Pentingnya Ketahanan Kas Startup di Tengah Badai Ekonomi

Pentingnya Ketahanan Kas Startup di Tengah Badai Ekonomi

Ekonomi | BuddyKu | Kamis, 9 Februari 2023 - 18:33
share

IDXChannel - Bak bangunan, hal terpenting dari menjalankan sebuah bisnis adalah fondasi yang kokoh. Namun, hal ini sering tak dipikirkan oleh para pelaku bisnis, termasuk startup . Salah satunya adalah tentangrunawayatau ketahanan kas.

Runway merupakan kondisi fondasi keuangan menunjukkan berapa tahun kas danshort term investmentperusahaan bisa menutup kerugian dalam kuartal terakhir setiap tahunnya.

Menurut laporan Stockbit Academy, runway yang cukup dan injeksi modal menjadi dua hal penting untuk bisa bertahan hingga berhasil profit.

Cash dan short term investment yang dimiliki 4 dari 5 perusahaan startup utama di Asia Tenggara hanya bisa menutupi operasional selama 1 hingga 5 tahun ke depan, dengan asumsi kerugian pada kuartal tiga tahun lalu.

Hingga Q3 2022,Bukalapak (BUKA), e-commerce RI yang telah melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) memiliki estimasirunawaytertinggi mencapai 18,9 tahun.

Artinya, BUKA masih mampu mempertahankan bisnisnya hingga 18 tahun tersebut dalam keadaan merugi pada kuartal 3 2022. Sementara itu, hasil merger antara e-commerce Tokopedia dan jasa ride hailing Gojek, Goto (GOTO) hanya memiliki ketahanan kas 1,2 tahun saja.( Lihat grafik di bawah ini. )

Sementara margin laba operasional atawa Operating Profit Margin (OPM) para startup tersebut menunjukkan performa kurang memuaskan sepanjang tahun lalu.

SEA Ltd, perusahaan induk Shopee mencatatkan OPM negative 15,7%, sementara OPM GOTO anjlok paling dalam sebesar minus 152,6%.

Sebagai informasi, OPM adalah proporsi keuntungan atau kerugian operasional dibandingkan pendapatan perusahaan.

Jika belajar dari kondisi startup di Amerika Serikat (AS), khususnyae-commerce, dari semua perusahaan yang diakuisisi atau sebanyak 43% dari total, sekitar 67% di antaranya diakuisisi di bawah harga IPO.

Sementarae-commercedengan status masih publik atau sekitar 34% dari total, sebanyak 62% di antaranya memiliki performa di bawa standar indeks saham S&P 500. Sisanya, sebanyak 23% lainnya sudah bangkrut atau delisting dan terlikuidasi.

Hal ini menunjukkan, bahwa selama ini banyak startup yang dibangun dengan miskalkulasi bisnis. Ibarat bangunan, tidak dibangun dengan fondasi yang kokoh.

Sebagai perusahaan rintisan, butuh waktu bagi para startup ini untuk bisa meraih keuntungan.

Sebagai perbandingan, JD.com memebutuhkan waktu 21 tahun dari saat berdirinya hingga dapat meraih keuntungan. Amazon butuh waktu 9 tahun untuk dapat cuan, dan Alibaba butuh 3 tahun untuk meraih keuntungan.

Realitas inilah yang membuat banyak startup akhirnya melakukan PHK bahkan menyatakan bangkrut.

Sebagai contoh, kinerja JD.com yang kurang baik sempat membuat sang pendiri Richard Liumarah besar. Ia menilai para petinggi JD.com bekerja tidak becus.

Dikutip dari SCMP, Senin (9/1/2023), kemarahan Liu memuncak karena para eksekutif ini menggunakan slide Power Point sebagai senjata menutupi bobrok dalam mengelola bisnis.

Di tengah ketidakpastian sektor tekno di tahun ini, riset BRI Danareksa (24/1/23) menyebutkan, perusahaan tekno ini masih memiliki waktu untuk membangun skala bisnis dan mengamankan likuiditas yang cukup.

Para startup ini juga harus mendapatkan keuntungan dan memperbaikibottom line(pos laba-rugi) dari konsolidasi pasar teknologi tanpa adanya pendanaan baru, dan kemampuan untuk menetapkan biaya yang lebih tinggi kepada pedagang dan konsumen. Tahun ini sepertinya bukan tahun yang mudah bagi kebanyakan startup . (ADF)

Topik Menarik