3 Alasan Kasus Pemerkosaan dan Pembunuhan Dokter Magang India Memicu Mogok Massal

3 Alasan Kasus Pemerkosaan dan Pembunuhan Dokter Magang India Memicu Mogok Massal

Berita Utama | sindonews | Minggu, 18 Agustus 2024 - 02:30
share

Para pekerja medis India memulai aksi mogok nasional pada Sabtu lalu untuk memprotes pemerkosaan dan pembunuhan seorang dokter magang di sebuah rumah sakit milik pemerintah di negara bagian Benggala Barat bagian timur.

Aksi mogok hari Sabtu diserukan oleh kelompok dokter terbesar di negara itu, Asosiasi Medis India, dengan mengatakan semua layanan yang tidak penting di rumah sakit akan ditutup di seluruh negeri selama 24 jam.

Penghentian kerja telah memengaruhi ribuan pasien di seluruh India. Protes yang sebagian besar dipimpin oleh wanita telah meningkat dalam beberapa hari terakhir, menuntut lingkungan kerja yang lebih aman.

3 Alasan Kasus Pemerkosaan dan Pembunuhan Dokter Magang India Memicu Mogok Massal

1. Dokter Magang Diperkosa dan Dibunuh

Foto/AP

Melansir AP, pada tanggal 9 Agustus, polisi menemukan mayat berlumuran darah dari seorang dokter magang berusia 31 tahun di aula seminar milik R.G. Kar Medical College and Hospital yang dikelola negara di bagian timur kota Kolkata.

Seorang relawan polisi yang bekerja di rumah sakit tersebut telah ditahan terkait dengan kejahatan tersebut, tetapi keluarga korban menduga bahwa itu adalah pemerkosaan massal dan lebih banyak orang yang terlibat. Otopsi telah mengonfirmasi adanya penyerangan seksual.

Kasus ini sedang diselidiki oleh penyidik federal setelah pejabat pemerintah negara bagian dituduh melakukan kesalahan dalam menangani penyelidikan.

Pada Rabu malam, ribuan wanita di seluruh negeri berunjuk rasa di jalan-jalan, menuntut keadilan bagi korban saat mereka berpartisipasi dalam pawai "Reclaim The Night". Beberapa pengunjuk rasa menyerukan agar para pelaku kejahatan tersebut dijatuhi hukuman mati.

2. Demonstran Menginkan Keadilan

Foto/AP

Melansir AP, ribuan pekerja medis di seluruh India menuntut keadilan bagi korban dan jaminan keselamatan bagi para dokter dan paramedis di dalam rumah sakit dan kampus medis. Banyak dari mereka telah menangguhkan semua kecuali perawatan darurat, dengan lebih banyak aksi mogok seperti itu direncanakan selama akhir pekan.

Para dokter mengatakan serangan itu menyoroti kerentanan para petugas medis yang bekerja tanpa fasilitas keselamatan yang memadai di rumah sakit dan kampus medis di seluruh India.

Asosiasi Medis India meminta dukungan publik dalam "perjuangannya untuk keadilan" dan menyebut pembunuhan itu sebagai "kejahatan berskala biadab karena kurangnya ruang aman bagi perempuan."

Para dokter juga menuntut undang-undang yang lebih ketat untuk melindungi mereka dari kekerasan, termasuk menjadikan setiap serangan terhadap petugas medis yang sedang bertugas sebagai pelanggaran tanpa kemungkinan jaminan.

3. India Memiliki Sejarah Panjang Kekerasan Seksual

Foto/AP

Kekerasan seksual terhadap perempuan merupakan masalah yang meluas di India.

Banyak kasus kejahatan terhadap perempuan tidak dilaporkan di India karena stigma seputar kekerasan seksual, serta kurangnya kepercayaan pada polisi. Aktivis hak-hak perempuan mengatakan masalah ini sangat akut di daerah pedesaan, di mana masyarakat terkadang mempermalukan korban kekerasan seksual dan keluarga khawatir tentang status sosial mereka.

Namun, jumlah kasus pemerkosaan yang tercatat di negara itu telah meningkat. Pada tahun 2022, polisi mencatat 31.516 laporan pemerkosaan meningkat 20 dari tahun 2021, menurut Biro Catatan Kejahatan Nasional.

Pada tahun 2012, pemerkosaan massal dan pembunuhan seorang mahasiswa berusia 23 tahun di sebuah bus di New Delhi memicu protes besar-besaran di seluruh India. Hal ini mendorong para anggota parlemen untuk memerintahkan hukuman yang lebih berat untuk kejahatan tersebut, serta pembentukan pengadilan jalur cepat yang didedikasikan untuk kasus pemerkosaan. Pemerintah juga memberlakukan hukuman mati bagi pelanggar berulang.

Undang-undang pemerkosaan yang diamandemen pada tahun 2013 juga mengkriminalisasi penguntitan dan voyeurisme serta menurunkan usia seseorang dapat diadili sebagai orang dewasa dari 18 menjadi 16 tahun.

Topik Menarik