Sultan Hamengku Buwono IX Jago Bahasa Belanda, Sampai Dipuji Gubernur Jenderal
JAKARTA - Rupa-tupanya Hamengku Buwono VIlI, yang ketika itu masih putra mahkota kerajaan, telah melihat jauh ke depan.
Bukan sanjungan atau pemanjaan sebagaimana kebanyakan bangsawan lain yang diterapkan dalam pendidikan putranya, tetapi ia menghendaki pendidikan yang keras, yang sedikit spartaans.
Bagaimanapun sikapnya yang keras ini menimbulkan pertanyaan di berbagai kalangan, baik di antara para kerabat Keraton sendiri maupun di kalangan warga Yogya. Demikian dilansir dari buku berjudul "Takhta Untuk Rakyat : Celah-Celah Kehidupan Sultan Hamengku Buwono IX".
Apa yang kurang di Keraton maka semua putra itu justru harus hidup di luar? Apakah ini nanti tak akan membuat anak-anak menjadi "kebelanda-belandaan?" Banyak juga orang yang menyebut sikap ini sebagai "kejam" karena Pangeran tega memisahkan anak kecil dari ibunya, keluarga dekatnya, dan dari dia sendiri sebagai ayahnya.
"Mengapa", "untuk apa", "sikap aneh", dan "kasihan anak kecil", dan sebagainya adalah pertanyaan dan tanggapan yang dialamatkan kepada sang Pangeran, sementara ada pihak-pihak lain yang menduga bahwa semua itu mungkin adalah kehendak Belanda yang dipaksakan kepadanya.
Sebab, bukankah anak umur 4 tahun masih terlalu kecil untuk dipisahkan dari belajan kasih ibunya, perawatan keluarga dekatnya? Apa hendak dikata, jadilah Dorodjatun anggota keluarga Mulder dengan diberi nama panggilan sederhana pula, yaitu Henkie (Henk yang kecil).
la juga langsung diajak berkomunikasi dalam bahasa Belanda, suatu cara belajar bahasa yang untuk anak-anak berjalan paling cepat.
Di samping bahasa Jawa sebagai bahasa ibu, untuk selanjutnya bahasa Belanda adalah bahasa utama bagi Dorodjatun, dan ia pun tampak berpikir dalam bahasa Belanda.
Begitu fasihnya ia kemudian menggunakan pahasa Belanda sehingga Gubernur Jenderal Tjanda van Starkenborgh Stachouwer pernah berkomentar,
"Bagaimana mungkin Anda bicara dalam bahasa Belanda tanpa aksen asing sedikit pun? tanya dirinya.
Apa yang masih dikenang dari masa kecilaya dikemukakan oleh Sultan Hamengku Buwono IX dalam rekaman dialog berikut ini:
Apakah Bapak masih ingat reaksi Bapak sebagai anak keeil ketika mula- mula dipondokkan?
Hamengku Buwono IX: Saya ingat beberapa kali memang menangis, terutama sehabis pulang ke rumah dan harus kembali lagi ke pondokan, Tapi, itu kan biasa bukan?
Bapak krasan di rumah pondokan?
Hamengku Buwono IX: Ah saya cepat menyesuaikan diri, nggak ada masalah apa-apa.
Darimana nama Henkie itu?
Hamengku Buwono IX: Kalau tak salah, Henkdiambil dari nama Hendrik, dari Pangeran Hendrik, suami Ratu Wilhelmina dari Negeri Belanda.
Sampai kapan nama Henkie dipengunakan?
Hamengku Buwono IX: Sampai seterusnya di zaman sekolah, zaman mahasiswa, bahkan sampai sekarang bagi teman-teman yang mengenal saya dari dekat.










