Cerita Sukses Petani Milenial Bisnis Jamur Sambil Kuliah
JAKARTA Petani milenial asal Sleman sukses menjalani bisnis jamur seraya menempuh pendidikan di perguruan tinggi Yogyakarta.
Petani milenial ini sudah merintis usaha tani sejak berada di semester 2 bangku perkuliahan.
Nilai Tukar Petani Naik 2,05% pada September 2023 Pemilik nama lengkap Jamaluddin Nur Ridho (22), mahasiswa pertanian dari Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) YogyakartaMagelang yang sukses mengembangkan bisnis jamurnya hanya dalam kurun waktu 3 tahun.
Saya memiliki cita-cita (lewat) Jamal Farming ini menjadi sebuah inkubator bisnis. Menjadi pusat penumbuhan petani milenial yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), ucap Jamal seperti dilansir dari Instagram @kementerianpertanian, Rabu (4/10/2023).
Jamal saat ini masih merupakan seorang mahasiswa di jurusan pertanian.
Dia mengaku telah memulai bisnis tani tersebut sejak 3 tahun yang lalu.
Dia ingin membuktikan sendiri apakah industri pertanian masih potensial untuk dijadikan model bisnis, dalam artian terdapat keuntungan signifikan yang bisa dirasakan olehnya.
Jamal memutuskan untuk mengawali usahanya di bidang pertanian sejak semester 2 di bangku perkuliahan.
Melalui upayanya tersebut dia ingin mengetahui apakah usaha yang dilakukannya akan cocok dengan passion yang ada dalam dirinya.
Untuk itu, di masa-masa awal ketika merintis hingga saat inilah Jamal tengah mencari tahu dengan terus melakukan trial & error.
Saya tidak bisa (dan) saya tidak mau menunggu harus lulus kuliah, baru terjun ke dunia pertanian, kata Jamal.
Produk utama yang dibudidayakan Jamal Farming miliknya saat ini adalah jamur lingzhi yang ditekankan sebagai produk kesehatan alternatif.
Serta jamur kuping yang fokusnya untuk dikonsumsi pada berbagai olahan masakan.
Walau begitu, spesifik usaha yang digeluti Jamal Farming tidak melulu soal jamur saja.
Cakupan usaha mereka terus meluas yang kini sudah merambah ke industri taman hias, bibit buah, tanaman herbal dan Tanaman Herbal Keluarga (Toga).
Terkait metode pertanian yang mereka gunakan, saat ini di lahannya mereka menerapkan pertanian organik, praktik berkelanjutan, dan inovasi teknologi.
Jamal dalam kesempatannya juga menerangkan bahwa cara budidaya jamur ini tidak merepotkan dan umur bisnisnya memiliki kecenderungan bertahan lama.
Pemerintah Diminta Prioritaskan Petani Sawit dalam Aturan Ekspor CPO Oleh sebab itu, ia mengonfirmasi bahwa bisnis jamur memang cocok bagi para milenial.
Kenapa bisnis jamur dikatakan bisnis yang milenial? Karena untuk budidaya jamur ini, baik jamur kuping, jamur tiram, ataupun jamur lingzhi. Itu dia berada dalam satu backlog benihnya atau bibitnya. Sehingga kita tinggal membudidayakannya saja, ucapnya.
Singkat kata, pengalamannya selama 3 tahun terakhir telah membuktikan kepada dirinya bahwa dunia pertanian termasuk menjanjikan.
Selain itu, dari kerja samanya bersama orang-orang di sekitar, Jamal juga berhasil menerapkan pertanian yang berkelanjutan.
Jadi sudah ada budidayanya, kita sudah melatih masyarakat, kita sudah memberdayakan masyarakat, terutama generasi muda, bebernya.
Adapun Jamal berpendapat alasan mengutamakan pemberdayaan generasi muda adalah karena merekalah yang nantinya akan menjadi ujung tombak generasi bangsa.
Lewat generasi muda, artinya dia telah turut serta dalam memberikan bekal kepada ombak generasi yang akan menyongsong bonus demografi nasional, segera pada tahun-tahun yang akan datang.
(Jika) SDM unggul, pertanian unggul. Insyaallah pertanian akan maju, mandiri dan modern, pungkasnya.








