Menelisik Eksistensi The Rain melalui Lensa Bona Fide Theory
JAKARTA - Grup band The Rain telah menorehkan perjalanan panjang selama 23 tahun sejak terbentuk pada 2001. Keberadaan mereka tidak hanya mencerminkan ketahanan waktu, tetapi juga kemampuan beradaptasi dengan dinamika industri musik yang terus berubah seiring perkembangan generasi.
Mengikuti perkembangan tren musik dari masa ke masa, The Rain berhasil mempertahankan eksistensinya di tengah kompetisi ketat. Mereka mampu menyesuaikan diri dengan selera pasar tanpa kehilangan jati diri musik yang menjadi ciri khas band ini.
The Rain menjadi salah satu band di Indonesia yang berhasil bertahan selama 23 tahun tanpa pergantian personel. Ini merupakan pencapaian luar biasa, mengingat banyak band yang mengalami bongkar pasang anggota akibat perbedaan yang tidak dapat disatukan.
Cikal bakal The Rain dimulai di Yogyakarta pada akhir 1990-an, ketika Indra Prasta (vokal, gitar), Iwan Tanda (gitar, vokal), Ipul Bahri (bass, vokal), dan Aang Anggoro (drum, vokal) masih menempuh pendidikan di empat perguruan tinggi yang berbeda. Indra dan Iwan yang bertetangga, awalnya membentuk band bernama No Rain yang cukup aktif di skena musik Yogyakarta sepanjang era 2000-an. Setelah No Rain bubar, mereka bertemu Aang dan Ipul di Studio Alamanda, tempat berkumpulnya para musisi dari berbagai genre. Pertemuan inilah yang melahirkan The Rain pada tahun 2001, menandai awal perjalanan panjang band tersebut di industri musik Indonesia.
Eksistensi The Rain di industri musik Tanah Air hingga kini menjadi kajian menarik dalam konteks Teori Kelompok Terpercaya (Bona Fide Theory). Teori ini dikembangkan oleh Linda Putnam dan Cynthia Stohl sebagai konsep alami tentang kelompok. Menurut teori ini, semua kelompok, kecuali yang dibentuk di laboratorium, dianggap terpercaya karena merupakan bagian dari sistem yang lebih besar (Stephen W. Littlejohn & Karen A. Foss, Theories of Human Communication, hal. 324).
Kelompok terpercaya memiliki dua karakteristik, batasan yang dapat ditembus dan tergantung pada lingkungan. Batasan yang dapat ditembus dalam konteks kelompok terpercaya, berarti bahwa anggota kelompok tidak dapat dipisahkan dari lingkungan dan kelompok lain tempat mereka berasal.
Sementara itu, ketergantungan pada lingkungan berarti bahwa kelompok tersebut tidak beroperasi secara terisolasi, melainkan memanfaatkan sumber daya dan dukungan dari lingkungan sekitarnya.
Dalam konteks industri musik, teori ini menguraikan bagaimana sebuah band atau musisi dapat meraih pengakuan luas dan mempertahankan posisi yang stabil dengan menjaga reputasi, konsistensi, dan kualitas karya mereka.
Teori ini berakar pada konsep kredibilitas dan kepercayaan yang dibangun oleh kelompok dalam masyarakat atau industri tertentu. Keberlanjutan karier The Rain mencerminkan kemampuan mereka untuk mempertahankan kepercayaan dan kredibilitas tersebut, bahkan di tengah perubahan dinamis dalam industri musik.
Perjalanan Karier Bermusik The Rain
Sejauh ini, para personel The Rain tetap berkomitmen untuk menciptakan musik berkualitas. Pencapaian mereka sudah terukir sejak beberapa bulan setelah perilisan album perdana mereka, Hujan Kali Ini, pada September 2003, setelah mendapatkan kontrak dengan ProSound Records. Album tersebut meraih Golden Award, dan single "Dengar Bisikku" serta "Terima Kasih karena Kau Mencintaiku" masih mendapatkan airplay yang tinggi di banyak radio di seluruh Indonesia.
