FBI Tuding Iran Meretas Kampanye Trump

FBI Tuding Iran Meretas Kampanye Trump

Berita Utama | sindonews | Rabu, 21 Agustus 2024 - 09:12
share

FBI dan badan intelijen Amerika Serikat (AS) lainnya menuding Iran berada di balik peretasan baru-baru ini yang menargetkan kampanye presiden Donald Trump.

Peretasan itu dianggap sebagai bagian dari upaya yang lebih luas oleh Teheran untuk memengaruhi pemilu presiden AS 2024.

Dalam pernyataan bersama, Kantor Direktur Intelijen Nasional, FBI, dan Badan Keamanan Siber dan Infrastruktur mengonfirmasi klaim kampanye Trump awal bulan ini bahwa mereka telah menjadi target Iran.

"Kami telah mengamati aktivitas Iran yang semakin agresif selama siklus pemilihan ini, khususnya yang melibatkan operasi pengaruh yang menargetkan publik Amerika dan operasi siber yang menargetkan kampanye presiden," ungkap badan keamanan tersebut.

"Ini termasuk aktivitas yang baru-baru ini dilaporkan untuk membahayakan kampanye mantan Presiden Trump, yang oleh (komunitas intelijen) dikaitkan dengan Iran," papar mereka.

Sebagai tanggapan, misi Iran untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) membantah peran negara itu dalam peretasan tersebut dan menantang Washington untuk merilis bukti atas klaim tersebut.

"Tuduhan tersebut tidak berdasar dan tidak memiliki dasar apa pun," ungkap pernyataan misi Iran tersebut.

"Seperti yang telah kami umumkan sebelumnya, Republik Islam Iran tidak memiliki niat maupun motif untuk mencampuri pemilihan presiden AS. Jika pemerintah AS benar-benar yakin akan validitas klaimnya, mereka harus memberi kami bukti yang relevan, jika ada, yang akan kami tanggapi sebagaimana mestinya," tegas pernyataan Iran.

Namun, komunitas intelijen AS mengatakan Iran melihat pemilihan umum 5 November sebagai hal yang penting bagi kepentingannya.

Bersiap untuk Pembalasan

Beberapa analis berspekulasi Iran mungkin lebih suka Wakil Presiden AS Kamal Harris memenangkan pemilihan umum.

Mantan Presiden AS Donald Trump secara sepihak menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran 2015 dan meningkatkan penegakan sanksi terhadap Republik Islam tersebut.

Trump juga menyetujui pembunuhan Jenderal Korps Garda Revolusi Iran Qassem Soleimani pada tahun 2020.

Awal tahun ini, Iran memilih seorang presiden reformis, Masoud Pezeshkian. Kemenangannya dibaca sebagai tanda oleh beberapa analis bahwa pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ruhollah Khomeini, dan anggota Garda Revolusi yang elit mungkin ingin tetap membuka jendela ke Barat.

Upaya tersebut mungkin menjadi rumit karena perang Israel di Gaza dan ketegangan yang membara antara AS dan Israel dengan "poros perlawanan" Iran.

Kedua sekutu tersebut bersiap menghadapi pembalasan Iran atas pembunuhan ganda Israel terhadap pemimpin Hamas Ismail Haniyeh di Teheran dan kepala militer Hizbullah Fuad Shukr di Beirut.

Tim kampanye Harris mengatakan pada 13 Agustus bahwa mereka juga telah menjadi sasaran peretas asing, tetapi tidak memberikan indikasi negara mana yang diyakini berada di balik upaya tersebut.

"Pada bulan Juli, tim hukum dan keamanan kampanye diberitahu FBI bahwa kami menjadi sasaran operasi pengaruh aktor asing," ujar seorang pejabat kampanye Harris kepada AFP.

Google mengatakan bulan ini bahwa peretas yang didukung Iran menargetkan kampanye presiden Partai Demokrat dan Republik.

Kelompok peretas yang dikenal sebagai APT42 yang terkait dengan Korps Garda Revolusi Islam Iran mengincar individu dan organisasi terkemuka di Israel dan Amerika Serikat, termasuk pejabat pemerintah dan kampanye politik, menurut laporan ancaman yang dirilis Google.

Kelompok analisis ancaman Google terus melihat upaya yang gagal dari APT42 untuk membahayakan akun pribadi individu yang berafiliasi dengan Biden, Harris, dan Trump, menurut laporan itu.

Topik Menarik