Proklamasi Kemerdekaan Indonesia Ternyata Lebih Dulu Dilakukan Pemuda Cirebon, Begini Kisahnya
JAKARTA Berbagai cerita menarik terjadi di detik-detik menegangkan jelang proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Salah satunya tentang para pemuda di Cirebon yang lebih dulu memproklamasikan Kemerdekaan Indonesia. Namun naskah teks proklamasi yang dibacakan para pemuda itu masih misterius.
Cerita bermula saat Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu pada 15 Agustus 1945, menyusul dijatuhkannya bom atom di Hiroshima dan Nagasaki. Berita menyerahnya Jepang ini sampai kepada para tokoh pejuang, yang mendorong diproklamirkannya kemerdekaan Indonesia.
Salah satunya tokoh yang pejuang yang ingin segera memproklamirkan kemerdekaan Indonesia adalah Sutan Sjahrir. Tokoh kelahiran Padang Panjang, Sumatera Barat itu kerap memantau siaran radio dan telah mendengar berita kekalahan Jepang, dan dijatuhkannya bom atom pada 6 Agustus dan 9 Agustus 1945.
Menurut sejarawan Mustaqim Asteja, pada 14 Agustus 1945 Sjahrir menemui Soekarno dan mendesak agar Bung Karno segera memproklamirkan kemerdekaan Indonesia pada saat itu juga. Namun, permintaan Sjahrir itu ditolak Bung Karno.
Link Live Streaming Timnas Indonesia vs Timnas Vietnam di Piala AFF 2024 Malam Ini, Klik di Sini!
"Sjahrir segera menemui Bung Karno meminta untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia saat itu juga. Akan tetapi Soekarno malah menolak permintaan dari Sjahrir. Penolakan dari Soekarno membuat Sjahrir kecewa," jelas Mustaqim kepadaOkezone.
Mustaqim mengatakan bahwa Sjahrir memiliki pandangannya sendiri terkait janji Jepang yang akan memberi kemerdekaan kepada Indonesia. Dia menilai bahwa jika Indonesia menyatakan kemerdekaan melalui PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia), yang merupakan lembaga bentukan Jepang, maka Sekutu akan menilai bahwa kemerdekaan Indonesia adalah pemberian Jepang.
Sjahrir ingin agar Soekarno memproklamasikan kemerdekaan Indonesia atas nama rakyat Indonesia.
"PPKI sebagai badan bentukan Jepang yang bertugas menyiapkan kemerdekaan, tidak menunjukkan aktivitasnya akan berhenti bekerja. Sikap Soekarno dan Mohammad Hatta tersebut mengecewakan para pemuda yang sepakat dengan gagasan Sjahrir," tuturnya.
Setelah permintaannya untuk memproklamasikan kemerdekaan ditolak Soekarno, Sjahrir menyiapkan gerakannya sendiri untuk merebut kekuasaan dari tangan Jepang.
"Pada 15 Agustus 1945, setelah jam 5 sore, Sjahrir segera memerintahkan kepada para pemuda agar mempercepat persiapan demonstrasi. Mahasiswa dan pemuda yang bekerja di kantor berita Domei (kantor berita Jepang) secepatnya melaksanakan instruksi tersebut. Namun, Sjahrir memahami gelagat Bung Karno yang tidak sepenuh hati menyiapkan Proklamasi," kata Mustaqim.
Sjahrir kemudian meminta dokter Soedarsono yang saat itu menjabat sebagai Kepala Rumah Sakit Kesambi (sekarang menjadi RSUD Gunung Jati), agar memproklamasikan kemerdekaan Indonesia di Kota Cirebon.
"Para pemuda di Cirebon hari itu tanggal 15 Agustus 1945, di bawah pimpinan Dr. Soedarsono, mengumumkan proklamasi versi mereka sendiri, di Alun-Alun Kejaksan," ujarnya.
Menurut Mustaqim, hingga kini isi teks proklamasi yang dibacakan di Alun-Alun Kejaksan, Kota Cirebon itu masih belum diketahui. Namun, beberapa sumber catatan sejarah lokal, serta sumber lisan tokoh Cirebon, diketahui bahwa wilayah Cirebon sudah merdeka lebih dahulu dibandingkan daerah lain di Indonesia.
"Kita sepakat secara resmi jiwa dan semangat revolusi berkobar dari semangat Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 yang dibacakan oleh Bung Karno dan Bung Hatta," pungkasnya.