Mengenal Virus ASF yang Jadi Penyebab Banyaknya Babi Mati di Luwu Timur, Menular ke Manusia?
JAKARTA Belum lama ini penemuan bangkai babi yang berserakan di saluran irigasi Kabupaten Luwu Timur (Lutim), Sulawesi Selatan (Sulsel) membuat hebohjagat maya.
Pihak berwenang lantas langsung melakukan evakuasi dan mengubur bangkai babi tersebut. Usut punya usut, babi tersebut ternyata mati akibat terpapar virus African Swine Fever (ASF).
Lantas, apa itu virus African Swine Fever (ASF) sehingga bisa membuat puluhan babi tersebut mati? Berikut ulasannya, dikutip dari laman Departement of Agriculture, Environment and Rural Affairs, Minggu, (14/5/2023).
African Swine Fever (ASF) adalah penyakit virus babi yang sangat menular. Dalam bentuk akut, penyakit ini umumnya mengakibatkan kematian yang tinggi.
ASF adalah penyakit yang berbeda dengan flu babi. Virus tidak mempengaruhi manusia dan tidak berdampak pada kesehatan manusia.
Pada Januari 2022 lalu, serangan ASF menyebar ke seluruh Eropa yang melanda babi hutan di Italia. Ini adalah kasus ASF pertama yang dilaporkan di daratan Italia.
Saat itu, wabah ini juga telah terdeteksi untuk pertama kalinya di Makedonia Utara di halaman belakang dekat perbatasan Bulgaria.
Empat kasus ASF kemudian terdeteksi pada babi domestik di Jerman sejak kasus domestik pertama dilaporkan pada Juli 2021 lalu.
Di tempat lain, wabah yang sering terjadi pada babi domestik masih dilaporkan di Moldova, Rumania, Rusia, dan Ukraina. ASF juga terus dilaporkan pada babi hutan di seluruh Eropa.
Penyakit ini juga terdapat di beberapa negara di Eropa Timur dan juga di Asia dimana telah ditemukan di China, Hong Kong, Mongolia, Vietnam dan Korea Utara.
Jenis babi daerah yang banyak terserang penyakit ini adalah jenis babi hutan, babi di peternakan, perkebunan kecil, hingga babi peliharaan.
Meski Virus ASF bukan menjadi ancaman kesehatan manusia, virus penyakit yang disebut dengan Demam Babi Afrika ini tetap dapat menyebar melalui beberapa perantara. Berikut diantaranya:
1. Kontak langsung dengan babi yang terinfeksi, tinja atau cairan tubuh.2. Kontak tidak langsung melalui fomites seperti peralatan, kendaraan atau orang yang bekerja dengan babi di antara peternakan babi dengan biosekuriti yang tidak efektif.3. Memakan daging babi atau produk daging yang terinfeksi.
(hri)