Nasi Jinggo, Nasi Kucing Khas Bali Murah Meriah tapi Enak
JAKARTA, iNews.id - Nasi Jinggo adalah makanan khas Bali yang dikemas dengan daun pisang. Porsinya berukuran kecil, mirip Nasi Kucing di angkringan yang ada di Pulau Jawa.
Nasi Jinggo mudah ditemukan di pinggir jalan. Porsinya yang sedikit membuat beberapa orang membeli hingga 2-3 bungkus agar kenyang.
Sejarah Nasi Jinggo
Nasi Jinggo mulai dikenal tahun 1980-an. Menurut cerita, penjual Nasi Jinggo pertama kali adalah pasangan suami-istri di Jalan Gajah Mada, Denpasar. Mereka berjualan dekat Pasar Kumbasari dari sore hingga malam. Saat itu banyak orang di pasar yang perlu pengganjal perut di malam hari.
Nasi Jinggo buatan mereka digemari banyak orang, sehingga banyak yang meniru menjual nasi dengan porsi kecil itu. Tak hanya di Denpasar, penjual Nasi Jinggo kini dengah mudah ditemui di kota-kota lain di Bali.
Asal Mula Nama Jinggo
Tak ada yang tahu pasti asal mula nama Nasi Jinggo. Salah satu versi menyebut Jinggo berasal dari bahasa Hokkian yang berarti seribu lima ratus, sesuai harga Nasi Jinggo sebelum terjadi krisis moneter pada 1998.
Versi lain menyebut Jinggo berasal dari film Djanggo yang populer pada masa itu. Versi ketiga menyebut Jinggo berasal dari kata Jenggo yang berarti jagoan, merujuk para pengendara motor di Bali. Nasi Jinggo disebut sebagai makanan favorit para pengendara motor di Bali pada malam hari.
Penyajian Nasi Jinggo
Nasi Jinggo seperti disebut di awal disajikan dengan kemasan daun pisang dalam porsi kecil. Satu porsi Nasi Jinggo yakni nasi putih seukuran kepalan tangan dengan lauk-pauk sederhana seperti tempe, irisan telur, mi goreng, serundeng dan sambal.
Nasi Jinggo masa kini ada juga yang menggunakan nasi kuning. Varian lauknya pun kian beragam yakni menggunakan daging sapi dan babi hingga sate lilit.
Harga Nasi Jinggo
Harga Nasi Jinggo mungkin tak semurah dahulu. Sebelum krisis moneter melanda Indonesia pada 1998, harga sebungkus Nasi Jinggo Rp1.500. Kini harganya berkisar Rp3.000 hingga Rp5.000.