Profil Nano Riantiarno, Aktor Sekaligus Pendiri Teater Koma
JAKARTA - Dunia teater Indonesia sedang berduka atas meninggalnya Nano Riantiarno pada Jumat (20/1/2023), pukul 06.58 WIB.
Diketahui, Nano Riantiarno meninggal dunia pada usia 73 tahun setelah sakit kanker selama 4 tahun.
Kabar meninggalnya Nano Riantiarno juga dikabarkan langsung oleh sang istri, Ratna Riantiarno di Instagramnya, @ratnariantiarno .
"Telah berpulang ke rumah Bapa di Surga, suami, ayah, kaka, guru kami tercinta, Norbertus (Nano) Riantiarno, di rumah beliau, pada pagi hari, Jumat, 20 Januari 2023, pukul 06.58," ujarnya.
Rencananya, Nano Riantiarno akan dimakamkan di Taman Makam Giri Tama, Tonjong, Bogor, pada Sabtu (21/1/2023).
"Penguburan almarhum direncanakan Sabtu, 21 Januari 2023, sebelum tengah hari, di Taman Makam Giri Tama, Tonjong, Bogor," tulisnya.
Profil
Nano Riantiarno atau yang memiliki nama lengkap Norbertus Riantiarno merupakan seorang aktor, penulis, sekaligus sutradara. Ia lahir pada 6 Juni 1949 di Cirebon, Jawa Barat.
Dunia teater memang sudah menjadi bagian dari hidupnya sejak usianya 16 tahun dengan mendapatkan peran kecil di pementasan Caligula. Setelahnya, ia menggantikan pemeran aslinya yang sedang sakit lantaran kemampuannya menghafal naskah utuh.
Mengutip dari teaterkoma.org , Nano melanjutkan kuliah di Akademi Teater Nasional Indonesia (ATNI) dan bergabung dengan Teguh Karya. Ia juga ikut mendirikan teater populer 1968 dan kemudian masuk Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara 1971.
Kecintaannya pada teater semakin dibuktikannya dengan mendirikan Teater Koma sendiri pada 1 Mart 1977 lalu.
Sementara itu diketahui, sebanyak 35 naskah panjang sudah dibuatnya. Bahkan tak hanya itu, ia juga sudah menulis 3 buku kumpulan puisi, 25 naskah adaptasi, 7 novel, dan 30 naskah film dan televisi.
Kary-karya panggung miliknya yang sangat terkenal adalah Rumah Kertas, JJ Atawa Jian Juhro, Maaf.Maaf.Maaf, Kontes 1980, Trilogi OPERA KECOA (Bom Waktu, Opera Kecoa, Opera Julini), Konglomerat Burisrawa, Presiden Burung-burung, dan masih banyak lagi.
Daftar Lengkap 34 Polisi yang Dimutasi ke Yanma Polda Metro di Tengah Isu Pemerasan Penonton DWP
Kepiawaiannya itu membuatnya mendapatkan beberapa penghargaan bergengsi seperti berikut ini:
1. Piala Citra di Festival Film Indonesia di Ujung Pandang untuk karya Jakarta Jakarta (1987).
2. Piala Vidia pada Festival Film Indonesia di Jakarta dalam sinetron Karina (1987).
3. Mendapatkan lima hadiah sayembara Penulisan Naskah Drama Dewan Kesenian Jakarta (1972-1973-1974-1975-1998).
4. Sayembara Naskah Drama Anak-anak dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1978).
5. Sayembara Novelet Majalah FEMINA dan Sayembara novel majalah KARTINI untuk novel Ranjang Bayi dan Percintaan Senja (1993).
6. Hadiah Seni, Piagam Kesenian, dan Kebudayaan dari Departemen P&K atas nama pemerintahan Republik Indonesia.
7. Penghargaan Penulis Skenario Terpuji dalam serial televisi Kupu-Kupu Ungu (1999).
8. Film Mini Seri televisi terbaik dalam serial Cinta Terhalang Tembok (2002).