Para Rabi Terkemuka Israel Kutuk Aksi Menteri Zionis dan 3.000 Yahudi Serbu Masjid Al-Aqsa

Para Rabi Terkemuka Israel Kutuk Aksi Menteri Zionis dan 3.000 Yahudi Serbu Masjid Al-Aqsa

Berita Utama | inews | Kamis, 15 Agustus 2024 - 16:20
share

TEL AVIV, iNews.id Lima rabi berpengaruh di Israel mengutuk tindakan ribuan orang Yahudi menyerbu kompleks Masjid al-Aqsa di Yerusalem, baru-baru ini. Para pemuka agama itu pun menegaskan situs suci tersebut tetap terlarang bagi kaum Yahudi.

Pada Selasa (13/8/2024) lalu, Menteri Keamanan Nasional Israel Itamar Ben Gvir menuai kecaman global setelah dia memimpin sekitar 3.000 orang Yahudi mendatangi Masjid al-Aqsa dan berdoa di sana. Aksi menteri ekstremis zionis tersebut melanggar status quo al-Aqsa yang melarang kaum non-Muslim untuk beribadah di tempat suci tersebut.

Mereka (Ben Gvir dan para penyerbu al-Aqsa) adalah penjahat yang berbalut pakaian keagamaan yang hanya mengobarkan ketegangan, kata Rabbi David Cohen dalam sebuah pernyataan video bersama, Rabu (14/8/2024).

Cohen adalah anggota badan pembuat kebijakan yang terkait dengan salah satu dari dua partai Yahudi ultra-Ortodoks dalam koalisi pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu. Sementara empat rabi terkemuka lainnyayang memiliki banyak pengikut dari kalangan penganut Yahudi Ortodoksjuga memberikan komentar serupa.

Dilarang keras memasuki Bukit Bait Suci, kata rabi Kota Tua Yerusalem, Avigdor Nebenzahl.

Masjid al-Aqsa adalah tempat suci ketiga bagi umat Islam setelah Masjidil Haram di Makkah dan Masjid Nabawi di Madinah. Masjid yang berada di Yerusalem Timur itu juga menjadi identitas nasional bangsa Palestina.

Akan tetapi, kaum Yahudi juga menganggap kompleks al-Aqsa sebagai tempat paling suci mereka. Dalam tradisi mereka, masjid itu disebut-sebut berdiri di atas lokasi Bukit Bait Suci (Temple Mount), sebuah kuil kuno Yahudi yang dihancurkan oleh bangsa Romawi pada 70 Masehi.

Pada Selasa lalu, Kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu juga mengkritik kunjungan Ben Gvir ke tempat suci itu. Kantor itu menyatakan tindakan menteri sayap kanan itu adalah penyimpangan dari status quo al-Aqsa.

Menurut status quo, kaum non-Muslim hanya diizinkan untuk mengunjungi situs suci tersebut sebagai wisatawan berdasarkan Perjanjian 1967. Namun mereka dilarang untuk beribadah di sana.

Seorang mantan kepala rabi Israel, Yitzhak Yosef, mengatakan bahwa massa yang berdoa di al-Aqsa bersama Ben Gvir, beberapa hari lalu, sama sekali tidak mewakili kaum Yahudi. Saya menyerukan kepada negara-negara di dunia, jangan memandang menteri-menteri (ekstremis) pemerintah (Israel) ini sebagai perwakilan orang-orang Yahudi, katanya.

Mereka tidak mewakili orang-orang Yahudi. Sebagian besar orang Yahudi di Israel dan di seluruh dunia tidak akan naik ke Bukit Bait Suci, ujarnya.

Tindakan Ben Gvir tidak hanya menuai kritik tajam dari negara-negara Muslim, Amerika Serikat, Uni Eropa, dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Topik Menarik