Mengenal Masa Transisi Endemi, Apa Saja yang Harus Dipersiapkan?
Sejak kasus pertama Covid-19 tercatat pada 2020, pemerintah pun langsung menerapkan sejumlah peraturan agar penyebaran Covid-19 bisa ditekan, mulai dari menjaga jarak, penggunaan masker, hingga vaksinasi wajib bagi masyarakat. Peraturan ini kemudian disebut sebagai protokol kesehatan (prokes) yang akhirnya menjadi bagian dari hidup masyarakat.
Prokes yang dijalankan terbukti mampu menekan penyebaran virus. Lama-kelamaan, korban terinfeksi semakin berkurang dan gejalanya semakin ringan. Keberhasilan ini membuat pemerintah menurunkan status pandemi menjadi endemi.
Lantas, apa itu endemi?
Endemi merupakan suatu keadaan ketika penyakit yang dulu dianggap pandemi menjadi penyakit biasa karena sudah bisa diatasi. Endemi juga digunakan untuk menggambarkan penyebaran penyakit yang terjadi di suatu daerah dan golongan masyarakat tertentu saja.
Penyakit endemi umumnya memiliki prevalensi yang stabil. Obat-obatan dan vaksinasi yang digalakkan sudah berjalan dengan baik sehingga kasus seakan hampir tidak ada. Sehingga, sekalipun ada penyebaran, tidak akan mempengaruhi masyarakat yang lebih luas.
Di Indonesia, pemerintah telah menetapkan bahwa pandmi Covid-19 telah menjadi endemi sejak akhir Juni 2023. Keputusan ini diambil setelah melihat pertimbagan angka konfirmasi kasus harian yang mendekati nihil serta jumlah masyarakat yang telah memiliki antibodi Covid-19 yang telah mencapai 99 persen.
Perbedaan Pandemi dan Endemi
Baik pandemi dan endemi menggambarkan kondisi kesehatan yang terjadi pada masyarakat dari sebuah penyakit. Bedanya, pandemi menggambarkan penyebaran penyakit yang memiliki cakupan serta dampak yang luas.
Sedangkan, endemi menggambarkan keberadaan penyakit yang muncul di satu wilayah tertentu. Bisa dikatakan bahwa endemi terjadi karena meningkatkan sistem kekebalan tubuh manusia dalam melawan virus sehingga risiko penyebaran dan jumlah pasien terinfeksi sangat kecil.
Secara umum, pandemi dan endemi memiliki 3 perbedaan besar. Berikut ulasannya.
1. Cakupan Penyebaran
Pada pandemi, penyakit menyebar ke beberapa negara, bahkan hingga melintasi benua, Hal ini terjadi karena besarnya mobilitas masyarakat hingga penyebaran virus lebih luas. Tak jarang pemerintah melakukan pembatasan mobilitas agar virus ini tidak berpindah dan menyebar ke lokasi atau negara yang dituju.
Sedangkan, penyakit endemi tidak menyebar dengan cepat. Sekalipun ada kasus yang tercatat, penyebarannya hanya terjadi dalam batas geografis yang bisa diukur dan tidak sampai ke wilayah lain. .
2. Tingkat Penyebaran
Pada pandemi, kasus terjadi dengan sangat cepat antar manusia ke manusia. Tingkat penyebaran yang sangat luas juga menyebabkan kasus harian yang terjadi bertambah dengan cepat.
Pada endemi, penyakit telah memiliki tingkat prevalensi yang lebih stabil dan tidak lagi menyebar dengan cepat. Sekalipun ada kasus yang tercatat, tingkat penyebarannya cenderung rendah atau hanya terbatas pada suatu populasi saja.
3. Dampak pada Kesehatan Masyarakat
Pada pandemi, dampak kesehatan yang disebabkan karena penyakit sangat serius. Jumlah kematian yang tinggi serta dampak sosial dan ekonomi yang masif turut mempengaruhi sistem kesehatan secara keseluruhan.
Sedangkan, edemi tidak terlalu berdampak pada kesehatan, ekonomi, dan sosial. Hal ini juga didukung dengan kesiapan sistem kesehatan yang telah memiliki langkah pencegahan yang lebih siap, seperti ketersediaan obat dan vaksin untuk masyarakat.
Persiapan Endemi, Apa Saja yang Perlu Dilakukan?
Masa transisi pandemi ke endemi sudah dimulai. Fase ini merupakan peralihan menuju situasi ketika penyakit pandemi tidak lagi menjadi ancaman untuk masyarakat.
Namun, perlu diingat bahwa transisi endemi bukan berarti penyakit endemi sudah tidak ada sama sekali. Sebaiknya, kamu tetap melakukan upaya pencegahan agar situasi tetap terkendali.
Apalagi, keberhasilan masa transisi juga tergantung pada respons dan kerjasama masyarakat dalam menjaga kesehatan. Berikut 7 langkah yang dapat kamu lakukan agar masa transisi bisa berjalan dengan baik.
