Mobil Buatan Indonesia Jadi Favorit Dunia, Ini Buktinya
IDXChannel- Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Yohannes Nangoi mengklaim mobil buatan Indonesia laku keras di pasar dunia.
Hal ini tercermin dari peningkatan ekspor yang signifikan. Sepanjang 2022, total ekspor mobil produksi Indonesia mencapai 473.602 unit, dengan penjualan terbesar terjadi pada Desember yang mencapai 49.996 unit.
"Kita mengakhiri tahun 2022 dengan positif, dan jumlah ekspornya jadi paling tinggi dalam sejarah otomotif Indonesia. Apabila otomotif dalam negeri maju, pasti investor yakin untuk memasarkan produknya di sini," kata Nangoi di Jakarta, Kamis (26/1/2023).
Meningkatkan jumlah ekspor dari industri otomotif, khususnya roda empat, memang menjadi fokus Gaikindo saat ini. Terlebih ada arahan dari Presiden Republik Indonesia (RI) Joko Widodo untuk mencapai 1 juta ekspor mobil dalam satu tahun.
"Kalau diingat, tahun 2018 kami diminta oleh bapak Jokowi untuk bisa ekspor 1 juta unit. Saat itu kami konfirmasi bisa dilakukan pada 2025, tapi karena kemarin ada pandemi, kelihatannya (target) akan terganggu," ujar Nangoi.
Dalam kesempatan itu, Nangoi juga menjelaskan bukan hanya penjualan mobil buatan dalam negeri saja yang laku keras di berbagai belahan dunia. Mobil CKD atau yang dikirim dalam bentuk belum dirakit dan komponen mobil juga laris manis.
"Sementara CKD itu 96.541, naik sekitar 5 persen dari 2021. Hal yang menggembirakan adalah angka komponen, yaitu 166.839.841 pcs, tumbuh 94,7 persen dibandingkan 2021. Itu menunjukkan minat dunia terhadap industri otomotif Indonesia tumbuh sangat baik,"!ucapnya.
Angka ekspor yang alami peningkatan signifikan terjadi karena beberapa pabrikan memutuskan untuk memproduksi model teranyar di Indonesia. Misalnya, Toyota dengan Kijang Innova Zenix, dan Honda dengan WR-V.
Melihat permintaan pasar otomotif dunia cukup besar terhadap mobil buatan Indonesia, Nangoi berharap pencapaian positif tersebut terus berlanjut tahun ini. Mengingat sektor ekspor di Indonesia masih dikuasai oleh hasil pertambangan, seperti minyak dan batu bara.
"Kalau bisa pencapaian ini bertahan di 2023, syukur-syukur kalau angkanya bisa lebih tinggi. Sekarang, kita ini (industri otomotif) menjadi penghasil devisa ekspor non-minyak terbesar di Indonesia, dengan berada di urutan keenam," ungkap Nangoi.
(DES)