Masyarakat RI Banyak jadi Korban Penipuan Transaksi Keuangan, Ternyata Ini Biang Keroknya

Masyarakat RI Banyak jadi Korban Penipuan Transaksi Keuangan, Ternyata Ini Biang Keroknya

Ekonomi | inews | Kamis, 8 Agustus 2024 - 18:22
share

JAKARTA, iNews.id - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan bahwa masyarakat Indonesia kerap menjadi menjadi korban penipuan melalui transaksi keuangan. Bahkan, angka penipuan ini melonjak tajam.

Menurut Analis Eksekutif Senior Kelompok Spesialis Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Pelindungan Konsumen OJK, Hudiyanto kejadian itu didasari beberapa faktor, yakni minimnya
literasi keuangan, inklusi keuangan, dan literasi digital.

Bahkan, berdasarkan hasil survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2024 diketahui terdapat ketimpangan literasi dan inklusi keuangan di Indonesia. Tercatat, indeks literasi keuangan penduduk Indonesia sebesar 65,43 persen dan, indeks inklusi keuangan berada di angka 75,02 persen, sehingga terjadi gap sekitar 10 persen.

Gap mengindikasikan masyarakat belum memahami sepenuhnya produk yang dibeli. Pengetahuan berupa resiko, ketepatan produk dengan kebutuhannya, hingga biaya.

Artinya apa masih ada konsumen keuangan di Indonesia yang membeli produknya tanpa paham sepenuhnya. Apakah psiko, apakah ketepatan membeli produk itu sesuai dengan kebutuhannya, mungkin juga biaya dan seterusnya, kata Hudiyanto saat Market Review IDX Channel, Kamis (8/8/2024).

Indeks literasi digital masyarakat pun masih rendah. Padahal, aspek ini sangat kritikal mengingat hampir semua produk keuangan ditawarkan atau dijual melalui platform digital.

Kemudian adalah literasi digital kita juga masih rendah, literasi digital sangat kritikal karena apa? Hampir semua produk keuangan kita sekarang ditawarkan, dijual melalui digital juga kan, tutur dia.

Hudiyanto memandang, belum optimalnya literasi dan inklusi keuangan, hingga literasi digital menjadi sebab masyarakat kerap terpapar dan menjadi korban penipuan dalam transaksi keuangan.

Jadi pemahaman yang belum optimal dan tambah perilaku digitalnya juga belum ok, minimal membuat masyarakat masih terpapar resiko salah beli gitu ya, beli sesuatu yang tidak dibutuhkan, atau bahkan menjadi korban penipuan, katanya.

Topik Menarik