Indonesia Dilanda 1.261 Bencana Sejak Awal 2024, Didominasi Banjir dan Kebakaran Hutan

Indonesia Dilanda 1.261 Bencana Sejak Awal 2024, Didominasi Banjir dan Kebakaran Hutan

Berita Utama | okezone | Selasa, 27 Agustus 2024 - 06:05
share

JAKARTA - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mecatat ada 1.261 kali bencana melanda wilayah Indonesia sejak 1 Januari hingga 26 Agustus 2024. Petaka itu didominasi oleh banjir, cuaca ekstrem, dan kebakaran hutan lahan (karhutla). 

“Ada total 1.261 kejadian bencana hingga 26 Agustus. Masih tetap banjir cuaca ekstrem dan karhutla yang paling dominan,” kata Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari dalam Disaster Briefing, Senin (26/8/2024).

Aam sapaan Abdul Muhari mengatakan bahwa ada provinsi-provinsi dengan intensitas atau frekuensi kejadian bencana paling tinggi seperti di Sumatera yakni wilayah Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Sumatera Selatan. “Kemudian Jawa seperti biasa setiap tahunnya, Jawa Barat Jawa Tengah, Jawa Timur.”

“Dan ini biasanya biasanya biasanya biasanya biasanya sepanjang tahun dalam 10 tahun terakhir itu Kalimantan Selatan dan atau Kalimantan Tengah itu selalu biasanya menjadi provinsi yang juga termasuk kawasan dengan frekuensi bencana paling tinggi,” kata Aam.

 

Aam mengatakan bahwa saat ini Sumatera Selatan menjadi provinsi prioritas dengan frekuensi kejadian bencana tinggi. “Kita lihat sekarang meskipun ini pada musim kemarau, untuk provinsi prioritas relatif Sumatera Selatan yang masih masuk dengan frekuensi kejadian bencana tinggi. Meskipun ini juga tidak dominan kekeringan ya, tidak dominan hidrometeorologi kering, lebih ke hidrometeorologi basah.”

Sementara itu, Aam mengungkapkan bahwa ada 6 provinsi prioritas untuk karhutla. “Sedangkan 6 provinsi prioritas yang biasanya menjadi atensi nasional untuk menanggulangi Karhutla Riau, Jambi, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan ini di hingga akhir Agustus ini relatif masih sangat terkendali baik itu hidrometeorologi kering maupun hidrometeorologi basah,” kata Aam.

“Kita harapkan tentu saja ini tetap demikian adanya hingga akhir tahun supaya lebih sedikit dampak-dampak secara baik itu terhadap manusia maupun terhadap aktivitas ekonomi dari kejadian bencana yang terjadi,” tambahnya. 
 

Topik Menarik