Jangan Salahkan Egy Maulana Vikri dan Witan Sulaeman Mudik ke Indonesia
DUA pemain berlabel Timnas Indonesia, Egy Maulana Vikri dan Witan Sulaeman, pulang dari perantauan. Keduanya kini dipastikan akan merumput di Liga 1 2022-2023 bersama klub masing-masing. Sorotan tajam dari pencinta sepak bola langsung mengarah kepada dua pemain tersebut.
Ya, Egy resmi bergabung dengan Dewa United FC setelah putus kontrak di FC ViOn Zlate Moravce, Senin (30/1/2023). Sehari kemudian, giliran Witan Sulaeman yang resmi didatangkan Persija Jakarta dari AS Trencin.
Kepulangan dua pemain abroad itu langsung direspons negatif oleh pencinta sepak bola warganet. Betapa tidak, Egy dan Witan sebelumnya diharapkan terus menimba ilmu sepak bola di Eropa. Kebetulan pula keduanya masih berusia relatif muda, yakni 22 dan 20 tahun.
Lantas, apakah mereka salah ketika memutuskan pulang ke Indonesia? Jawabannya tergantung perspektif Anda. Dari perspektif pemain, tentu ada alasan-alasan profesional yang mendasari keputusan tersebut.
Misalnya saja, Egy Maulana Vikri punya alasan soal minimnya menit bermain. Harap dicatat, menit bermain adalah hal krusial dalam karier seorang pesepak bola. Performa mereka boleh saja hebat dalam satu pertandingan, tetapi kalau tidak konsisten bermain, yang ada kualitas akan menurun.
Contoh yang satu ini bertebaran tidak hanya di Indonesia, tetapi juga Eropa. Jamak terdengar bukan, ada pemain yang meminta hengkang ke klub lain dengan alasan minim menit bermain? Dari sisi ini, alasan Egy cukup masuk akal.
Sebelum memutuskan mengakhiri kontrak dengan Zlavte Moravce, Egy jarang mendapatkan menit bermain. Dari data Transfermarkt , pemain berusia 22 tahun itu hanya turun sembilan kali di semua kompetisi dengan total 307 menit.
Egy bahkan mengakui, performanya turun dalam beberapa bulan terakhir lantaran minimnya menit bermain. Apalagi, dia sempat mengalami cedera usai tampil di SEA Games 2021. Penurunan itu terlihat betul saat tampil bareng Timnas Indonesia di Piala AFF 2022.
Maka itu, jangan salahkan Egy Maulana Vikri bila memutuskan pulang ke Indonesia dan memperkuat Dewa United FC. Toh , The Tangsel Warriors sudah berkomitmen untuk meningkatkan performa sang pemain dan tidak akan menghalangi bila ada klub luar negeri yang mencoba meminangnya.
Di sisi lain, belum diketahui apa alasan Witan Sulaeman hengkang dari AS Trencin. Padahal, dia cukup mendapatkan menit bermain di kontestan Liga Slovakia tersebut. Pemain berusia 20 tahun itu turun 14 kali di semua kompetisi dengan torehan empat gol dan satu assist.
Namun, apapun alasan Witan Sulaeman, sang pemain juga tidak bisa disalahkan begitu saja. Persija Jakarta sebagai klub profesional, tentu mengidamkan skuad berisi pemain-pemain berkualitas. Apalagi, mereka sedang mengusung target jangka panjang dengan semboyan The Next Level.
Omong-omong the next level, seharusnya kepulangan kedua pemain ini disambut dengan antusias. Hadirnya Egy dan Witan bisa saja meningkatkan level kompetisi Liga 1. Di sisi lain, segenap elemen di liga juga mesti berbenah untuk membentuk sebuah kompetisi yang bermutu.
Lagi pula, pemain yang bagus tentu lahir dari kompetisi yang berkualitas. Memang, kualitas Liga 1 masih tertinggal dari kompetisi domestik di Asia Tenggara seperti katakanlah Thailand, Malaysia, dan Vietnam. Namun, bukannya tidak ada pemain bagus yang lahir dari rahim Liga 1, kan?
Marselino Ferdinan bisa dijadikan contoh yang bagus. Usianya masih 18 tahun, tetapi sang pemain sudah matang berkompetisi bersama Persebaya Surabaya. Talentanya paling tidak sudah terasah sehingga level permainannya cukup bisa bersaing dengan yang lebih senior.
Jadi, sekali lagi, jangan salahkan Egy dan Witan yang memilih kembali ke Tanah Air. Mereka adalah pemain profesional yang tentu saja punya alasan-alasan valid untuk menerima pinangan Dewa United FC dan Persija Jakarta, demi perkembangan karier.
Belum tentu pula kualitas keduanya akan menurun setelah bermain di Indonesia. Tunggu saja seperti apa perkembangan Egy dan Witan nanti. Apalagi, ini adalah kali pertama keduanya merumput di negara sendiri.