Dua tahun setelah album Hujan Kali Ini, The Rain meluncurkan album Senandung Kala Hujan pada Oktober 2005, yang menampilkan hits seperti "Tolong Aku" dan "Persimpangan." Mei 2007, mereka merilis album Serenade, yang membawa mereka menjadi nominator dalam IKON ASEAN Music Initiative Awards. Mereka juga dinyatakan sebagai nominator dalam kategori Bands Who Can Free Their Voice di Soundrenaline 2008. Tak lama setelah itu, The Rain turut serta dalam tur Rising Stars bersama band-band lain seperti Nidji dan J-Rocks.
Album berikutnya, Perjalanan Tak Tergantikan, dirilis pada Januari 2009. Dalam album ini, The Rain meraih penghargaan dari Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) sebagai pemrakarsa penggunaan payung terbanyak dalam sebuah video musik, melalui single "Boleh Saja Benci." Setahun kemudian, mereka mengejutkan banyak pihak dengan merilis Komik Cihuy Anak Band, sebuah komik humor yang mengangkat realita dunia anak band di Indonesia. Komik ini menjadi perbincangan nasional, menarik perhatian banyak orang dengan penyajian kocaknya tentang dunia belakang layar industri musik.
Setelah tertunda akibat tur panjang, album kelima Jingga Senja dan Deru Hujan akhirnya dirilis pada akhir Februari 2012, dua bulan setelah perayaan satu dekade The Rain. Pada November 2013, The Rain memutuskan untuk mengambil jalur independen dengan mendirikan label sendiri, Heavy Rain Records. Mereka kemudian merilis single "Terlatih Patah Hati" sebagai bagian dari Trilogi 18 November, menjadikan mereka band pertama di Indonesia yang merilis single baru pada tanggal yang sama selama tiga tahun berturut-turut. "Terlatih Patah Hati" berhasil memuncaki tangga lagu di berbagai radio di seluruh Indonesia selama berbulan-bulan. Lagu ini juga membawa The Rain meraih nominasi AMI Awards 2014 untuk kategori Kolaborasi Pop/Urban Terbaik bersama Endank Soekamti. Selain itu, single tersebut memenangkan HAI Music Awards 2014 sebagai Best Single of the Year dan dinominasikan di Dahsyatnya Awards 2015.
Pada 18 November 2014, Gagal Bersembunyi dirilis. Sebuah lagu sederhana dengan lirik yang ngenes namun jenaka. Gagal Bersembunyi tak butuh waktu lama untuk menduduki tangga lagu di radio. Tak lama setelah dirilis, Gagal Bersembunyi mendapatkan nominasi Single of the Year di ajang Indonesia Choice Awards 2015 yang digelar oleh NET.
Akhir 2015, trilogi 18 November ditutup dengan single Penawar Letih. Di video musik untuk single ini, The Rain melakukan sesuatu yang belum pernah mereka lakukan sebelumnya, yaitu menggelar syuting klip di sebuah ruangan kantor pada hari dan jam kerja dengan seluruh karyawan kantor tersebut tetap bekerja seperti biasa. Single Penawar Letih sukses menjadi anthem bagi para pekerja keras yang berjuang di tengah hiruk-pikuk kota, demi keluarga.
Kemudian September 2016, The Rain merilis album keenam berjudul Jabat Erat. Album ini berisi trilogi 18 November beserta delapan lagu baru. Hingga saat ini, album ini merupakan album The Rain dengan single terbanyak. Album Jabat Erat juga mengukuhkan salam Jabat erat! yang selalu digunakan The Rain selama ini. Sebuah lagu dengan judul sama dipersembahkan untuk para TheRainKeepers, penikmat karya The Rain.
Enam tahun setelah merilis album Jabat Erat pada 2016, The Rain kembali dengan album studio ketujuh bertajuk Mereka Bilang Kita Terjebak Bersama pada 2022. Kesuksesan Jabat Erat dengan deretan singlenya, seperti "Terlatih Patah Hati," "Gagal Bersembunyi," "Penawar Letih," dan "Hingga Detik Ini," membuat The Rain tidak terburu-buru dalam merilis album berikutnya. Indra, Iwan, Ipul, dan Aang mulai menggarap album ini secara bertahap sejak awal 2018.
