30 kali sehari dan harga tiket diturunkan jadi Rp250.000 maka balik modalnya 139 tahun. Ini tidak memperhitungkan biaya operasi," ucap dia dalam Webinar Dampak Investasi China untuk Indonesia, Selasa (2/11/2021).
Sedangkan, dengan nilai investasi yang sama, jika kursi terisi hanya 60 persen, dengan jumlah perjalanan sebanyak 35 kali dan harga tiket Rp300.000, maka balik modal menjadi 83 tahun.

Skenario lain, jika harga tiket diturunkan menjadi Rp350.000, dengan jumlah perjalanan 30 kali, tapi jumlah keterisian kursi 80 persen, maka balik modalnya 62 tahun kemudian.

Di masa pandemi Covid-19, pemerintah masih memprioritaskan pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN). Sikap ini pun dinilai memaksa di tengah kondisi pandemi oleh Faisal Basri
Proyek ibu kota jalan terus, tidak ada negara seberani ini bicara proyek ibu kota masih jalan terus, Kepala Bappenas mengatakan jalan terus," ujar Faisal, Rabu (13/5/2020).

Faisal kala itu mengingatkan pemerintah untuk mengesampingkan urusan pembangunan ibu kota. Sebab, seharusnya pemerintah saat ini bertanggung jawab memutus penyebaran Covid-19. Apalagi. eonomi masyarakat saat itu juga sangat tertekan.

"Rakyat susah, elit pesta pora," ujarnya.

Pengajar di FEB UI ini menilai kondisi ini terjadi lantaran Indonesia menerapkan sistem ekonomi liberal yang menguntungkan pars elit. Dia curiga banyak elit yang memborong tanah di sekitar IKN.

"Dalam liberal economics itu dikatakan dalam menghadapi situasi krisis, yang dipilih itu adalah yang bisa mengamankan kepentingan elit dulu, jadi kalau sudah ambil proyek di ibu kota, mereka sudah spekulasi beli tanah, uang sudah banyak, tapi kalau ditunda, mereka akan kehilangan costnya, jadi mereka masa bodo, negara urusan nomor dua yang penting saya amankan dulu, ini yang saya takut," kata Faisal Basri.

Sementara itu, sang ekonom senior kini telah berpulang di usia 65 tahun pada hari ini, Kamis (5/9/2024). Rencananya, ia akan dimakamkan di TMP Menteng Pulo.

Topik Menarik