Pernikahan Adat Sunda, Prosesi Sarat Makna dan Menghibur

Pernikahan Adat Sunda, Prosesi Sarat Makna dan Menghibur

Berita Utama | BuddyKu | Minggu, 26 Maret 2023 - 07:50
share

BANDUNG, iNews.id - Pernikahan adalah ikatan sakral dua insan yang berjodoh. Semua suku di Indonesia memiliki adat istiadat khas masing-masing dalam melaksanakan prosesi pernikahan.

Begitu juga dengan masyarakat Sunda. Masing-masing tahapan dalam prosesi adat pernikahan Sunda mengandung makna filosofi dan doa bagi kedua mempelai dan keluarga besarnya.

Rukmini Tri Rohani dalam buku Pelajaran Tata Rias Pengantin Sunda Putri dan Sunda Siger menyebutkan, upacara adat perkawinan Sunda muncul bersamaan dengan eksistensi Kerajaan Sunda Pajajaran dan Galuh.

Proses pernikahan antarpara bangsawan atau raja-raja di Tatar Sunda menjadi pakem atau acuan dalam menggelar prosesi pernikahan.

Proses pernikahan Sunda percampuran dari beberapa pengaruh budaya lain, seperti Jawa dan China. Akulturasi budaya mewanai proses pernikahan adat Sunda tersebut.

Setelah melalui berbagai masa dan zaman, akhirnya prosesi pernikahan adat Sunda menjadi pakem yang diwariskan secara turun-temurun sampai saat ini.

Seni Lengser

Ki
Ki Lengser dan Nyi Lengser menghibur para tamu undangan pernikahan adat Sunda. (FOTO: ISTIMEWA)

Prosesi pernikahan adat Sunda biasanya diwarnai oleh hiburan seni Ki Lengser. Kesenian ini merupakan simbol keramahtamahan orang Sunda.

Ki Lengser dalam prosesi pernikahan adat Sunda biasanya ditampilkan pertama untuk menyambut mempelai pria atau mapag panganten.

Sosok Ki Lengser merupakan pria tua berpakaian tradisional Sunda sederhana. Iket, baju kampret, celana pangsi, dan membawa tas dari anyaman. Jalannya agak bungkuk, tetapi selalu ceria.

Biasanya, Ki Lengser akan ditemani oleh Nyi Lengser yang diperankan oleh pria berdandan seperti perempuan. Mereka memainkan peran kocak sehingga mengundang gelak tawa tamu yang hadir.

Ki Lengser dan Nyi Lengser didampingi para penari dan pembawa umbul-umbul. Selain ditampilkan dalam prosesi pernikahan, Ki Lengser juga kerap dipertunjukkan untuk menyambut pejabat atau tamu negara.

Merujuk kepada arti kata lengser dalam bahasa Sunda, dapat diartikan sebagai kedekatan atau keakraban dengan rakyat. Seni Lengser khas Sunda masih lestari sampai saat ini. Kehadiran Ki Lengser dan Nyi Lengser menjadi hiburan tersendiri bagi tamu undangan.

Bobodoran atau humor Ki Lengser dan Nyi Lengser kerap disisipkan dalam rangkaian prosesi pernikahan. Tujuannya untuk mencairkan suasana sekaligus menghibur.

Konon Ki Lengser merupakan utusan kerajaan yang ditugaskan untuk menyapa rakyat. Di dalam kerajaan, Ki Lengser mempunyai kedudukan tinggi. Tugas Ki Lengser tersebut yakni sebagai penasihat sekaligus pendamping raja.

Namun seiring berkembangnya zaman, tokoh Ki Lengser mengalami pergeseran fungsi. Ki Lengser kini lebih dikenal sebagai pelengkap dalam acara menyambut atau mapag pengantin dan tamu kehormatan.

Prosesi Pernikahan Adat Sunda

Pernikahan
Pernikahan Raisa dan Hamish Daud dalam adat Sunda. (FOTO: istimewa/INSTAGRAM)

Secara etimologi, nikah memiliki arti sebenarnya dan kiasan. Arti sebenarnya nikah adalah menghimpit, menindih, atau berkumpul. Adapun arti kiasan adalah setubuh, atau mengadakan perjanjian pernikahan.

Perkawinan adalah peristiwa sangat penting karena menyangkut tata nilai kehidupan manusia. Karena itu, perkawinan merupakan tugas suci bagi manusia untuk mengembangkan keturunan yang baik dan berguna bagi masyarakat luas.

