Dominasi PDIP di Jateng Runtuh di Pilkada 2024, Ini Penyebabnya
BANJARNEGARA,iNewsBanjarnegara.id-Hasil hitung cepat Pilkada Jateng 2024 mengakhiri dominasi PDI Perjuangan di Pemilihan Gubernur Jateng selama lebih dari 20 tahun. Hasil cepat Pilkada serentak 2024 menunjukkan pasangan Akhmad Luthfi - Taj Yasin unggul diangka 58 persen dibanding pasangan Andika Perkasa - Hendrar Prihadi yang diusung oleh PDI Perjuangan hanya merahi 41 persen.
Hasil ini tentu membuat perhatian banyak pihak, terlebih Jateng merupakan basis besar dari PDI Perjuangan, bahkan meski tidak melakukan koalisi, PDI Perjuangan juga pernah menang Pilkada Jateng, meski saat itu harus bertarung dengan petahana.
Pada Pemilihan Gubernur Jateng tahun 2013 diikuti oleh 3 pasangan calon, dimana PDI Perjuangan mengusung pasangan Ganjar Pranowo-Heru Sudjatmoko dan mendapatkan nomor urut 3, sementara pasangan nomor urut satu ada Hadi Prabowo - Don Murdono yang diusung oleh PKS, PKB, PPP, Gerindra, Hanura dan PKNU.
Pasangan cagub nomor urut dua sang petahana Bibit Waluyo - Sudijono Sastroatmodjo yang diusung oleh Partai Demokrat, Partai Golkar dan PAN. Saat itu, pasangan Ganjar Pranowo-Heru Sudjatmoko resmi dinyatakan memenangi Pemilihan Gubernur Jawa Tengah dengan total perolehan suara 6.962.417 atau 48,82 persen.
Sementara pasangan Bibit Waluyo-Sudijono Sastroatmodjo menduduki urutan kedua dengan 4.314.813 suara atau 30,26 persen, disusul pasangan Hadi Prabowo-Don Murdono berada di posisi terakhir dengan 2.982.715 suara atau 20,92 persen.
Padahal sebelumnya, pasangan dari PDI Perjuangan Bibit Waluyo-Rustrinisngsih juga menang di Pilgub Jateng, kemenangan PDI Perjuangan juga kembali pada Pilgub Jateng 2018, dimana PDI Perjuangan mengusung pasangan Ganjar-Yasin.
Dari hasil sejumlah Pemilihan di jawa tengah, tak heran jika Jateng sering disebut sebagai sarang pendulang suara terbanyak bagi PDI Perjuangan, bahkan sering disebut sebagai kandang banteng.
Mochamad Nadif Nasruloh SH MH, dosen Sekolah Tinggi Tanbihul Ghofiliin Banjarnegara menilai bahwa fenomena kekalahan PDI Perjuangan yang mengusung Andika-Hendi di Pilkasa Jateng 2024 ini disebabkan banyak faktor.
Menurutnya, kekalahan PDI Perjuangan dalam pemilihan kepala daerah di Jawa Tengah karena beberapa faktor, termasuk di antaranya pengaruh dukungan (endorsement) Joko Widodo dan Prabowo Subianto, serta basis massa dari kalangan santri.
PDIP pada Pilkada Jawa Tengah 2024 mengusung pasangan Andika Perkasa-Hendrar Prihadi, sementara pasangan Ahmad Luthfi-Taj Yasin diusung partai-partai Koalisi Indonesia Maju (KIM) Plus.
Hasil hitung cepat sementara menunjukkan pasangan Luthfi-Taj Yasin memperoleh 58,44 persen suara, sementara Andika-Hendrar 41,56 persen suara. Bahkan, dari hasil hitung cepat yang dilakukan SMRC menunjukkan pasangan Luthfi-Taj Yasin memperoleh 59,16 persen suara, dan Andika-Hendrar 40,84 persen suara.
Terlepas dari dukungan itu, kekalahan PDIP di Jawa Tengah, yang selama ini dikenal sebagai kandang banteng, diyakini juga karena karakter pemilih di provinsi itu diisi kelompok santri, yang direpresentasikan dalam pasangan Luthfi-Taj Yasin.
"Karakter pemilih Jawa Tengah yang mana wilayah pantura (pantai utara Jawa) didominasi oleh masyarakat santri, yang lebih mendukung representasi kandidat nasionalis-santri yang tercermin di Luthfi-Yasin. Jaringan Nahdlatul Ulama sangat all out mendukung pasangan ini," katanya.
Sementara kandidat yang diusung PDIP, Andika-Hendrar, keduanya merepresentasikan kelompok nasionalis. Sehingga banyak kalangan religius yang lebih condong menjatuhkan pilihannya pada pasangan Luthfi-Taj Yasin.
"Secara elektabikitas dari calon gubernur maupun wakil gubernur yang memiliki elektabilitas dan kapasitas dan pernah di uji dalam kontestasi politik di jawa tengah hanyalah Taj Yasin. Hal ini dapat dilihat dari pencalonannya mulai dari anggota DPRD, wakil gubernur tahun 2018, hingga calon DPD, suara Gus Yasin selalu unggul. Sehingga sosok Gus Yasin ini menjadi figur serta cermin pemimpin yang disukai dari berbagai kalangan," katanya.