Sepertinya ini album The Rain yang penggarapannya paling lama. Lagu-lagunya dikerjakan satu demi satu. Setelah sebuah lagu selesai, langsung dirilis sebagai single, ucap Indra, dikutip dari siaran pers yang diterima penulis dan ditulis pada Kamis (20/9/2024).
Kami melakukan itu selama beberapa tahun. Sempat terkendala oleh pandemi, hingga akhirnya kami kembali lagi ke studio dan menggarap lima lagu baru sekaligus, ucap Indra.
Setelah dua dekade bersama, album ini menandai awal babak baru dalam perjalanan The Rain. Setelah menggelar intimate gig 20 tahun The Rain akhir tahun lalu, kami berempat ngobrol banyak. Tentang semua yang telah terlewati bersama, tentang mimpi-mimpi selanjutnya. Dan kami putuskan untuk merilis album baru di tahun 2022, kata Iwan.
Seperti album Jabat Erat, album ini dirilis secara independen lewat Heavy Rain Records, label milik Indra, Iwan, Ipul dan Aang. Didistribusikan secara digital oleh MK Records. Melanjutkan tradisi keenam album sebelumnya, album ini juga tersedia dalam format fisik.
Secara musikal, The Rain semakin terlihat nyaman menjelajahi berbagai warna baru. Album ini terdiri dari 12 lagu, masing-masing dengan karakter yang unik. Salah satu lagu, "Mendengar Kabar," yang dirilis sebagai single bersamaan dengan peluncuran album, memiliki nuansa seperti lagu pop Indonesia produksi akhir 80-an yang seolah tersimpan di lemari studio selama lebih dari tiga dekade dan baru sekarang dirilis. Sentuhan retro tersebut memberikan kesan nostalgia yang kuat dan menyegarkan.
Kami sudah membayangkan banyak yang akan kaget ketika tahu The Rain muncul dengan warna seperti ini, ujar Aang tentang single Mendengar Kabar.
Tapi itulah salah satu hal yang membuat berkarya tetap menyenangkan selama lebih 20 tahun ini. Bertualang bersama lewat lagu-lagu baru yang kami garap berempat, tanpa takut kehilangan identitas, kata Aang.
The Rain tetap mengandalkan kekuatan lirik sederhana dalam menyampaikan pesan di tiap lagu. Seperti mendengar seorang teman yang sedang bercerita, ujar Ipul.
Tema lagu-lagu di album ini sangat beragam. Di Perantauan bercerita tentang suka duka anak rantau. Salam dari Ibumu bercerita tentang upaya mundur dari sebuah friend zone yang membingungkan. Rencana Berbahaya, Upaya Maksimal dan Ujung Pertemuan merupakan bagian dari Tetralogi Jono dan Mira, empat buah single yang menjadi satu rangkaian, di mana bagian pertamanya, Hingga Detik Ini, telah dirilis lewat album sebelumnya.
Konsistensi The Rain di industri musik Tanah Air terus terjaga. Hal ini tergambar dalam pemberitaan yang tayang di Okezone.com pada Minggu, 23 Juni 2024, dengan judul The Rain Comeback Lewat Single Patah Terbelah.
Terlatih Patah Hati memang menandai babak baru dari arah penulisan lirik The Rain. Setelah lagu itu, saya lebih suka menyelipkan hal-hal yang membesarkan hati meskipun pada lagu yang ceritanya sangat sedih. Lagu Tolong Aku yang dirilis tahun 2005 dan Ujung Pertemuan yang dirilis pada tahun 2019 sama-sama menceritakan kisah cinta yang berakhir. Namun di lagu Tolong Aku, liriknya ada emosi meratapi keadaan, sementara di Ujung Pertemuan, liriknya mencoba menguatkan hati meskipun tak mudah, ujar Indra Prasta, vokalis dan penulis sebagian besar lagu-lagu The Rain.
Kali ini, The Rain kembali dengan Patah Terbelah, sebuah lagu sedih bertema kehilangan.
