SPECIAL REPORT: Meneropong Masa Depan Otomotif 2025
JAKARTA - Penjualan mobil tahun depan diharapkan dapat kembali menembus angka 1 juta unit. Ada sejumlah faktor yang harus diperhatikan agar penjualan mobil kembali ke angka 1 juta unit. Namun, kenaikan pajak pertambahan nilai (PPN) 12 persen dan adanya opsen pajak bisa berpengaruh terhadap penjualan.
Diketahui, hampir dalam 1 dekade terakhir, penjualan mobil nasional mentok di angka 1 juta unit. Namun, pada tahun ini, penjualan mobil merosot hingga di bawah 1 juta unit.
Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) merevisi target dari awalnya penjualan mobil mencapai 1,1 juta menjadi 850 ribu unit.
Sekretariat Umum Gaikindo, Kukuh Kumara, optimistis penjualan mobil di Indonesia bisa membaik tahun depan. Dia mengungkapkan hal ini merujuk pada tren penjualan pada akhir-akhir ini.
"Jadi kalau kita inginnya optimistis ya. Kalau enggak ada apa-apa seperti sekarang. Trendnya sudah mulai meningkat seperti kemarin kita sudah selesai dengan GJAW hasilnya belum kelihatan. Tapi kalau diliat dari antusiasme masyarakat kemudian dari SPK yang muncul selama GJAW itu optimis kita," katanya kepada wartawan di Jakarta, belum lama ini.
Kukuh tak menampik jika kenaikan PPN menjadi 12 persen dan adanya opsen pajak bisa berdampak pada penjualan mobil nasional.
Karena itu, dia berharap pemerintah juga memberikan stimulus untuk mendukung industri ini. Namun, dia belum menjelaskan rinci stimulus seperti apa yang dimaksud.
"Mudah-mudahan ada alternatif lain apakah itu stimulus apakah insentif yang sedang diupayakan bersama sehingga kita tetap optimis karena ini adalah industri yang menjadi salah satu tumpuan mendorong ekonomi Indonesia," ujar Kukuh.
Kukuh menyebut, tahun 2025 penjualan mobil bisa kembali tembus ke angka 1 juta unit. Jika nantinya PPN tetap naik sesuai rencananya, pihaknya tidak ingin buru-buru merevisinya.Setelah mendapat pertentangan, PPN 12 persen akhir hanya berlaku untuk barang-barang mewah. Sementara barang yang sifatnya konsumtif tetap menggunakan PPN 11 persen seperti sebelumnya.
Kukuh menyebut akan lebih dahulu melihat implementasi dari kebijakan tersebut. "Kita lihat dulu ya implementasinya kita tunggu nanti setelah Januari kita trennya seperti apa," ujarnya.
PT Mitsubishi Motors Krama Yudha Sales Indonesia (MMKSI) mengakui tantangan industri otomotif di Indonesia tahun depan semakin berat. Adanya kenaikan PPN dan opsen pajak bisa membuat harga mobil semakin tinggi.
"Mitsubishi Motors berkomitmen untuk terus berkolaborasi dengan pemerintah dan mendukung langkah-langkah yang dapat menjaga daya beli masyarakat, serta nilai tambah yang diberikan kepada pelanggan," kata Presiden Direktur MMKSI Atsushi Kurita di Tangerang, belum lama ini.
Namun, Kurita enggan menjelaskan lebih rinci mengenai strategi yang akan diusung Mitsubishi tahun depan. Pihaknya juga akan menunggu tahun ini berakhir sebelum mengumumkan strategi mereka untuk 2025.
"Kalau ditanya sekarang mengenai rencana tahun 2025 agak sulit, sampai nanti kejelasan studi pemerintah seperti apa. Jika pilkada sudah selesai dan clear, kemungkinan bulan Januari atau Februari (2025) akan kami umumkan," ujarnya.
Sementara itu, Chief Operating Officer Hyundai Motors Indonesia (HMID) Fransiscus Soerjopranoto mengatakan masih menunggu kepastian rencana kenaikan pajak. Setelah itu, pihaknya akan mulai merumuskan strategi.
"Kami juga mempertimbangkan pastinya ada kekhawatiran mengenai kenaikan harga kendaraan, terkait dengan pajak-pajak tadi. Apakah itu 1 persen kenaikan pajak penjualan ataukah itu terkait opsen. Belum lagi peraturan tax mengenai mobil listrik apakah akan diperpanjang atau tidak," kata Frans, di Jakarta, belum lama ini.
Ia menjelaskan terkait harga jual kendaraan, pihaknya akan mengikuti kondisi pasar serta kompetisi yang ada. Namun, dia belum bisa memastikan besaran kenaikan kendaraan apabila PPN 12 persen diberlakukan.
"Kalau mengenai kenaikan harga, tentunya kita akan mengikuti kondisi pasar yang ada dan kompetisi yang ada. (Kenaikan) Belum bisa dihitung. Karena yang sudah pastikan adalah 1 persen. Itu pun yang saya dengar masih wacana. Jadi kita tunggu saja. Mudah-mudahan tidak ada kenaikan harga," tuturnya.
Di sisi lain, Mazda Indonesia merasa perlambatan penjualan akan terjadi pada 2025. Hal ini terjadi karena belum terlihat adanya perbaikan pada angka penjualan mobil pada akhir tahun ini.
"Kuartal pertama tahun depan (penjualan mobil) mungkin merangkak pelan, semoga saja tidak. Saya juga masih agak gelap (proyeksi tahun depan). Saya tidak ingin mendahului bapak-bapak dari Gaikindo (soal target)," kata Chief Operating Officer PT EMI (Eurokars Motor Indonesia), Ricky Thio, di Jakarta, belum lama ini.
Kenaikan pajak juga diprediksi bakal berdampak
Executive Vice President PT Astra Honda Motor (AHM) Thomas Wijaya menyatakan, pihaknya akan mengikuti kebijakan yang diterapkan pemerintah tahun depan. Meski begitu, Thomas berharap pemerintah memberikan program yang dapat mendorong daya beli masyarakat.
"Tentu harapannya pemerintah punya program, punya policy untuk mendorong daya beli sehingga market tidak berpengaruh. Makanya kita berharap tidak mempengaruhi daya beli supaya ekonomi tetap bergerak juga," tuturnya di Jakarta, baru-baru ini.
Meski begitu, dia memprediksi pasar roda dua tahun depan tetap akan meningkat dari penjualan tahun ini yang berkisar 6,35-6,45 juta unit. "Tahun depan kita berharap tumbuhlah bisa 6,4-6,7 juta. Tentu tanpa ada dampak dari opsen ya," ucapnya.