Pasangan Dharma-Kun Basuh dan Cium Kaki Emak-Emak di Hari Terakhir Kampanye
JAKARTA - Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur nomor urut 2, Dharma Pongrekun dan Kun Wardhana, melangsungkan prosesi cuci dan cium kaki emak-emak saat kampanye akbar. Secara bergantian, keduanya membasuh kaki dari seorang ibu bernama Suci (65), yang disebut sebagai salah satu relawan pendukung Dharma-Kun .
Sembari dalam isak tangis, baik Suci maupun Dharma, terharudalam prosesi tersebut. Suci tampak tak kuasa menahan keharuan sembari terus mendekap mulutnya agar tidak terdengar suara kesedihannya.
"Pak Dharma memang petugas rakyat, Pak Dharma membuktikan baktinya dengan mencuci kaki salah satu warga. Sebagai simbol, paslon independen adalah petugas rakyat," ujar pembawa acara sembari ikut menangis, Sabtu (22/11/2024).
Dharma terus mengusap kaki Suci dengan menggunakan selemmbar tisu yang terus diganti, sembari sesekali menyeka air mata di kelopak matanya.
"Ini bukti pelayan rakyat yang betul-betul ingin melayani rakyat. Bukan petugas partai. Beliau betul-betul ingin berdikari, yang hanya mengabdi kepada rakyat," lanjut pembawa acara menjelaskan.
Lebih lanjut, Dharma mengatakan dirinya akui tidak mengetahui adanya kegiatan prosesi cuci kaki tersebut. Akan tetapi, dia menjelaskan prosesi itu adalah bagian dari teguran untuk para pemimpin agar selalu rendah diri dan hati.
"Itu adalah suatu bentuk yang luar biasa di mana kaki adalah tempat menginjak tanah. Filosofinya kaki adalah tempat menginjak tanah. Jadi kalau sudah jadi pemimpin jangan lupa bahwa kamu masih menginjak bumi," kata Dharma kepada wartawan selepas prosesi.
Diketahui, Pasangan calon gubernur dan wakil gubernur nomor urut 02, Dharma Pongrekun dan Kun Wardhana mulai memasuki panggung kampanye akbar di tengah lapangan Tabaci, Kalideres, Jakarta Barat. Gelaran kampanye yang dimulai sekira pukul 09.53 WIB itu, dihelat di atas panggung dengan luas sekira 7X9 meter beralaskan karpet hijau.
Dharma dan Kun tiba secara khidmat menaiki atas panggung. Keduanya pun langsung dikalungi sebuah selendang khas Betawi. Sejumlah pria berpeci merah ikut mengawal ketibaan paslon tersebut sembari berpantun ria.
Sejumlah warga yang awalnya duduk-duduk di atas terpal biru yang membelah lapangan, mulai berdesakkan maju ke depan panggung. Lambat laun hiruk pikuk massa para pendukung Dharma-Kun mulai terlihat ditampilkan berkerumun di hadapan panggung.
"Beginilah kami, paslon independen, petugas rakyat, pak Dharma dan pak Kun," ucap salah seorang pembawa acara meneriakkan semangat.