Rupiah Hari Ini Melesat ke Rp16.263 per Dolar AS, Ini Pendorongnya

Rupiah Hari Ini Melesat ke Rp16.263 per Dolar AS, Ini Pendorongnya

Ekonomi | inews | Kamis, 6 Juni 2024 - 16:46
share

JAKARTA, iNews.id - Nilai tukar (kurs) rupiah pada perdagangan hari ini, Kamis (6/6/2024) ditutup menguat 23 poin atau 0,14 persen ke level Rp16.263 per dolar AS. Berdasarkan data Bloomberg , rupiah sempat dibuka pada level Rp16.285 per dolar AS.

Pengamat pasar uang, Ibrahim Assuaibi menyebut, pergerakan dolar AS dipengaruhi oleh data ketenagakerjaan ADP yang lemah menunjukkan penurunan lebih lanjut di pasar tenaga kerja. Data tersebut muncul setelah data lowongan kerja yang lemah, dan juga membuka kemungkinan bagi data nonfarm payrolls yang lemah pada hari Jumat.

"Indikator ekonomi lainnya juga menunjukkan adanya perlambatan di negara dengan perekonomian terbesar di dunia ini, yang dapat memberikan prospek inflasi yang lebih lemah dan memberikan kepercayaan diri yang lebih besar kepada The Fed untuk mulai menurunkan suku bunganya," kata Ibrahim dalam risetnya, Kamis (6/6/2024).

Ibrahim menambahkan, hampir dua pertiga ekonom memperkirakan The Fed akan menurunkan suku bunga pada bulan September, menurut jajak pendapat Reuters pada 31 Mei-5 Juni, mengimbangi berita penurunan pasokan baru-baru ini.

Namun, kemungkinan penurunan suku bunga berpotensi diperlemah oleh aktivitas sektor jasa AS, yang menyumbang sebagian besar output perekonomian AS, yang kembali tumbuh pada bulan Mei setelah mengalami kontraksi pada bulan April. Investor saat ini menantikan pertemuan Bank Sentral Eropa (ECB) pada hari Kamis, di mana bank tersebut diperkirakan akan menurunkan suku bunga depositonya dari rekor tertinggi sebesar 4 persen.

Selain itu, sentimen terhadap China memburuk dalam beberapa sesi terakhir karena para pedagang menunggu lebih banyak isyarat mengenai rencana negara tersebut untuk menopang pertumbuhan ekonomi. Data perdagangan utama juga tersedia pada minggu ini.

Dari sentimen domestik, guna mendorong agar defisit fiskal turun, pemerintah ke depan akan menggabungkan Ditjen Pajak dan Ditjen Bea Cukai menjadi Badan Otorita Penerimaan Negara (BOPN) sesuai dengan program kampanye Prabowo-Gibran saat debat pilpres 2024. Tujuan dari penggabungan Ditjen tersebut adalah mengarah kepada pengurangan defisit sehingga dalam pemerintahannya nanti, utang pun tidak semakin menggunung.

Sedangkan potensi penerimaan negara yang masih sangat besar hingga Rp500an triliun, namun bukan dari menambah beban masyarakat dengan kenaikan tarif-tarif pajak. Salah satunya, penerimaan utama dari pajak masih dapat dijaring dengan memperkecil ruang gerak shadow economy/ bayangan ekonomi, dengan memperhitungkan, dari posisi produk domestik bruto (PDB) Indonesia 2023 di level Rp20.892 triliun, sebanyak 60 persen atau sekitar Rp12.000-an triliun merupakan konsumsi rumah tangga.

Berdasarkan data di atas, mata uang rupiah untuk perdagangan berikutnya diprediksi bergerak fluktuatif, namun kembali ditutup menguat di rentang Rp16.220-Rp16.290.

Topik Menarik