Mungkin ini salah satu lagu paling menyayat hati yang pernah kami rilis. Tentang rindu yang tak mungkin disampaikan lagi secara langsung karena keadaan yang sudah berbeda. Tentang mengikhlaskan, ujar Iwan Tanda, gitaris The Rain.
Jika kita mendengarkan secara lirik, lagu ini memberikan banyak ruang cerita bagi pendengarnya. Rasa sedih, kehilangan, bangga, bahkan rasa syukur tercampur indah dalam lagu ini.
Kami menyerahkan cerita lagu ini pada yang mendengarnya. Lagu ini adalah milikmu yang pernah merasakan kehilangan seseorang yang sangat berarti. Dan meskipun tidak bersamanya lagi, kamu sangat berterima kasih atas kehadirannya dalam hidupmu, kata Indra.
Lagu Patah Terbelah ini juga menjadi jembatan menuju album studio kedelapan The Rain yang rencananya dirilis pada momen ulang tahun ke-23 The Rain pada akhir tahun 2024.
Implementasi Bona Fide Theory
Dalam konteks Teori Kelompok Terpercaya, The Rain dapat dilihat sebagai kelompok yang terbentuk secara alami dan tergantung pada lingkungan musik Indonesia. Anggota The Rain memiliki peran yang spesifik dalam grup, seperti vokalis, gitaris, drummer, dan bassis. Mereka saling tergantung dalam proses pembuatan musik dan harus mengatasi perbedaan pendapat untuk mencapai tujuan bersama.
Selain itu, The Rain tidak hanya tergantung pada anggota-anggota individu, tetapi juga pada lingkungan musik Indonesia. Mereka harus memahami tren musik saat ini dan bagaimana mereka dapat berkontribusi pada industri musik Indonesia.
Dalam konteks ini, teori kelompok terpercaya membantu menjelaskan bagaimana The Rain dapat berfungsi sebagai sebuah kelompok yang efektif dalam menciptakan musik yang berkualitas. Mereka harus mengintegrasikan input dari lingkungan musik, proses analisis dan kreativitas, dan menghasilkan output yang merupakan karya musik yang unik dan berkualitas.
Dampak dari Bona Fide Theory terhadap kesuksesan The Rain, antara lain meningkatkan jangkauan dan interaksi. Dengan menggunakan batasan yang dapat ditembus, The Rain dapat berinteraksi dengan penggemarnya secara lebih efektif. Mereka memanfaatkan media sosial dan lainnya untuk meningkatkan engagement dan loyalitas penggemar.
Kemudian meningkatkan popularitas. Dengan memanfaatkan batasan yang dapat ditembus dan tergantung pada lingkungan, The Rain dapat meningkatkan popularitas mereka secara signifikan. Mereka dapat membagikan karya mereka secara langsung ke audiens global, sehingga meningkatkan minat publik terhadap karya mereka.
Menggunakan Bona Fide Theory, eksistensi The Rain dapat dijelaskan melalui tiga pilar utama. Pertama, kredibilitas musik dan brand. Reputasi The Rain sebagai band yang kredibel dibangun melalui karya yang konsisten, berkarakter, dan otentik. Mereka tidak pernah berkompromi dengan kualitas musik demi popularitas sesaat. Hal ini menjadikan mereka dihormati baik oleh penggemar maupun oleh sesama musisi.
Kedua, keterhubungan dengan penggemar. The Rain memiliki kemampuan untuk membangun hubungan emosional yang mendalam dengan penggemarnya melalui lirik yang kuat dan penampilan yang penuh perasaan.
Ketiga, adaptasi terhadap perubahan. Meskipun tetap setia pada genre musik mereka, The Rain menunjukkan kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan lanskap musik, terutama dalam hal distribusi dan promosi melalui platform digital. Ini memungkinkan mereka untuk bertahan di industri yang semakin kompetitif dan bertransformasi secara teknologi.
Dengan menerapkan teori ini, studi kasus grup band The Rain dapat dilakukan secara mendalam dan menyeluruh, memungkinkan pemahaman yang lebih baik tentang dinamika kelompok serta proses komunikasi yang efektif dalam menciptakan musik berkualitas.
Penulis:
Tuty Ocktaviany
Mahasiswi Magister S2 Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta (UPNVJ)