Arca Batara Wisnu di Malang yang Hilang Diduga Peninggalan Kerajaan Kediri dan Singasari
MALANG, iNews.id - Arca Batara Wisnu yang dicuri orang di hutan Petak II A Desa Tulungrejo, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang diduga merupakan peninggalan dari Kerajaan Kediri. Di sekitar lokasi arca memang terdapat juga candi yang dinamakan Candi Genter.
Sekretaris Desa Tulungrejo Teguh Wibowo menuturkan, nama Ganter yang diberikan di bangunan candi itu berawal dari adanya informasi lokasi sekitar desa dulunya dijadikan lokasi pertempuran antara pasukan Kerajaan Kediri dan Singasari. Candi ini berlokasi terpisah dengan Arca Batara Wisnu yang hilang dicuri, namun masih dalam satu wilayah di Desa Tulungrejo, Ngantang.
Pak Kades memberi nama Candi Ganter karena dulu ada Perang Ganter antara Kerajaan Kediri dan Singasari dulu, kita cari lebih mudahnya, ucap Teguh Wibowo Selasa (21/2/2023).
Lokasi Desa Tulungrejo disebut Bowo, sapaan akrabnya merupakan salah satu lokasi pertempuran antara Kerajaan Kediri dan Singasari semasa Ken Arok memimpin Singasari melawan Kertajaya di kubu Kerajaan Kediri. Dimana juga terdapat arca yang menjadi saksi peperangan kedua kerajaan besar di timur Pulau Jawa dahulu.
Di situ satu-satunya arca menurut sejarah dulu perangnya Gantar antara Kediri dan Singosari, ucapnya.
Lokasinya memang kini diberikan pengamanan khusus oleh warga. Bahkan beberapa warga baik dari warga sekitar maupun luar Malang kerap kali mengunjungi lokasi Arca Batara Wisnu dan Candi Ganter, untuk sekedar napak tilas sejarah maupun melakukan ibadah atau mengenang perjuangan bagi kaum Hindu Buddha.
Banyak tamu yang di luar jauh yang ke sana, lebih-lebih yang beragama Hindu Budha sering ke sana, banyak yang datang juga dari Bali, dari mana-mana. Rencana hari ini juga kan tokoh Bali mau datang, tapi ini BPCB juga sama Dinas Pariwisata sudah di lokasi, tinggal nanti kita nunggu dari tokoh-tokoh Bali itu, katanya.
Situs budaya baik candi maupun arca ini memang berlokasi di hutan yang berjarak sekitar satu kilometer dari permukiman warga dengan lokasi menaiki perbukitan. Hal ini membuat warga sering mengadakan acara di lokasi situs itu.
Kalau itu biasanya ada bersih dusun, kita paling tidak melestarikan budaya paling nggak permisi tahu apa, tetap kita rawat. Sangat penting bagi kami satu kekayaan situs atau sejarah di desa kami, ujarnya.