Jenis-Jenis Kearifan Lokal di Indonesia yang Masih Jarang Diketahui Orang

Jenis-Jenis Kearifan Lokal di Indonesia yang Masih Jarang Diketahui Orang

Ekonomi | BuddyKu | Jum'at, 9 Desember 2022 - 15:09
share

JAKARTA - Kearifan lokal termasuk salah satu bagian dari budaya masyarakat yang tidak dapat dipisahkan dari bahasa masyarakat itu sendiri.

Biasanya, kearifan lokal diwariskan secara turun menurun mulai dari satu generasi ke generasi melalui cerita mulut ke mulut.

Agar lebih memahami kearifan lokal, tentunya kita harus mencari tahu jenis-jenis kearifan likal denhan wilayah asal dan maknanya.

1. Awig-awig

Awig-awig merupakan anggaran dasar rumah tangga yang menjadi pedoman untuk menjalankan peran dan fungsi organisasi desa.

Awig-awig ini berasal dari desa Pakraman (Bali) dan Lombok (Nusa Tenggara Barat).

Awig-awig menjadi pedoman bagaimana bertindak dan bersikap bagi masyarakat setempat.

Terutama dalam berinteraksi dengan lingkungan setempat dan mengolah sumber daya alam yang ada.

2. Mappalette Bola

Mappalette bola merupakan kegiatan masyarakat sekitar dengan membantu tetangganya yang pindah rumah dengan cara menggotong rumah secara bersama-sama.

Mappalette bola ini berasal dari suku bugis, Sulawesi Selatan.

Tradisi ini dilakukan oleh puluhan hingga ratusan laki-laki. Masyarakat tersebut melakukan itu dengan sukarela karena hal tersebut sudah menjadi tradisi suku tersebut.

3. Selametan

Selametan merupakan tradisi yang berasal dari Pulau Jawa, terutama Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Secara tradisional, acara selametan dilakukan dengan menggelar doa bersama yang dipanjatkan oleh banyak orang dengan duduk melingkar dan ditengahnya biasanya terdapat makanan seperti tumpeng yang dilengkapi lauk pauk atau makanan lainnya.

Bisa dikatakan bahwa selametan merupakan ritual untuk menegaskan bahwa kita berada di kondisi yang selamat atau dicita-citakan.

Dalam bahasa jawa, kata selametan artinya keadaanya sudah pas.

4. Ulap Doyo

Ulap doyo merupakan kearifan lokal yang berasal dari Pulau Kalimantan. Ulap doyo merupakan jenis tenun ikat yang terbuat dari bahan baku serat daun doyo.

Daun doyo merupakan tanaman sejenis daun pandang, namun daun doyo mempunyai serat yang kuat.

Biasanya, motif yang sering ditemukan pada kain tenun Ulap Doyo bergambar flora dan fauna yang berada di sekitar Sungai Mahakam.

Artinya, kita sebagai manusia harus selalu menjaga alam tanpa merusaknya.

5. Lompat Batu atau Fahombo

Fahombo merupakan tradisi yang berasal dari Pulau Nias, Sumatra Utara. Tradisi yang sudah berlangsung lama ini diperuntukkan bagi laki-laki saja.

Laki-laki di pulau Nias harus melompati tumpukan batu setinggi 2 meter dan selebar 40 cm.

Dulunya, tradisi ini merupakan bentuk syarat yang harus dipenuhi oleh seorang laki-laki jika ia ingin ikut berperang melawan musuh.

Pasalnya, dahulu Pulau Nias seringkali mengadakan perang antar wilayah sehingga setiap suku harus membangun pembatas tinggi.

Meskipun kini peperangan sudah tidak adan, namun tradisi lompat batu ini tetap dilaksanakan.

Topik Menarik