Semua proses dalam pernikahan adat Sunda, termasuk segala perlengkapan upacara adat merupakan simbol dan memiliki makna harfiah dan filososif.

Selain itu, pernikahan adat mengandung makna memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa agar semua permohonan dapat dikabulkan.

Berikut adalah rangkaian prosesi pernikahan adat Sunda:

1. Neundeun Omong
Prosesi pernikahan adat Sunda pertama disebut Neundeun Omong atau menyimpan janji atau niat mempersunting. Prosesi ini dilakukan untuk memastikan sang calon pengantin wanita belum menerima lamaran dari orang lain.

Kedua orang tua dari pihak pria akan menghampiri kedua orang tua dari wanita untuk menanyakan hal ini.

Ritual ini sebenarnya lebih sering dilakukan pada pernikahan zaman dahulu sebab pada zaman itu banyak anak yang belum tahu akan dinikahkan. Padahal sudah terjadi kesepakatan antara kedua pihak orang tua.

2. Narosan
Untuk menindaklanjuti Neundeun Omong, prosesi lamaran atau Narosan pun dilakukan. Pada prosesi pernikahan adat Sunda ini, keluarga calon mempelai pria menyerahkan sirih lengkap beserta uang pengikat sebagai isyarat bahwa pria bersedia ikut membiayai pernikahan.

Selain itu, calon pengantin pria juga memberikan cincin meneng atau cincin belah rotan sebagai tanda ikatan.

3. Nyandakeun (Seserahan)
Prosesi selanjutnya adalah Nyandakeun atau seserahan di mana pihak calon mempelai pria menyerahkan beberapa perlengkapan untuk pernikahan. Seperti, uang, pakaian, perabotan rumah tangga, makanan, dan lain sebagainya.

Begitu pula pihak calon mempelai wanita membalas dengan seserahan yang diberikan kepada pihak laki-laki.

Prosesi seserahan dalam pernikahan adat Sunda biasa dilakukan tujuh sampai satu hari sebelum hari pernikahan.

4. Ngeuyeuk Seureuh
Prosesi Ngeuyeuk Seureuh dipimpin oleh Pengeuyeuk. Pengeuyeuk mempersilakan kedua calon pengantin meminta izin dan doa restu dari orang tua diiringi lagu kidung oleh Pengeuyeuk.

Calon pengantin akan disawer beras yang bermakna hidup sejahtera. Lalu dikeprak dengan sapu lidi disertai nasihat, kain putih penutup Pengeuyeuk pun dibuka.

Kemudian, pembelahan mayang jambe dan buah pinang oleh calon mempelai pria. Prosesi ini akan diakhiri dengan menumbukkan alu ke dalam lumpang sebanyak tiga kali oleh calon mempelai pria.

Ngeuyeuk Seureuh biasa dilakukan sehari sebelum acara pernikahan. Prosesi ini hanya boleh dihadiri oleh orang tua kedua calon mempelai dan keluarga dekat saja.

Kedua mempelai dihadapkan dua lembar sirih bertangkai yang kemudian digulung menjadi satu memanjang.

Setelah itu, diikat dengan benang kanteh, lalu diikuti kedua orang tua dan tamu undangan. Prosesi memiliki makna agar kelak jika mendapat rezeki yang berlebihan bisa dibagi kepada sanak saudara.

5. Saweran
Kemudian dilanjutkan dengan prosesi Saweran. Maknanya berlomba-lomba dalam mencari rezeki dan disayang keluarga.

6. Siraman atau Ngebakan

Calon
Calon pengantin perempuan Sunda menjalani prosesi siraman atau ngebakan. (FOTO: ISTIMEWA)

Menjelang hari pernikahan, prosesi siraman calon pengantin wanita pun dilakukan. Prosesi Siraman ini bertujuan untuk menyucikan calon mempelai wanita secara lahir dan batin. Biasanya acara berlangsung siang hari di kediaman calon mempelai wanita.

Kedua orang tua mencampur air yang berasal dari tujuh macam bunga wangi atau disebut dengan bunga setaman.

Diiringi musik kecapi dan suling, calon mempelai wanita menuju tempat siraman dengan menginjak tujuh helai kain.

Prosesi siraman akan dimulai dengan ibu, ayah, lalu dilanjutkan para sesepuh. Jumlah penyiram haruslah ganjil berkisar antara 7, 9, sampai 11 orang.

7. Ngecakeun Aisan
Prosesi ini akan dimulai dengan keluarnya calon mempelai wanita dari kamar yang digendong secara simbolis oleh sang ibu. Sementara sang ayah, berjalan di depan membawa lilin menuju tempat sungkeman.

