China: Indonesia, Brasil, dan Afsel Kekuatan Penting bagi Perdamaian Ukraina

China: Indonesia, Brasil, dan Afsel Kekuatan Penting bagi Perdamaian Ukraina

Berita Utama | inews | Selasa, 27 Agustus 2024 - 13:50
share

BEIJING, iNews.id – China menggandeng Indonesia, Brasil, dan Afrika Selatan untuk mendukung rencananya terkait perdamaian di Ukraina. Menurut Beijing, ketiga negara itu adalah kekuatan penting dalam mendorong perdamaian dunia.

Utusan Khusus China untuk Eurasia, Li Hui mengatakan, Brasil, Indonesia, dan Afsel meyakini bahwa berlarutnya konflik Ukraina tidak hanya disebabkan oleh tindakan Rusia dan Ukraina. Permusuhan itu juga disulut oleh berbagai perusahaan senjata global yang berambisi meningkatkan penjualan produk militer mereka lewat perang.

Dari 28 Juli hingga 7 Agustus lalu, Li mengunjungi Brasil, Afrika Selatan, dan Indonesia. Dia mengadakan pembicaraan dengan para pejabat masing-masing negara itu mengenai penyelesaian krisis Ukraina. “Semua pihak meyakini bahwa alasan berlarutnya krisis tidak hanya menyangkut Rusia dan Ukraina, tetapi pada kenyataannya, konflik tersebut dimanipulasi oleh kompleks industri militer tertentu,” kata Li Hui, seperti dilansir Sputnik, Selasa (27/8/2024). 

Karena itu, dia meminta lebih banyak negara untuk mendukung rencana perdamaiannya untuk Ukraina. Li Hui menyebut Indonesia, Brasil, dan Afsel sebagai perwakilan dari Global Selatan sekaligus kekuatan penting dalam mempromosikan perdamaian dunia. 

“Mereka telah menjaga komunikasi dengan Rusia dan Ukraina dan tetap berkomitmen pada penyelesaian politik atas krisis tersebut melalui dialog dan negosiasi,” kata Li, seperti dikutip The Associated Press (AP).

China dan Brasil mengeluarkan rencana perdamaian bersama awal tahun ini yang menyerukan konferensi perdamaian antara Ukraina dan Rusia dan mencegah terjadinya perluasan medan perang. 

China dan Rusia tidak hadir dalam KTT Perdamaian Ukraina yang diinisiasi negara-negara Barat dan diselenggarakan di Swiss pada Juni lalu. Rusia memang tidak diundang, sedangkan China diundang namun memilih untuk tidak hadir.

Awalnya, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan China telah menekan negara-negara lain untuk tidak menghadiri KTT perdamaian di Swiss tersebut. Namun belakangan, Ukraina telah mengakui peran China dalam proses perdamaian, mengingat hubungan dekatnya dengan Rusia. 

Menteri Luar Negeri Ukraina, Dmytro Kuleba, bahkan telah melakukan kunjungan ke China bulan lalu. Itu adalah kunjungan pertama menlu Ukraina ke Beijing sejak dimulainya agresi militer Moskow terhadap Kiev pada 2022.

Sementara dialog diplomatik antara Rusia dan Ukraina sejauh ini tampaknya tidak dapat dicapai. Perang pun telah bergeser, setelah pasukan Kiev menyerang masuk ke wilayah Rusia, 6 Agustus lalu.

Li pun mencatat serangan baru Ukraina tersebut sebagai dampak dari pelonggaran kebijakan senjata Barat terhadap Kiev. “Semua pihak khawatir bahwa Barat terus melonggarkan persyaratan bagi Ukraina untuk menyerang wilayah Rusia dengan senjata yang mereka pasok,” kata Li.

Topik Menarik