Kisah Horor Saat Mendaki Gunung, Aku Langsung Trauma!
GenPI.co - Hai semuanya, namaku Hilmy Respati. Ini adalah kisah horor yang aku alami secara langsung saat sedang menaiki gunung beberapa waktu lalu.
Saat libur kuliah tahun lalu, teman-temanku memiliki agenda untuk mendaki salah satu gunung yang namanya tidak akan aku sebutkan.
Sebenarnya aku bukan anak gunung yang sering mendaki. Aku hanya pernah dua kali mendaki gunung.
Aku kurang suka mendaki gunung karena kegiatan tersebut melelahkan dan aku tidak mendapatkan kesenangan dari kegiatan tersebut.
Namun, karena memang belum ada rencana ke mana-mana, akhirnya aku ikut dengan teman-temanku pergi ke gunung.
Aku mendaki gunung itu bersama dengan tujuh teman lainnya. Mereka sudah puluhan kali mendaki gunung di negeri ini.
Sepanjang pendakian, mereka yang memang sudah lebih berpengalaman memberikanku tips dan peringatan tentang hal-hal apa saja yang tidak boleh dilakukan.
Salah satu yang terus diingatkan kepadaku ialah tentang menjaga sopan santun.
Menurut mereka, kalau kita berperilaku semena-mena dan kurang ajar, para penunggu di gunung tersebut akan marah.
Ya, penunggu yang dimaksud ialah makhluk tak kasat mata.
Ah, masih aja lo percaya soal itu. Enggak ada hal-hal kayak gitu, ujarku kepada mereka.
Aku awalnya sama sekali tidak percaya akan adanya makhluk ghaib. Namun, kepercayaan itu berubah pada malam pertama pendakian.
Tengah malam, saat semua sudah terlelap di tenda, aku seakan diberi peringatan.
Saat itu, kami terbagi di dua tenda, empat orang di tenda nomor 1 dan empat lainnya di tenda 2. Aku sendiri berada di tenda nomor 2.
Tiba-tiba, aku terbangun pada malam hari. Kulihat jam di tangan menunjukkan pukul 3.30 dini hari.
Aku pun mencoba kembali tidur karena agenda kami baru akan kembali dimulai pada pukul enam pagi.
Namun, saat mataku baru terpejam, tiba-tiba terdengar suara di luar tenda yang membuatku kembali membuka mata.
Bulu kudukku merinding saat melihat ada siluet bayangan hitam besar yang mengelilingi tenda yang aku singgahi.
Matanya yang berwarna merah menyala juga terlihat jelas dari dalam tenda.
Beberapa sosok tersebut kemudian tertawa secara bersama-sama. Aku bahkan masih belum bisa melupakan suara tawa dari mereka hingga saat ini.
Aku pun hanya bisa memaksa menutup mata dan mencoba untuk kembali tertidur. Setelah beberapa menit akhirnya sosok-sosok tersebut hilang.
Pagi harinya, aku bertanya ke teman-teman yang lain tentang apa yang kulihat malam itu. Namun, tidak satu pun dari mereka melihatnya.
Kan, gue udah ngingetin, jangan sombong kalau di gunung, ujar salah satu temanku diiringi tawa yang lainnya.
Sejak saat itu, aku trauma mendaki gunung dan berjanji tidak akan melakukannya lagi. (*)
Simak video pilihan redaksi berikut ini: