Kongo Jadi Negara Pertama yang Laporkan Kasus Mpox, Anak-Anak Berisiko Tinggi!

Kongo Jadi Negara Pertama yang Laporkan Kasus Mpox, Anak-Anak Berisiko Tinggi!

Berita Utama | okezone | Selasa, 27 Agustus 2024 - 03:30
share

KEPUTUSAN Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Afrika (Africa CDC) dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk menyatakan darurat kesehatan masyarakat terkait penyebaran Mpox telah menarik kembali perhatian global.

Seperti diketahui Mpox adalah nama lain dari monkeypox atau cacar monyet. Republik Demokrasi Kongo (DRC) melaporkan kasus Mpox pertama kali pada 1970, dan kini mengalami peningkatan kasus secara signifikan.

Perhatian media baru-baru ini tertuju pada penyebaran Mpox di DRC yang merupakan negara pertama yang melaporkan kasus ini pada 1970 dan juga ke negara-negara tetangganya. Di DRC, strain yang dikenal sebagai clade I telah lama menular dari reservoir hewan, kemungkinan besar tikus kecil, ke manusia.

Penyebaran ini terkadang diikuti oleh penularan terbatas antar manusia. Kasus-kasus Mpox clade I umumnya terkonsentrasi di wilayah barat dan tengah DRC dan sering menyerang anak-anak, yang berisiko tinggi mengalami penyakit yang parah.

Merangkum dari Science, Selasa (27/8/2024), seorang Epidemiolog, Anne Rimoin dari University of California, Los Angeles, yang telah lama mempelajari Mpox di DRC, menyebutkan bahwa kasus-kasus clade I telah meningkat selama bertahun-tahun.

Pada 2023, Mpox mulai menyebar di bagian timur DRC, wilayah yang sebelumnya jarang mengalami kasus. Menurut Placide Mbala, seorang epidemiolog dari Institut Nasional Penelitian Biomedis DRC (INRB), wilayah ini memiliki sedikit hutan dan kontak dengan daging hewan liar sangat terbatas.

Sebagian besar kasus terjadi pada remaja dan orang dewasa, dengan penularan utamanya melalui kontak seksual. Sebuah studi tentang wabah pertama di kota tambang Kamituga, provinsi Kivu Selatan, melaporkan bahwa sekitar sepertiga dari 108 kasus terjadi pada pekerja seks perempuan.

Virus yang sama juga muncul di kamp pengungsi dekat kota Goma, di mana penyebaran tampaknya tidak terutama melalui kontak seksual. Menurut Jason Kindrachuk, seorang virolog dari University of Manitoba yang memimpin Konsorsium Penelitian Internasional Mpox, mengatakan penyebaran virus mungkin disebabkan oleh kondisi sanitasi yang buruk, akses perawatan kesehatan yang terbatas, dan kepadatan populasi yang tinggi di area tersebut.

Di daerah dengan kondisi seperti itu, ada potensi penyebaran virus melalui kontak biasa. Virus yang beredar di DRC bagian timur ini menunjukkan perbedaan genetik dari strain yang ditemukan sebelumnya, sehingga para peneliti memutuskan untuk menyebutnya clade Ib.

Sementara itu, strain lainnya di DRC disebut clade Ia. Kedua clade ini kemungkinan telah berbeda selama berabad-abad. Namun, clade Ib tidak pernah terdeteksi sebelumnya, menurut Andrew Rambaut dari University of Edinburgh, yang mempelajari data genom dari berbagai wabah.

Topik Menarik