8. Ngaras
Proses ini merupakan permohonan izin calon mempelai wanita yang dilanjutkan dengan sungkem dan mencuci kaki kedua orang tua.

9. Ngerik
Pada prosesi Ngerik ini, rambut calon mempelai wanita akan dipotong sedikit sebagai lambang mempercantik diri lahir dan batin.

Dilanjutkan dengan prosesi Ngeningan, yakni menghilangkan semua bulu-bulu halus pada wajah, kuduk, membentuk amis cau atau sinom, membuat godeg serta membuat kembang turi.

10. Mapag Panganten
Prosesi pernikahan adat Sunda pada hari puncak terdiri atas beberapa rangkaian. Mapag panganten atau menjembut calon pengantin pria oleh utusan mempelai wanita menjemput.

Sesampainya di tempat acara pernikahan, calon mempelai pria disambut oleh ibu dari calon mempelai wanita dengan mengalungkan bunga melati. Kemudian, calon mempelai wanita berjalan menuju pelaminan diapit oleh kedua orang tua.

Prosesi Ngabageakeun menjadi penutup rangkaian prosesi pra-nikah, sekarang saatnya melangsungkan akad nikah untuk meresmikan hubungan kedua pasangan.

11. Akad Nikah
Akad nikah berdasarkan syariat agama Islam. Diketahui, masyarakat Sunda mayoritas memeluk agama Islam sehingga dalam akad nikah digelar secara islami.

12. Sungkeman

Pengantin
Pengantin pria dan wanita Sunda melakukan sungkeman. (FOTO: ISTIMEWA)

Seusai akad nikah, kedua pengantin melakukan sungkeman kepada kedua orang tua untuk meminta maaf akan kesalahan-kesalahan.

13. Saweran
Setelah sungkeman, kedua mempelai melakukan saweran pemberian nasehat diiringi pelemparan uang logam, beras, kunyit yang diiris tipis-tipis, dan permen.

Uang logam dan beras melambangkan kemakmuran, kunyit sebagai simbol kejayaan, sedangkan permen melambangkan manisnya kehidupan berumah tangga.

14. Meuleum Harupat
Prosesi pernikahan adat Sunda dilanjutkan dengan upacara Meuleum Harupat atau membakar harupat. Mempelai wanita membakar batang harupat yang dipegang mempelai pria dengan lilin sampai menyala.

Sesudah itu, batang harupat dimasukkan ke dalam kendi berisi air yang dipegang mempelai wanita. Batang harupat diangkat kembali dan dipatahkan, lalu dibuang.

Prosesi ini memiliki makna bahwa kedua mempelai diharapkan senantiasa memecahkan persoalan rumah tangga bersama-sama.

Istri yang memegang kendi berisi air menggambarkan peran istri yang berperan mendinginkan setiap persoalan yang membebani hati dan pikiran suami.

15. Nincak Endog
Berikutnya, prosesi yang satu ini juga dilakukan dalam prosesi pernikahan adat Jawa, yaitu Nincak Endog atau menginjak telur. Mempelai pria menginjak telur hingga pecah, kemudian sang istri akan membersihkan kaki sang suami.

16. Ngaleupas Japati
Susunan acara pernikahan adat Sunda setelah Nincak Endog adalah melepas burung merpati putih atau Ngaleupas Japati yang dilakukan oleh orang tua.

Ritual melepas merpati bermakna orang tua melepas tanggung jawab karena kedua pasangan sekarang sudah mampu hidup mandiri.

17. Muka Panto
Prosesi pernikahan adat Sunda dilanjutkan dengan muka panto atau membuka pintu. Diawali dengan mengetuk pintu tiga kali, lalu dilakukan sahut-sahutan pantun dari luar dan dalam pintu rumah. Biasanya mempelai berada di luar pintu, sementara mempelai wanita di dalam.

18. Huap Lingkup
Prosesi ini dilakukan dengan menyuapi pasangan pengantin oleh kedua pasang orang tua. Ini melambangkan tidak ada perbedaan antara kasih sayang terhadap anak dan menantu.

19. Pabetot Bakakak Hayam

Pabetot
Pabetot hayam dalam prosesi pernikahan adat Sunda. (FOTO: ISTIMEWA)

Susunan acara pernikahan adat Sunda yang terakhir adalah kedua pengantin saling tarik-menarik ayam bakar utuh.

Yang mendapat bagian lebih besar harus berbagi dengan pasangannya. Prosesi ini berarti rezeki yang diterima harus dinikmati bersama.

Topik Menarik