Terungkap! Kasus Polisi Tembak Mati Siswa SMK di Semarang Penuh Kejanggalan!
JAKARTA, iNewsPandeglang.id – Kasus penembakan yang menewaskan siswa SMK di Semarang menyimpan banyak kejanggalan. Kematian Gamma Rizkynata Oktafandy memunculkan tanda tanya besar, dengan berbagai pihak mendesak penyelidikan yang transparan dan adil.
Penembakan yang menewaskan Gamma Rizkynata Oktafandy, siswa SMK Negeri 4 Semarang, pada Minggu dini hari (24/11/2024) memunculkan kejanggalan yang mengundang perhatian publik. Keluarga korban dan berbagai pihak mendesak penyelidikan lebih lanjut untuk mengungkap kebenaran di balik insiden ini.
Keluarga korban merasa ada yang tidak beres dengan penyelidikan awal. Mereka mendesak dilakukan autopsi kedua setelah hasil autopsi pertama yang dikeluarkan polisi dianggap tidak sesuai dengan kondisi tubuh korban.
Anak Panah Modifikasi Melayang Beterbangan Warnai Tawuran Pemuda, Tertancap di Wajah hingga Dada
Menurut keterangan polisi, insiden ini terjadi ketika sekelompok gangster terlibat tawuran di kawasan Jalan Candi Penataran Semarang Barat. Petugas yang melintas berusaha melerai keributan. Dalam situasi yang mencekam itu, petugas melepaskan tembakan yang mengenai Gamma hingga menyebabkan kematiannya. Polisi menyebutkan, Gamma adalah salah satu anggota gangster yang terlibat dalam tawuran tersebut.
Namun, keluarga korban membantah klaim polisi. Mereka yakin Gamma tidak terlibat dalam tawuran tersebut. Kakek korban, Samin, menyatakan, “Kami sepakat makam cucu saya ini dibongkar untuk diautopsi supaya jelas penyebab kematiannya. Jenazah sudah di peti mati dan hanya bisa dilihat wajahnya oleh keluarga.”
Keputusan keluarga untuk melakukan autopsi kedua didukung oleh berbagai pihak yang menginginkan penyelidikan yang transparan. Mereka menilai, kasus ini harus diusut dengan jelas dan tidak ada upaya melindungi pihak yang bersalah. “Kasus ini menguji kepercayaan masyarakat terhadap aparat penegak hukum,” kata seorang aktivis yang mendukung keluarga korban.
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) turun tangan dalam kasus ini. Mereka mengirim tim ke Semarang untuk memeriksa lokasi kejadian dan mengumpulkan keterangan dari saksi-saksi serta pihak terkait. "Kami turun ke lapangan untuk memverifikasi fakta-fakta yang ada," ujar Uli Parulian Sihombing, Komisioner Komnas HAM.
5 Koper Upal Senilai 1 Triliun Disimpan di Vila Cipanas, Polres Cianjur Tangkap 5 Orang Pelaku
Komnas HAM sudah memanggil 14 orang untuk dimintai keterangan dan terus menganalisis informasi yang terkumpul. Mereka memastikan akan memeriksa lebih banyak saksi guna mengungkap kebenaran di balik kejadian ini.
Di sisi lain, pihak Polda Jateng juga menegaskan bahwa penyelidikan akan dilakukan dengan transparan. Kombes Pol Dwi Subagio, Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Jateng, memastikan bahwa siapa pun yang terbukti bersalah akan bertanggung jawab atas insiden ini. Proses autopsi yang dilakukan setelah ekshumasi jenazah juga dilakukan dengan persetujuan keluarga dan dihadiri oleh polisi serta warga sekitar.
Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) menambahkan bahwa jejak digital menjadi kunci penting dalam pengungkapan kasus ini. Bukti digital yang diperoleh dari lokasi kejadian akan membantu mengungkap rangkaian peristiwa secara lebih akurat.
"Jejak digital yang ditemukan sangat penting, semoga ini menjadi langkah kunci dalam penegakan keadilan," ujar Choirul Anam, Komisioner Kompolnas.
Kasus ini kini masih dalam penyelidikan, dan masyarakat menunggu dengan penuh harap agar kebenaran dapat terungkap secara jelas dan adil.