1. Ikuti Aturan Pemerintah atau Otoritas Kesehatan
Pemerintah atau otoritas kesehatan pasti akan memberikan informasi jelas mengenai apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan saat endemi. Misalnya, boleh tidak menggunakan masker di ruang terbuka, tetapi disarankan untuk tetap menggunakan masker ketika sedang sakit.
Dalam jangka waktu tertentu, bisa saja akan ada aturan yang diperbarui. Untuk itu, sebaiknya tetap pantau informasi dan ikuti peraturan yang berlaku.
2. Tetap Jaga Kebersihan Personal
Meksi sudah memasuki endemi, kamu tetap harus menjaga kesehatan dengan baik. Sebab, penyakit bisa datang dari mana dan menjangkit kapan saja.
Jika sudah terbiasa mencuci tangan, lakukan terus kebiasaan ini untuk menghindari penularan penyakit, seperti flu, batuk, dan diare. Kamu juga bisa menggunakan masker jika sedang sakit untuk mencegah orang lain tertular.
3. Rajin Olahraga
Menjaga kesehatan juga bisa dilakukan dengan rutin berolahraga. Apalagi, aktivitas luar ruang sudah boleh bebas dilakukan sehingga banyak opsi olahraga yang bisa kamu lakukan.
Upayakan untuk berolahraga secara rutin dengan frekuensi waktu yang sama, yaitu antara 20 hingga 30 menit atau 150 menit dalam seminggu. Kamu juga bisa ikut komunitas tertentu agar olahraga semakin menyenangkan
4. Konsumsi vitamin
Jika saat pandemi, kamu rajin mengkonsumsi vitamin, kebiasaan ini juga bisa diteruskan. Utamakan mengkonsumsi vitamin C, D, dan E setiap hari untuk bantu jaga tubuh dari paparan penyakit. Dengan menggabungkan olahraga teratur, menjaga kebersihan, dan mengonsumsi vitamin, tubuh kamu akan lebih kuat dan tidak gampang sakit.
5. Mulai Kelola Keuangan Lebih Baik
Banyak orang yang kondisi keuangannya berantakan saat menghadapi pandemi. Penyebabnya adalah karena perubahan perekonomian yang mendadak, kondisi kesehatan yang memburuk, hingga tidak memiliki dana darurat atau tabungan untuk memenuhi kebutuhan.
Belajar dari pengalaman pandemi, kamu bisa memperbaiki kondisi keuangan dengan mulai melakukan pengelolaan yang lebih baik. Mulai sekarang, kamu harus memprioritaskan keuangan untuk hal penting, menabung, dan berinvestasi agar lebih siap ketika hal yang tidak diinginkan terjadi.
6. Pertimbangakan Asuransi Kesehatan
Pandemi telah menyadarkan banyak orang kesehatan amatlah penting dan mahal harganya. Akses ke fasilitas kesehatan menjadi hal yang sangat penting dan krusial, apalagi dalam kondisi darurat.
Kamu bisa mulai mencari asuransi yang sesuai untuk memberikan perlindungan kesehatan yang menyeluruh, baik untuk diri sendiri maupun anggota keluarga. Jangan ragu untuk berkonsultasi terlebih dulu sebelum memutuskan untuk membeli asuransi yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan.
7. Persiapkan Mental
Pola kehidupan dari normal ke pandemi melahirkan banyak perubahan yang mungkin tidak kamu sadari. Misalnya, kamu jadi terbiasa work from home (WFH), meeting online, hingga membatasi aktivitas luar ruang. Kebiasaan itu kamu lakukan selama kurang lebih dua tahun selama pandemi dan seakan sudah terlalu melekat.
Memasuki endemi, kebiasaan ini mulai hilang, kembali ke aktivitas normal sebelum pandemi terjadi. Namun, bagi sebagian orang, perubahan ini bukanlah hal yang mudah. Wajar jika kamu juga merasakan hal itu. Oleh karenanya, kamu harus mempersiapkan mental dengan memberikan motivasi ke diri sendiri dan melihat dari point of view yang positif.
Itulah beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk menyambut transisi ke endemi. Langkah-langkah itu dapat memberikan dampak baik, bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi juga orang lain.
Lebih Siap Hadapi Endemi
Keputusan pemerintah untuk mengubah status dari pandemi ke endemi harus disambut dengan baik. Banyak dampak positif dari peralihan ke endemi, misalnya saja perekonomian akan kembali pulih, sektor dan bidang yang tadinya lumpuh bisa bangkit kembali, dan masyarakat bisa bebas bergerak dan melakukan aktivitas ekonomi seperti biasa.
Dengan melakukan tujuh langkah di atas, kamu akan lebih siap untuk menghadapi masa transisi endemi. Jadi, kamu bisa memotivasi diri lebih baik dan melakukannya aktivitas dengan sikap yang positif.